BAB 2: DUA SPESIES UNIK

1.9K 366 19
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Brummm.... Brummm.... Brummmm...

Giwa terbangun dari tidur sorenya saat mendengar suara motor bundanya yang benar-benar membuat kegaduhan. Dengan malas, Giwa bangun dari pembaringannya. Berjalan kearah jendela, ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi di bawah sana.

"Bunda ngapain lagi sih, ganggu orang tidur aja." Gerutu Giwa dengan kesalnya.

Dia membuka gorder jendela kamarnya. Dita yang sedang berkutat dengan motor kesayangannya itu, tepat berada di halaman samping di bawah kamar Giwa. Tidak heran jika suara motor bundanya sampai terdengar kekamarnya.

"Bunda ngapain sih?" Teriak Giwa dari kamarnya.

Namun, sepertinya Dita tidak mendengar teriakan Giwa karena tertutup dengan suara motor. 

"Bunnnn ..."teriak Giwa lagi.

Tapi belum juga di tanggapi oleh Dita. Akhirnya, Giwa pun kesal dan ingin melihat sendiri apa yang di lakukan oleh bundanya.

Dengan kesal, Giwa turun dari kamarnya. Di ruang tamu, dia bertemu dengan oma Ana yang sedang duduk santai.

"Giwa mau kemana?" tanya Oma Ana saat melihat cucu perempuannya itu pergi dengan terburu-buru.

"Mau kesamping Oma. Itu bunda ngapain sih, berisik banget motornya." Keluh Giwa pada sang Oma.

"Biasa bundamu begitu, kok kaget." Jawab Oma Ana dengan santainya. Menantunya itu memang unik, semakin berumur bukannya semakin kalem justru semakin menjadi-jadi menurutnya.

"Yasudah, mau Giwa lihat dulu ya Oma." Pamit Giwa pada Oma Ana.

"Iya..."

Giwa akhirnya berjalan menuju halaman samping di mana bundanya berada. Sampai di sana, dia hanya menggeleng dengan pelan melihat banyaknya peralatan otomotif yang berserakan di sana. Bundanya tengah sibuk membetulkan motornya, entah di betulkan atau di rusak Giwa tidak faham dengan apa yang tengah di lakukan sang bunda

"Bunda ngapain?" tanya Giwa saat berada di dekat Dita.

Dita yang awalnya tengah serius dengan motornya, langsung menoleh saat mendengar suara Giwa.

"Loh, kok sudah bangun. Tadi tidur kan?" tanya Dita.

Giwa memutar matanya dengan kesal, bagaimana tidak bangun jika bundanya membuat kegaduhan seperti itu di bawah kamarnya.

"Bunda berisik, gimana aku nggak bangun." Keluh Giwa pada Dita.

Dita terkekeh pelan, apalagi melihat wajah kesal putrinya.

"Maaf-maaf, bunda nggak tau kalau ganggu kamu."

"Motornya kenapa lagi Bun. Kemarin baru pulang dari bengkel kan?" Giwa ikut melihat kondisi motor bundanya itu.

"Nggak tau ini. Perasaan bunda jalannya lelet."

"Bunda mau main ya nanti malam." Ucap Giwa dengan berbisik.

"Hussss, jangan keras-keras. Nanti ketahuan ayah." Dita meletakkan jari telunjukkan di bibir, memberi isyarat pada Giwa agar tidak bersuara keras.

"Ayah belum pulang Bun."

"Iya, ayah memang belum pulang. Tapi kupingnya ayah banyak di rumah ini."

"Bunda betulan mau pergi nanti malam?" tanya Giwa lagi dengan serius, kali ini dia setengah berbisik.

"Mau ikut nggak?"

Giwa langsung tersenyum dengan semangatnya saat medengar tawaran bundanya.

"Mau nggak?"

GIWA DAN KISAH CINTANYAWhere stories live. Discover now