22. Jealousy, Jealousy

1.6K 198 30
                                    

Muak.

Itulah yang dirasa oleh Jakapan pasca Wabah-Bermimpi-Xavier mengganggu dirinya hampir setiap saat. Tak hanya membingungkan, sosok Xavier dalam mimpi Jakapan berhasil membuatnya rasakan debaran yang sedikit janggal. Kondisi ini sempat membuat Jakapan curiga bahwa mungkin, ia telah jatuh untuk mencintai Wichapas. Memang, Jakapan sempat menduga bahwa hal yang menimpanya saat ini berkaitan dengan kenangan milik Pete Jakapan yang asli. Tak bertahan lama, dugaan itu lekas ditepis oleh Jakapan setelah menyadari bahwa ia telah menjawab pertanyaan lama dengan pertanyaan baru.

Kalau memang mimpi itu berkorelasi kuat dengan kenangan dan perasaan Pete Jakapan yang asli, lantas..

Kenapa aku bernama Lana?

Kenapa Wicha bernama Xavier?

Kenapa harus nama-nama asing itu?

Tenggelam dalam lamunan, Jakapan tak menyadari bahwa omega lain di sebelahnya mulai kesal. "Jak! jawab! jangan diam saja!"

"Hah? apa? Maaf, Nit. Aku mengantuk dan tidak mendengarmu."

Tay Nititorn, pria yang semula melirik tajam ke arah Jakapan pun melembut dengan rasa khawatir. "Kenapa bisa?? kau insomnia? tunggu dulu, aku akan beritahu Phi JJ dan—"

"Nit, jangan. Aku hanya.. tadi malam.. aku begadang karena menonton film." Tak ingin melanjutkan topik, Jakapan kembali buka suara. "Tadi kau bicara apa? coba ulangi."

Nititorn mengarahkan kepala Jakapan untuk menoleh ke kanan. "Kau lihat!!! Si Gundik itu memakai crop top demi tebar pesona! apa dia tak kedinginan? Demi Tuhan, ini musim dingin! hanya karena hari ini kita menyambut para alpha, dia rela melakukan semua itu! menjijikan!" Tak mendengar jawaban, ia beralih menatap Jakapan.

"Apa dia meniru gaya berpakaianmu? Cih, tubuhnya saja tidak indah! suami brengsekmu itu benar-benar bodoh!!! mengabaikan berlian untuk seonggok kotoran kucing!"

Menghela nafas panjang, Jakapan tak memiliki opsi selain mengiyakan apa yang dikatakan oleh Nititorn. Naphat yang selama ini terlihat lebih banyak diam seraya melakukan tugas selaku manager rupanya masih, mendamba Wichapas. "Kita di bandara, Nit. Ada banyak orang, jangan merusuh. Biar saja, mungkin dia bercita-cita untuk menjadi beruang kutub. Ya, terserah lah kalau memang dia ingin berlaku murahan saat Wicha tiba. Aku lebih semangat untuk bertemu Nattawin."

Setengah fakta, setengah dusta. Saat ini, Jakapan memang bahagia untuk menyambut kedatangan sahabatnya. Meskipun, alasan dari sikapnya saat ini lebih mengarah pada pengalihan atensi. Sudah cukup akhir-akhir ini Jakapan dibuat salah tingkah setiap memikirkan Xavier yang kebetulan, wajahnya sama dengan Wicha. Jika Naphat berhasil merebut perhatian Wicha, maka Jakapan bisa terbebas dari jangkauan suaminya itu. Jujur, Jakapan takut untuk bergerak maju. Bagaimana jika ia mencintai Xavier yang hanya ada dalam mimpi? lalu, haruskah ia tersiksa setiap melihat interaksi Naphat dan Wicha? hanya karena Wicha dan Xavier berwajah sama? tidak, jangan sampai hal itu terjadi. Jakapan enggan mengulang akhir tragis dari novel dengan satu alasan yang sama, cinta buta.

"Jak, kau dan Nattawin.. kalian yakin hanya bersahabat?"

Belum sempat Jakapan menanggapi, Jayler tiba-tiba datang dan menyela. "Mereka sudah tiba, jadi—"

"VEGAS!!!"

Baik Jakapan, Jayler maupun Nititorn, ketiganya melirik Naphat yang berlari ke arah Wichapas untuk memberikan peluk. Tipikal adegan romantis dalam drama, cukup menggelikan.

"Jakapan! dia benar-benar kelewatan! berani sekali memanggil suami orang dengan nama inner wolf nya! kau saja yang istrinya masih memanggil nama tengah. Bajingan tengik! aku akan—"

THE VILLAIN (BibleBuild)Kde žijí příběhy. Začni objevovat