BAB 8: TOKO KUE

1.7K 321 31
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Giwa yang baru datang dari mengajar, langsung masuk kedalam rumah saat mendengar suara orang menangis. Sebenarnya tidak perlu di tanya siapa, karena pasti kakak iparnya yang menangis.

"Mbak kenapa?" tanya Giwa saat melihat Nawang duduk sambil menangis di ruang depan. Sedangkan di hadapannya ada Rafa yang juga duduk sambil bersedekap malas.

"A'a keterlaluan," tunjuk Nawang dengan kesal pada Rafa. Rafa yang di jadikan tersangka hanya bisa diam sambil terus menatap Nawang dengan malas. Menulikan pendengarannya berusaha tidak mendengar apapun yang di inginkan kakak iparnya itu. 

"Kenapa lagi sih A'?" tanya Giwa pada kakak laki-lakinya itu.  Senang sekali membuat kakak iparnya menangis. 

"Tanya sama Mbak Nawang sendiri, dia minta apa." Jawab Rafa dengan santainya. 

"Mbak mau apa?" Giwa beralih bertanya pada Nawang. 

Nawang langsung mengusap air matanya dan tersenyum kearah Giwa. 

"Mau makan Durian Kak," ucap Nawang dengan riangnya. 

Giwa langsung mengerutkan keningnya, seingatnya orang hamil tidak boleh makan durian. 

"Mana boleh Mbak orang hamil makan durian. Lagipula, ini tidak musim durian mau cari kemana." Giwa berucap sambil berfikir bagaimana mengatasi ngidam kakak iparnya yang sedikit ekstrem itu. 

"Itu A'a bilang juga apa." Celetuk Rafa langsung. 

Nawang yang sudah merasa senang, kembali murung. Dia juga tau sebenarnya orang hamil tidak boleh makan durian, tapi bagaimana lagi sejak tadi bau durian dan rasanya yang khas itu terus saja terngiang-ngiang di otaknya. 

"Tapi ponakan kamu mau durian A', terus gimana dong? Nanti kalau ngeces gimana?" tanya Nawang dengan sedihnya. Air matanya hampir turun lagi saking sedihnya. Sejak hamil, perasaannya menjadi sangat sensitif. Jika ada sesuatu yang tidak pas atau ada keinginannya yang tidak bisa terpenuhi rasanya dia ingin menangis. Jika sudah seperti ini, dia akan ingat pada suaminya. Sedih sekali, jika mengingat dia hamil tanpa di dampingi suami.

"Gimana kalau aku belikan donat bakar rasa durian Mbak," Tiba-tiba saja Giwa mendapatkan ide untuk mengatasi ngidam kakak iparnya itu. 

"Mana boleh Gi, kan durian juga." Protes Rafa langsung. 

"Kan pakai perasa A', bau sama rasanya durian tapi kan bukan durian. Aman berarti untuk ibu hamil." 

Sebentar Rafa berfikir, yang pada akhirnya dia setuju dengan usulan sang adik. Ketimbang terus saja mendengarkan Nawang menangis. 

"Gimana Mbak, mau nggak kalau donat bakar rasa durian? Enak lo," tanya Giwa pada Nawang. 

"Tapi kakak Giwa yang beli ya," ucap Nawang lagi. 

"Iya-iya, Giwa yang beli. Lagian A'a juga nggak tau tempatnya di mana. Biar Giwa yang beli." Didalam hati Rafa tertawa senang, akhirnya dia terbebas dari rengekan Nawang. 

Sedangkan Giwa yang di jadikan tameng, hanya bisa menghela nafas dengan pasrah. Sabar, demi keponakan.

"Yasudah, aku beli Mbak. Tapi tak ganti baju dulu." 

Giwa langsung pergi kekamarnya untuk mengganti bajunya sebelum pergi mencarikan keinginan Nawang. 

*** 

Giwa memarkirkan motornya di halaman sebuah toko kue tempat di jualnya donat bakar rasa durian itu.

Dia melepas helm dan masuk kedalam toko.

Saat tengah memesan, tiba-tiba ada sebuah tangan yang tengah menarik bagian belakang bajunya. Spontan saja Giwa menoleh.

"Loh, Farel. Kok disini?" Tanya Giwa saat mengenali bocah kecil yang menarik pakaiannya tadi.

"Ibu Citra ngapain disini?" Bukannya menjawab, Farel justru balik bertanya.

Giwa terkekeh pelan. Apa hal seperti itu harus di tanyakan. Dia berada di toko kue, tentu saja membeli kue. Apa lagi?

"Tentu saja beli kue, ini kan toko kue." Jawab Giwa dengan santainya.

"Ya sama kalau begitu." Jawab Farel tak kalah santainya.

Giwa terkekeh pelan. Ternyata Farel tengah membalikkan pertanyaannya.

"Sudah pesan?" Tiba-tiba sebuah suara menarik perhatian keduanya.

Saat di toleh, ternyata ayah Farel yang datang. Yang Giwa ingat bernama Gerald.

Gerald mengamati Giwa sebentar, sebelum pada akhirnya tersenyum. Giwa pun membalas senyuman Gerald dengan sopan.

"Daddy, pesankan yang itu, itu sama itu." Farel menunjukkan beberapa jenis kue yang dia inginkan. Tanpa protes gerald pun menurutinya. Dia meminta petugas toko untuk membubgkuskan kue sesuai yang putranya mau.

"Bu Citra beli Kue apa?" Tanya Farel pada Giwa.

"Donat. Kakak ibu ingin makan donat." Jawab Giwa.

"Bu Citra kesini tadi sama siapa? Rumah Ibu kab jauh dari sini?"

"Sendiri. Tidak terlalu jauh."

"Naik apa?" Tanya Farel lagi.

Giwa tidak menjawab. Dia hanya menunjuk motornya yang terparkir di depan toko. Tanpa sadar, Gerald yang sejak tadi memperhatikan obrolan antara putranya dengan gurunya itu pun ikut menoleh.

Lalu, tak lama setelahnya pesanan Giwa sudah siap. Giwa segera membayarnya dan akan bergegas pulang sebelum kedua calon keponakan menangis karena menginginkan durian.

Namun, saat hendak pergi Farel menahannya.

"Bu Citra tunggu sebenatar." Ucao Farel. Giwa yang tidak faham maksud Farel pun bertanya-tanya.

"Ada apa Farel. Ibu harus segera pulang," Ucap Farel.

"Sebentar saja." Ucap Farel memohon.

Pada akbirnya Giwa pun menuruti keinginan Farel. Meski dia tidak tau untuk apa. Tapi dia menunggu.

Akhirnya pesanan Farel pun siap, Gerald langsung mengambil dan membayarnya.

Farel meraih dua bungkus kue dari  tangan sang daddy, lalu memberikannya pada Giwa. Dengan bingung Giwa meberima pemberian Farel.

"Ini untuk ibu, satunya untuk Oma." Ucap Farel.

"Tidak usah Farel. Inikan Farel beli untuk Farel. Kalau Ibu mau, Ibu bisa beli sendiri." Giwa berusaha mengembalikan bungkusan di tangannya pada Farel. Namun, bocah itu menggekengkan kepalanya pertanda menolak.

"Tidak papa ambil saja. Farel sudah beli sendiri. Itu memang di beli untuk ibu." Ucap Farel.

Giwa pun dengan sungkan menoleh pada Gerald. Dan laki-laki itu mengangguk. Tidak mau mengecewakan muridnya akhirnya Giwa pun mengambil bungkusan kue pemberian Farel tadi.

"Yasudah kalau begitu, terimakasih ya."

"Sama-sama Bu, salam untuk Oma ya."

"Iya. Kalau begitu Ibu pulang dulu."

"Iya Bu."

Sebelum benar-benar pergi, Giwa menyempatkan diri untuk berpamitan pada Gerald.

"Mari Pak, saya duluan." Ucap Giwa saat melewati Gerald.

"Silahkan." Jawab Gerald singkat.

Gerald dan Farel terus saja memperhatikan Giwa yang mengendarai motornya meninggalkan toko kue. Bahkan sampai motor Giwa hilang dari pandangan mereka.

"Kita pulang atau menginap disini Daddy?" Tanya Farel memecah keheningan.

Mendengar pertanyaan putranya, Gerald langsung berdehem.

"Ayo pulang." Ucap Gerald singkat.

Dia langsung menuntun tangan Farel untuk pulang.

***BERSAMBUNG***

Farel mah, lebih inisiatif dari bpk nya 🤣

WNG, 8 MARET 2023
SALAM
E_PRASETYO

GIWA DAN KISAH CINTANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang