2. I Wish I Was You, Pete

4.7K 633 28
                                    

"Biu! bukan begitu caranya! kamu pasti sembuh, phi yakin itu. Kamu hanya perlu rehat untuk beberapa saat." Ping mencengkram kuat kedua bahu yang lebih muda. Hatinya teriris perih melihat betapa tipisnya semangat hidup yang dimiliki oleh sang bintang gelanggang es.

"Phi lupa apa yang dokter katakan soal kondisiku?"

Pertanyaan itu terdengar seperti lelucon di telinga Ping. Pria itu bahkan masih sangat ingat apa yang dikatakan oleh dokter beberapa hari lalu tentang kondisi Build yang memprihatinkan.

"Tuan Ping, hasil pemeriksaan sensorik, motorik, sampel darah dan radiologi yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang sama. Dengan berat hati, saya harus mengatakan bahwa Tuan Build mengalami paraplegia komplit yang menyebabkannya akan kehilangan sensasi dan gerak pada tungkai bagian bawah. Itu artinya, kedua kaki Tuan Build akan mengalami kelumpuhan."

Ping tertegun. Nalarnya berusaha menolak penuturan sang dokter. "A-apa? para- apa? d-dokter.. anda bercanda, kan? saya tidak terlalu fasih berbahasa Korea karena saya berasal dari Thailand. Saya mungkin ada salah menerjemahkan ucapan dokter?" ujarnya dengan nada bergetar.

Dokter menggeleng pelan, sebuah respon yang sangat tidak diharapkan oleh Ping.

"Mohon maaf, Tuan Ping. Akibat benturan yang terlalu keras, sumsum tulang belakang Tuan Build mengalami kerusakan absolut."

Penuturan itu mengiringi remasan Ping pada surai hitamnya. Tak kunjung henti pria itu menyesal dan menyalahkan diri. Andai saja aku berhasil mencegah kepergian Build, semuanya tidak akan seperti ini, pikirnya.

"Sudahlah, phi. Lakukan sesuai permintaanku. Meski sekarang kita sudah di Thailand, aku tidak ingin menemui wartawan manapun. Tolong bantu aku mengumumkan keputusanku pada media, ya? aku rasa aku tidak akan sanggup untuk melakukannya sendiri." Build tersenyum seraya memutar kursi rodanya menuju arah kamar tidur. Pergerakannya kaku, ia belum terbiasa untuk menggunakan alat bantu hanya untuk berpindah tempat.

"Biu, haruskah kamu merasakan penderitaan lagi? bukankah sudah cukup dunia berlaku kejam padamu?" Dengan berat hati Ping beranjak dari kondominium Build. Langkahnya terasa berat, jarinya terasa kaku saat menghubungi kontak media. Terlebih saat isak tangis Build samar-samar terdengar mengiringi kepergiannya.

*****

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
THE VILLAIN (BibleBuild)Where stories live. Discover now