BAB 11: RENCANA FAREL

1.8K 248 20
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Farel duduk di depan meja belajarnya sambil mewarnai. Sejak tadi kegiatannya hanya menggambar dan tidak berencana tidur. Padahal hari sudah larut. Berkali-kali Farel menghela nafasnya dengan malas. Matanya berkali-kali menoleh kearah jam yang ada di atas meja.

Ceklek...

Terdengar suara pintu di buka, Farel hanya menoleh tanpa niat bertanya pada orang yang masuk kekamarnya.

"Tuan Muda belum tidur? Hari sudah larut besok harus sekolah." Tanya Bi Rimah ketika melihat tuan mudanya masih menggambar padahal hari sudah larut.

"Daddy sudah pulang Bi?" Tanya Farel pada Bi Rimah. Sejak tadi dia menunggu daddy-nya pulang.

"Belum Tuan Muda. Tidak usah di tunggu lebih baik segera tidur." Ucap Bi Rimah dengan pelan. Namun, Farel hanya menggeleng pelan. Dia tetap ingin menunggu.

"Farel mau tunggu sebentar lagi." Ucap Farel.

"Yasudah kalau begitu, Bibi tinggal ya Tuan Muda. Nanti kalau ngantuk langsung tidur saja."

Farel mengangguk sebagai jawaban. Lalu setelahnya Bi Rimah pergi dari kamar Farel.

Setelah Bi Rimah Pergi, Farel langsung turun dari ranjangnya. Dia membuka pintu penghubung dan masuk kekamar daddy-nya. Otak kecilnya memilih untuk menunggu di sana.

***

Siang itu Farel pulang sekolah seperti biasa di jemput oleh sopirnya. Sejak tadi sopirnya sudah menunggu, namun ketika farel datang bocah itu justru meminta sang sopir untuk pulang.

"Bapak pulang saja dulu," ucap Farel pada sopir yang siang itu menjemputnya.

"Memangnya Tuan Muda belum mau pulang? Atau masih ada pelajaran tambahan. Biar Bapak tunggu disini." Ucap sang sopir pada tuan mudanya itu.

"Tidak usah Bapak pulang saja."

"Lalu Tuan Muda bagaimana?"

"Bilang sama Daddy, Farel ke rumah teman."

"Teman yang mana? Rumahnya dimana?"

"Jauh. Bapak tidak tau. Sudah pokoknya bilang saja begitu."

"Terus nanti kalau Bapak di marahi Tuan bagaimana Tuan muda. Bapak takut."

"Takut kenapa. Memangnya Daddy makan orang. Sudah sana Bapak pulang, nanti Farel telpon Daddy kalau Bapak tidak berani." Ucap Farel lagi dengan tidak sabarannya.

"Bapak tunggu saja ya, sampai tuan muda pergi sama temannya. Bapak khawatir ini, atau bapak antar saja ke rumah temannya. Bagaimana, mau tidak?" Ucap sopir tersebut masih tidak mau pergi.

Farel tentu saja menggeram kesal. Susah sekali meminta sopirnya itu pergi. Bisa gagal rencananya kalau sopirnya masih ada disana.

"Bapak kok rewel sih, dibilang suruh pulang. Nanti Farel marah lo kalau Bapak tidak mau pulang. Farel bilang sama Daddy biar Daddy pecat, mau?" akhirnya Farel memilih mengeluarkan ancamannya. Berharap ini akan berhasil.

Dan ternyata benar berhasil, sopir tersebut langsung berpamitan untuk pulang setelah mewanti-wanti Farel untuk berhati-hati dan segera menghubungi dirinya atau tuannya karena jika tidak sudah pasti dia yang akan di makan hidup-hidup oleh majikannya apalagi jika sampai terjadi sesuatu dengan tuan mudanya.

Farel duduk di kursi taman tempat biasanya dia duduk. Setelah mengusir sopirnya pulang, Farel kembali masuk ketaman.

Dia memainkan kakinya dengan kesal, bahkan kadang membuang nafasnya dengan bosan.

GIWA DAN KISAH CINTANYAWhere stories live. Discover now