eka ✧

1.1K 165 123
                                    

The Grim Reaper-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Grim Reaper-!

Meski Taufan sempat loading sebentar, dia tak membuang-buang waktu. Taufan berlari dengan sangat cepat, melintasi gang-gang sempit serta bangunan-bangunan besar.

Berkat gagak pemandu itu, Taufan jadi tahu betul letak keberadaan si roh merah.

Kecepatannya di atas rata-rata. Bahkan jika di angkakan, kecepatan nya berada diantara seratus enam puluh kilometer per jam.

Mungkin Taufan sekarang bisa menyaingi Valentino Rossi si pembalap motor itu.

Apabila melihat siluet roh merah di depan nya yang juga turut berlari, Taufan menyapa kembali dengan nada ramah. "Hei, Hali! Mengapa kamu lari!? Aku kan bukan tukang tagih hutang!"

Tidak di hiraukan. Taufan bagaikan angin semata.

"Halii! Berhenti!"

BRAKK

Roh Halilintar berhenti berlari, hal itu membuat Taufan mengerem mendadak hingga terjungkal kedepan dan mencium tanah.

"Kau yang ke sembilan puluh sembilan," Kata Halilintar dingin.

Roh itu berbalik, memandang malaikat maut yang memakai setelan cerah dengan tatapan sinis. Lantas, Halilintar mengangkat kaki kanan nya sedikit lalu menghentakkan nya ditanah.

BZZZTTT

"AWWWW!"

Sebuah kilat berwarna merah menyambar Taufan secara menyeluruh. Hingga tubuh Taufan mau tak mau hangus bagaikan bokong panci milik ibu kalian.

Perlahan, malaikat maut itu memejamkan mata dan memudar di tempat.

"Aku tidak berniat main kasar. Tetapi, kamu yang memaksa ku."

Halilintar beranjak dari tempat. Membiarkan tubuh Taufan memudar secara berkala. Itu berarti malaikat maut itu akan lenyap, yeah, itu hal yang lazim.

Hanya satu prinsip Halilintar. Sentuh dia dan Halilintar akan menghanguskan tubuh kalian.

Roh merah itu berdecih pelan. Jalan nya lambat seperti biasa-- sebelum akhirnya sosok yang dia pikir telah lenyap malah sedang asyik nongkrong di pohon pisang.

"Yo, Hali! Mengapa muka mu kaget sekali? Aku ganteng, ya?" Kata Taufan usai memakan pisang mentah langsung dari tandan nya.

Bersama para monyet yang bergelantungan, Taufan masih setia tersenyum lebar-- membuat para monyet berteriak kegirangan.

"Ndas mu!"

Roh merah itu merasa terancam. Bagaimana bisa seorang malaikat yang telah hangus kembali hidup?!

Begitu hendak memecutkan kecepatan tuk lari, Taufan berpindah dengan sangat cepat-- menindih Halilintar hingga jatuh ke tanah.

"Pisang di dunia manusia cukup enak. Tetapi, rasanya kelat. Ku pikir rasanya manis . . ."

"Apa yang kamu inginkan!? Lepaskan aku!" Halilintar memberontak. Kedua tangannya mengeluarkan percikan listrik, berniat untuk menyambar si Taufan sekali lagi--

Tetapi Taufan cepat tanggap. Jadi dia mencengkram kedua tangan Halilintar ke belakang tubuh.

"Pertama, mencoba membunuh seorang malaikat."

"Kedua, karena telah menolak di bawa ke akhirat."

"Ketiga, menetap di bumi sebagai roh . . . sekarang, ada pembelaan, Hali?" Kata Taufan seraya mencongkel sela gigi nya yang tersangkut pisang mentah dengan batang lidi.

Oh, Taufan, tahukah engkau bahwa image mu bukan lagi seram. Melainkan sangat menjengkelkan!

Roh itu marah. Terbukti dari tubuh nya yang bergetar. Ohoho, entah kenapa Taufan punya kesenangan tersendiri ketika melihat si gledek ini marah . . .

BZZZTT

Sentruman listrik bertegangan tinggi muncul dari dalam tanah. Membentuk pusaran debu yang mengelilingi keduanya.

Taufan hanya tersenyum miring. Mau main-main rupanya, "Pusaran Taufan!" Dan debu yang menghalangi pandangan telah hilang keseluruhan.

Taufan menatap kebawah, tangan kanan Halilintar telah lepas dan tengah menggenggam sesuatu. Apa itu?

WHUSS

Halilintar dengan segala amarah dan dendam melemparkan segengam batu kerikil beserta pasir ke mata Taufan.

"AAKHHHHH!!"

Itu membuat Taufan menjerit-- meskipun dia malaikat, tetapi dia merasakan sakit sebab dia telah merubah penampilan nya menjadi manusia-- otomatis dia juga meniru hal yang melekat pada manusia.

"Rasakan itu!"

Taufan berhasil di dorong Halilintar hingga terjerembab ke tanah. Tangan nya masih setia mengucek mata yang perih luar biasa.

Dia harus berubah kembali menjadi wujud asal nya!

Pusaran angin mengitari Taufan dengan kencang nya, membuat Halilintar tak dapat melihat apa yang terjadi pada Taufan.

Apa dia mau berubah menjadi kamen rider?

Dan ternyata salah! Sepasang sayap hitam membentang luas, menampilkan simbol kokoh dan kuat. Netra biru Taufan menyala lebih terang dengan pedang sabit di tangan kanan nya.

"Jangan menguji kesabaran ku, Halilintar." Ancaman itu bagai sinyal bagi udara untuk menipis. Halilintar otomatis merasa sesak-- juga para monyet yang tengah menonton turut merasakan dampak nya.

Bungkam. Halilintar merasakan aura kuat yang mendominasi dari malaikat maut itu. Sehingga dia yang hanya roh dengan cepat tersudut.

SRINGG

Mata pedang sabit yang melengkung tajam itu menyentuh kulit leher nya. Pedangnya berkilau menyengat netranya, dengan kulit nya yang mulai melepuh apabila pedang itu menyentuh kulitnya.

"Ikut atau aku akan melenyap kan mu. Atas izin yang maha kuasa, aku punya hak memutuskan. Pilihlah."

Taufan bukan lagi sosok absurd yang terlihat main-main. Sosok nya berubah drastis menjadi menyeramkan.

Rasa perih mencekik leher roh merah itu. Padahal baru seinchi mata pedang itu menyentuh kulit nya-- tetapi efek nya tidak bisa di sepelekan.

"Aku . . ."

"Kamu punya waktu tiga detik. Dimulai dari tiga . . .

dua . . .

satu!"

Netra Halilintar membulat total. Taufan mengangkat pedang nya ke udara dengan seringai. Lalu dengan sangat cepat, Taufan menghantamkan pedang itu tepat ke leher nya-

D-dia masih belum bisa pergi!

"AKU TIDAK BISA! TIDAK SEKARANG! ADIK KU MEMERLUKAN KU!"

SRINGG

Hanya ada sepoi-sepoi angin. Roh merah itu tidak merasakan sensasi terbakar kala leher nya di potong, dan ketika dia mendongak, yang di dapati adalah wajah penasaran Taufan.

"Adik?"

_________________________________________

The Grim Reaper | TauHali ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang