BAB 4: RUMAH FAREL

1.5K 314 16
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

"Kak Giwa pulang jam berapa?"

Giwa melirik jam di pergelangan tangannya. Tangannya mengapit ponsel yang ada di telinga. Sambil terus berbicara dengan lawan bicaranya dari seberang sana.

"Mungkin sebentar lagi Mbak. Kenapa?" jawab Giwa pada Nawang yang menjadi lawan bicaranya di telpon itu.

"Titip semangka ya."

Giwa tertawa pelan, dia fikir kenapa kakak iparnya itu menelpon ternyata ingin titip di belikan semangka. Ternyata ada ibu hamil yang sedang ngidam semangga.

"Cuma semangka?"

"Iya, semangka aja. Tapi yang kuning ya."

"Oke, nanti aku belikan."

"Oke, terimakasih Kak. Asalamu'alaikum ..."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah itu panggilan tertutup. Giwa meletakkan ponselnya kembali melanjutkan pekerjaannya yang sisa sedikit itu, sebelum pulang. Dia tidak ingin meninggalkan pekerjaan saat pulang kerumah.

Tiba-tiba Pak Angga, salah seorang rekannya sesama guru masuk kedalam kantor dengan wajah yang terlihat lelah. Dia mengambil duduk di sebelah Giwa karena memang meja mereka bersebalahan. Tangannya langsung sibuk mengetikkan sesuatu di laptop.

"Belum pulang Pak?" tanya Giwa pada Pak Angga.

"Sebentar lagi Bu. Habis ngurusin anak kelahi, bikin pusing saja." Keluhnya pada Giwa.

"Siapa Pak?"

"Anak kelas satu, siapa tadi namanya. Farel sama Refan. Basah kuyup Refan di dorong ke kolam. Susah sekali di nasehati, saya sampai pusing."

Giwa yang mendengar nama Farel, jadi teringat bocah laki-laki yang pagi tadi bertemu dengannya.

"Terus sekarang anaknya di mana Pak?"

"Refan sudah pulang di jemput orang tuanya, kalau Farel masih di taman. Tidak mau pulang tadi di jemput sopir."

Giwa langsung merasa iba dengan kondisi Farel. Sedikit banyak dia tau, keadaan bocah itu. Apalagi pagi tadi suasana hatinya sedang buruk.

"Coba saya lihat, sekalian mau pulang." Ucap Giwa ingin pergi melihat kondisi Farel. Apalagi kalau anak itu kembali berulah dan tidak mau pulang seperti sebelumnya. Pasti akan membuat sopirnya kewalahan. Giwa langsung membereskan barang-barangnya sebelum pulang.

"Saya titip surat ini Bu."

Giwa menerima surat yang baru saja di cetak oleh pak Angga itu. Membacanya sekilas dan memasukkannya kedalam amplop. Lalu pamit dan pergi meninggalkan kantor guru.

Sampai di taman ternyata betul, Giwa melihat Farel yang tengah duduk berdua bersama laki-laki yang Giwa ketahui sebagai sopir bocah itu.

Farel, bocah itu hanya diam sambil terus menunduk memainkan jarinya. Sedangkan sopirnya duduk dengan lesu di hadapanya.

"Kok belum pulang?" tanya Giwa saat sampai di dekat Farel.

Bocah laki-laki itu hanya menoleh sekilas dan mengabaikan keberadaan Giwa. Sedangkan sopirnya, dia tersenyum sopan pada Giwa.

"Farel kenapa belum pulang?" tanya Giwa lagi. Dia mengambil duduk disebelah Farel.

"Nunggu jemputan," jawab Farel lirih.

Giwa lalu menoleh ke arah sopir yang duduk di hadapannya itu. Namun, laki-laki itu hanya menggeleng. Giwa mulai faham apa yang terjadi.

"Kan sudah ada pak Sopir, mending pulang dulu sama pak sopir. Sekolah sudah sepi lo, coba lihat sudah pulang semua."

GIWA DAN KISAH CINTANYAWhere stories live. Discover now