BAB 6: CASALENO GERALDO ALBERT

1.7K 337 24
                                    

SELAMAT MEMBACA

***

Casaleno Geraldo Albert , laki-laki berusia 35 tahun. Pemilik perusahaan otomotif terkenal, berstatus duda beranak satu itu baru saja turun dari mobil dengan wajah lelahnya.

Setelah berkutat dengan urusan pekerjaannya yang benar-benar menguras waktunya selama satu bulan ini, akhirnya dia bisa bernafas lega. Tubuh dan pikirannya bisa istirahat sejenak.

"Tuan sudah pulang?" Bi Rimah membukakan pintu saat mendengar mobil tuannya datang.

"Farel sudah pulang Bi?" tanya Gerald pada sang asisten rumah tangga.

"Tadi sudah pulang Tuan. Tapi pergi lagi mengantar gurunya. Sampai sekarang belum pulang lagi. Tadi gurunya Tuan Muda datang Tuan."

Gerald yang mendengar guru putranya datang langsung menghentikan langkahnya. Tidak pernah rasanya ada guru yang datang kerumahnya.

"Ada apa gurunya datang kemari?"

"Pesan dari gurunya Tuan Muda tadi, besok pagi Tuan di minta datang kesekolah. Tuan Muda berkelahi tadi dengan temannya."

Gerald langsung menghela namanya dengan lelah. Apa yang terjadi, sampai-sampai putranya terlibat perkelahian.

Salahnya memang, selama sebulan ini sangat sibuk sampai-sampai dia sedikit mengabaikan putra semata wayangnya itu.

Tanpa mengatakan apapun, Gerald langsung berjalan menuju kamarnya. Dia akan bersih-bersih dulu sambil menunggu putranya datang.

***
Farel yang sedang membaca buku di kamar, menatap kesal kearah laki-laki yang sedang berdiri di pintu kamarnya itu.

"Boleh Daddy masuk?"

Gerald tau jika putranya pasti tengah kesal. Sejak pulang sore tadi putranya itu terus saja mendiamkannya. Bahkan pertanyaannya sama sekali tidak di hiraukan.

"Terserah Daddy," jawab Farel acuh.

"Katanya tadi gurunya Farel kesini? Ada apa?" Gerald ikut duduk bersama Farel di atas ranjang. Namun, Farel sama sekali tidak menghiraukan kehadiran daddy nya itu. Dia justru sibuk dengan buku dan pewarnanya.

"Kalau Daddy bicara, apa tidak bisa di perhatikan dulu?" Ucap Gerald. Dia berusaha bersabar dengan putranya yang sedang dalam mode marah itu.

"Untuk apa memperhatikan Daddy. Daddy saja tidak ingat kalau punya Farel." Jawab Farel dengan ketusnya.

Gerald tidak marah. Dia justru tersenyum kecil. Tangannya mengusap pelan kepala putranya itu.

"Mana mungkin Daddy tidak ingat kalau punya anak setampan Farel." Kekeh Gerald.

"Buktinya Daddy sibuk terus. Jarang di rumah. Daddy ninggalin Farel sendirian. Daddy juga bohong katanya mau antar Farel ke sekolah." Farel mengeluarkan semua kekesalannya pada Gerald.

Gerald masih diam, membiarkan putranya terus bicara. Sudah sering hal seperti ini terjadi, dia yang terlalu sibuk smapai-sampai mengabaikan putranya. Jika di fikir-fikir memang wajar jika putranya marah karena merasa di abaikan.

"Maaf ya, Daddy sibuk kemarin. Kerjaan Daddy sedang banyak-banyaknya. Tapi sudah selesai, besok pagi Daddy bisa antar Farel kesekolah."

"Tidak usah. Besok tidak sekolah."

"Besok bukan hari libur, kenapa tidak sekolah?"

"Malas." Jawab Farel singkat.

Gerald hanya bisa menghela nafanya dengan pelan. Menghadapi putranya ini memang benar-benar membutuhkan kesabaran ekstra. Entah turun dari siapa keras kepalanya ini. Tapi sepertinya turun dari dirinya sendiri.

GIWA DAN KISAH CINTANYADove le storie prendono vita. Scoprilo ora