BAB 7: YANG BENAR SAJA

2K 350 24
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Gerald menatap tajam pada beberapa orang yang tengah duduk di hadapannya itu.

Pagi ini dia benar-benar datang kesekolah memenuhi surat pemanggilan wali yang katanya di sampaikan oleh guru putranya kemarin.

"Saya tidak tau, bagaimana cara sekolah ini mendidik murid-muridnya. Putra saya memang tidak memiliki ibu. Tapi bukan berarti anak-anak disini bisa mengatakan hal-hal buruk tentang putra saya." Ucap Gerald dengan tegasnya. Dia tidak terima putranya mendapatkan perlakuan yang tidak baik di lingkungan sekolahnya. Apalagi hal tersebut sampai melukai perasaan putranya.

Dia saja selalu berkata hati-hati jika menyangkut ibu dengan putranya itu. Khawatir akan membuat sedih atau melukai perasaan putranya, dan dia jelas tidak terima orang lain justru menjadikan hal tersebut sebuah ejekan yang dengan mudahnya di lontarkan pada putranya.

"Saya mewakili pihak sekolah menyampaikan permohonan maaf jika memang ada kejadian seperti itu Pak. Kami akan lebih mendisiplinkan anak-anak didik kami agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Bagaimana jika kita selesaikan dengan damai dan anggap ini hanya pertengkaran antar anak saja." Seorang perempuan yang di ketahui sebagai kepala sekolah itu menyampaikan permohonan maafnya.

Setelah mendengar cerita yang sebenarnya, memang ini hanya insiden kecil. Pertengkaran antar anak-anak yang tidak perlu di perpanjang lagi.

Sedangkan di hadapannya, ada seorang ibu yang juga di ketahui sebagai wali dari anak yang kemarin di dorong Farel ke kolam. Perempuan yang awalnya menatap Geral dengan penuh permusuhan sejak laki-laki itu tadi datang, tapi kini hanya bisa diam. Entah kemana perginya suara perempuan itu.

"Saya tidak akan meminta maaf atas perlakuan putra saya Nyonya. Silahkan Anda disiplinkan putra Anda. Begitupun pihak sekolah, silahkan disiplinkan murid-murid kalian agar tidak mengatakan hal-hal tidak perlu lagi. Jika Anda masih tidak terima dengan perlakuan putra saya, silahkan ajukan tuntutan hukum." Ucap Gerald lagi, jangan lupakan sorot matanya yang selalu menatap tajam ketika berbicara itu berhasil mengintimidasi lawan bicaranya.

Setelah itu, dia pamit untuk pergi. Tidak mau berlama-lama berada di sana, menurutnya tidak ada gunanya lebih baik segera pergi.

***

Sementara di tempat lain

"Farel kenapa duduk disini tidak mau kekelas?" Giwa yang baru selesai mengajar dan ingin kembali ke kantor guru melihat Farel yang duduk di kursi Panjang di depan ruang kepala sekolah. Anak itu terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Hari ini libur Bu," ucap Farel dengan polosnya.

Memang benar, jika diperhatikan lagi anak itu hari ini tidak memakai seragam sekolahnya. Melainkan pakaian santainya.

"Kalau libur kenapa kesekolah?" tanya Giwa lagi.

Sedikit lucu sebenarnya mendengar Farel mengatakan sedang libur, padahal bukan hari libur. Kenapa bocah itu seenaknya sendiri membuat aturan hari liburnya.

"Daddy di dalam," tunjuk Farel kearah pintu di hadapannya yang tertutup.

Giwa langsung ingat jika kemarin dia sendiri yang menyampaikan pesan pemanggilan wali murid. Dan ternyata ayah Farel yang super sibuk itu bisa menyempatkan waktunya untuk datang ke sekolah.

Ceklek ...

Pintu di depan mereka terbuka, Giwa melihat seorang laki-laki keluar dari sana. Penampilannya sangat rapi, bahkan memakai jas formalnya.

"Daddy ..." panggil Farel langsung.

Giwa sekarang tau, seperti apa sosok manusia yang suaranya sempat dia dengar beberapa waktu lalu melalui ponsel. Laki-laki yang di rutuki karena kesibukannya sampai mengabaikan putranya sendiri.

GIWA DAN KISAH CINTANYAWhere stories live. Discover now