BAB 3: MEMBUJUK FAREL

1.8K 353 13
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

"Pulang jam berapa semalam?" tanya Rafa pada Giwa. Pagi itu, Rafa mendapatkan tugas untuk mengantar Giwa pergi bekerja. Sejak kejadian semalam, Rehan sang ayah tidak mengatakan apapun. Dia hanya menyimpan semua kunci kendaraan milik Giwa. Termasuk mobil yang biasa gadis itu gunakan untuk bekerja. Mungkin sejenis hukuman karena kenakalannya semalam.

"Jam dua," jawab Giwa dengan malasnya. Pagi ini, matanya terasa berat untuk di buka. Jika tidak ingat tanggung jawab, ingin rasanya dia mengurung diri seharian di kamar dan tidur.

"Nggak usah ngajar kalau ngantuk. Bolos aja gimana, tidur di kantor A'a." Rafa melihat adiknya yang sejak tadi terus saja menguap. Lalu menawarkan sebuah solusi, yang langsung di hadiahi pukulan oleh Giwa. Bisa-bisanya saudaranya itu memberi saran yang sesat.

"Mending A'a diam." Ucap Giwa dengan ketus.

Dia langsung memejamkan matanya, lebih baik tidur sebentar. Ketimbang nanti matanya susah di ajak bekerja sama.

Rafa yang melihat adiknya tidur tidak lagi mengganggu. Dia fokus pada kemudinya.

***
"Selamat pagi Bu Citra." Beberapa murid yang bertemu dengan Giwa di depan gerbang sekolah mengucapkan selamat pagi pada Giwabyang baru turun dari mobil.

"Selamat pagi Sayang..." Giwa pun menjawabnya dengan hangat. Dia berjalan menuju gerbang sekolahnya. Namun, sebelum masuk ada suatu pemandangan yang menariknya untuk mendekat. Ada seorang anak muridnya yang belum juga berjalan masuk kesekolah padahal sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

"Farel ya, ayo masuk sudah mau bel itu." Giwa mendekati mobil dimana ada seorang bocah yang dia temui kemarin. Seingatnya namanya Farel. Wajah bocah itu pagi ini terlihat kesal, sepertinya dia tidak mau sekolah. Disebelahnya ada seorang laki-laki muda, berdiri dengan wajah bingungnya. Terlihat sibuk membujuk bocah itu agar mau masu kesekolah.

Giwa mulai menebak, mungkin laki-laki muda itu ayah dari Farel. Yang tega membiarkan anaknya sendiri menunggu di sekolah kemarin.

"Itu Tuan Muda sudah di panggil ibu guru."

Giwa mendengar laki-laki itu memanggil muridnya dengan sebuatan tuan muda, jelas jika laki-laki itu ternyata bukan orang tuanya.

"Ayo Farel, masuk sama Ibu." Giwa melihat Farel yang masih enggan untuk masuk ke sekolah akhirnya berinisiatif untuk mengajak Farel masuk bersama.

"Tidak mau sekolah. Mau pulang ..." Farel menggeleng menolak ajakan Giwa. Giwa pun merasa bingung, ada apa dengan muridnya itu.

"Sekolah Tuan Muda, nanti Tuan marah kalau Tuan Muda bolos." Laki-laki yang sejak tadi berdiri di dekat Farel itu, berjongkok mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan bocah laki-laki itu.

"Sekolah ya, ayo Om antar masuk." Bujuknya lagi.

Farel tetap saja menggeleng. Tidak mau masuk ke sekolah.

Giwa mulai faham sekarang sepertinya muridnya itu tengah marah, tapi kenapa.

"Tidak mau sekolah pokoknya. Biar saja Daddy marah, biar saja..." Ucap Farel setengah berteriak.

"Kalau Om Aldi mau masuk kesekolah, sana masuk sendiri. Farel mau pulang," imbuhnya lagi.

Giwa menatap laki-laki yang di panggil Om Aldi oleh Farel itu. Faham dengan tatapan Giwa, laki-laki bernama Aldi itu hanya menggeleng pelan.

"Kenapa tidak mau sekolah?" tanya Giwa dengan sabar.

"Pokoknya ya tidak mau sekolah." Farel bersedekap dengan kesal. Tidak mau menatap Aldi maupun Giwa. Dua orang dewasa itu di buat bingung dengan sikap Farel.

GIWA DAN KISAH CINTANYAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin