BAB 9: TERNYATA

1.3K 276 16
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Farel berdua bersama sang daddy, tengah sibuk di ruang belajar. Farel yang sibuk dengan bukunya, sedangkan Gerald sibuk dengan laptopnya. Dua manusia serupa beda usia itu sama-sama serius dengan urusan masing-masing.

"Daddy, Bu Citra cantik kan?" Tanya Farel tiba-tiba.

Gerald yang belum faham maksud pertanyaan putranya lalu menoleh. Dia melepaskan kacamatanya dan mengalihkan fokusnya pada Farel.

"Kenapa bertanya seperti itu?" Tanya Gerald.

"Ya tidak papa. Ingin tanya saja." Ucap Farel.

"Cantik kan Daddy?" Tanya Farel lagi.

"Perempuan cantik wajar kan?" Jawab Gerald lagi.

"Ibu Citra sama Mommy kira-kira cantikan siapa Dad?"

Gerald langsung memasang ekspresi tidak sukanya. Apalagi putranya mulai mengungkit mantan istrinya yang Gerald benar-benar muak mendengarnya.

"Bisa kita tidak bahas ini boy ?" Tanya Gerald langsung.

Farel yang sudah faham dengan maksud sang daddy hanya bisa mengangguk lalu diam. Namun, tak berapa lama dia kembali bersuara.

"Cantik Bu Citra kan Dad?" Tanyanya lagi.

"Iya." Jawab Gerald pada akhirnya. Dia memilih menjawab iya, agar putranya tidak lagi bertanya yang bisa mengganggu konsentrasinya.

Farel tersenyum puas dengan jawaban sang daddy. Dia lalu berjalan keluar dari menuju kamarnya sendiri.

"Mau kemana?" Tanya Getald saat melihat Farel keluar dari ruang belajar.

"Tidur." Jawab Farel tanpa menoleh.

***
"Giwa besok kekantor Ayah ya," Giwa yang tengah fokus dengan ponselnya lalu menoleh pada sang ayah.

Rehan duduk di hadapannya dengan sebuah majalah di pangkuannya.

"Mau apa Yah?" Tanya Giwa langsung. Dia malas jika harus di libatkan pada urusan kantor. Menurutnya sedikit membosankan.

"Datang saja. Ayah mau minta tolong," jawab Rehan lagi.

Giwa lalu beralih menatap Rafa yang ada di sebelahnya. Namun, kakak lelakinya itu hanya menggeleng dan mengangkat bahunya pertanda tidak tau.

"Giwa nggak mau ya kalau ayah suruh aneh-aneh." Ucap Giwa memperingatkan.

"Aneh-aneh itu memangnya ayah suruh apa. Orang ayah cuma mau minta tolong kok. Nanti ayah gaji deh." Bujuk Rehan lagi. Sulit sekali meminta putrinya itu bergabung mengelola bisnis bersamanya.

"Berapa?" Giwa yang awalnya tidak terlalu tertarik, begitu mendengar soal gaji dia langsung antusias.

"Gajinya?" tanya Rehan.

"Iya lah, memangnya apa lagi. Kalau cocok harganya, Giwa datang tapi kalau nggak cocok ya nggak datang." Jawab Giwa dengan santainya.

Rehan hanya bisa mengikuti keinginan putrinya itu. Dia hanya bisa mengangguk dengan pasrah.

"Berapapun Ayah bayar." Ucap Rehan dengan seriusnya.

"Deal..."

Ucap Giwa dengan girangnya.

***
Keesokan harinya, Giwa benar -benar berangkat kekantor dengan stelan kantornya. Dia berangkat bersama sang ayah.

Sampai di kantor beberapa orang yang mengenal Giwa langsung menyapa ketika melihat putri bungsu pemilik perusahaan itu datang kekantor. Hal yang sangat jarang terjadi.

GIWA DAN KISAH CINTANYADonde viven las historias. Descúbrelo ahora