04 || Mr. J & Penawaran

1.2K 192 16
                                    

Huhu baru bisa updateee setelah sekian lama😣

Pengennya selalu cepet update tapi kalo udah cape enaknya cuma turu doang wkwkwk:)

Hepiriding yaw💐🔥

HUJAN lagi-lagi turun mengguyur Ibu Kota ketika Kaluna baru saja keluar dari supermarket bersama sekantung belanjaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


HUJAN lagi-lagi turun mengguyur Ibu Kota ketika Kaluna baru saja keluar dari supermarket bersama sekantung belanjaan. Dengan desah napas malas, gadis berhoodie putih dipadu ripped jeans itu duduk di kursi dan meletakkan belanjaannya di atas meja, menunggu hujan redah entah sampai kapan.

Mengeluarkan ponsel, Kaluna memainkannya agar tidak bosan. Namun baru saja keluar dari saku hoodie, benda pipih berlogo apel gigit yang belum lunas cicilan itu berdering dengan nama 'Ibu' disertai emotikan love berwarna putih memenuhi layar ponsel.

"Halo, bu?" Sapa Kaluna, tanda bahwa telepon telah tersambung dengan Ibunya di Makassar.

"Halo, Kak. Bagaimana kabar Kakak di Jakarta? Kakak nggak kesulitan, kan?"

Mendengar suara teduh Ibunya, Kaluna tersenyum tipis memandangi rintik-rintik hujan yang turun berlomba-lomba menyapa Ibu Pertiwi.

"Puji Tuhan, Bu. Kakak baik-baik aja. Ada Wilo juga yang bantu Kakak adaptasi. Ibu, Kayana sama Bapak gimana? Sehat?"

Ada jeda sebelum ibu menjawa. "Kami Baik, Nak."

Kaluna mengernyit mendengar suara lirih Ibu yang terdengar seperti menyimpan sesuatu dan ragu untuk mengatakannya.
Kaluna menghela napas pelan. "Ibu ingat, kan, Kakak pernah bilang apa sebelum merantau ke Jakarta? Apapun itu, dan sekecil apapun itu Ibu nggak boleh ada yang ditutup-tutupi dari Kakak."

"Maaf, Nak. Ibu cuma nggak mau Kakak kepikiran. Kakak pasti udah dibuat pusing sama kuliah dan tetekbengeknya. Ibu mana tega tambah beban Kakak lagi."

Tiba-tiba, Kaluna ingin menangis karena pengertian dari Ibunya. Hujan yang tak kunjung reda seolah mendukung suasana hati Kaluna.

"Bapak baik-baik aja, kan, Bu?" Tanya Kaluna, pertanyaan itu sudah lama tersimpan, dan sikap Ibunya semakin membuatnya curiga.

Jeda kembali hadir, kali ini jauh lebih lama dari sebelumnya hingga Kaluna sempat mengecek ponsel apakah masih tersambung atau sudah terputus. Nyatanya, mereka masih berada dalam panggilan, hanya saja Ibu memang tengah bungkam.

"Bu …."

"Bapak masuk rumah sakit lagi, Kak. Dan kata dokter harus rawat inap. Tapi Ibu nggak punya cukup uang. Kan, minggu depan uangnya mau Ibu kirim buat Kakak."

Stroke. Adalah penyakit yang sudah sejak lama menggerogoti Bapak. Kaluna memejamkan mata, dadanya seolah dihantam keras-keras oleh palu tak kasat mata. Gadis yang mencepol rendah rambut hitam panjangnya itu menengadah menatap langit malam yang semakin kelam.

"Nggak usah pikirin Kakak, Bu. Ibu pake aja dulu uangnya buat biaya berobat Bapak. Masalah uang, biar Kakak coba cari kerja di sini."

"Jangan, Nak. Ibu nggak mau Kakak capeknya jadi dua kali lipat. Kakak kuliah aja yang baik, ya? Biar uang jadi urusan Ibu."

Mr. JWhere stories live. Discover now