dvasasa ✧

873 135 144
                                    

The Grim Reaper-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Grim Reaper-!

Perpisahan kian menghampiri di kala mentari telah hilang di ufuk barat. Mau tidak mau, mereka harus siap untuk merasa sedih.

Tetapi Ice merasa tidak perlu ada kesedihan. Baik Taufan dan Halilintar memang akan pergi, tetapi ingatan mereka masih bersama Ice. Selama dia hidup, ingatan indah hari ini akan menyertai Ice.

Gugusan bintang dan bulan sabit menerangi langit malam itu. Taman, tempat mereka bertiga menapak menjadi saksi perpisahan mereka.

"Kak, peluk dulu. Biar aku makin semangat buat hidup." Kata Ice manja. Dia lalu merentangkan tangan nya-- menyuruh Halilintar untuk memeluk nya.

Halilintar mendengus sebal. Tetapi dia tetap memeluk erat adik nya dan membiarkan aroma lumpur di badan nya tercium oleh Ice. "Baiklah, anak manja." Rupanya Halilintar memberikan bonus kecupan di pipi Ice hingga adik nya itu merona hebat.

Taufan, mana Taufan? Oh, rupanya dia berada di belakang. Menjadi nyamuk sementara untuk saat ini. Diam-diam dalam hati, Taufan rupanya tersiksa. Kapan ya Halilintar bisa begitu pada nya?

Pelukan itu terlepas. Ice kembali menangis, membuat Halilintar dengan cepat menyeka nya. "Jangan menangis. Memang berapa umur mu?"

Sementara itu, Ice hanya menatap jengkel dengan bulir air mata di wajah. "Jangan munafik. Kakak juga menangis, tuh."

Halilintar mengulas senyum tipis. Sial, dia tidak sadar jika air mata nya luruh tiba-tiba. Kan jadi malu.

"Pulanglah, Ice. Tidur dan bermimpi indah lah." Halilintar mendekati Ice, mengecup pelan dahi si adik lalu beralih ke kedua pipi.

"Aku sayang kakak. Meskipun setelah ini kakak tidak akan di sisi ku lagi, tapi aku tahu-"

"Aku akan menjaga mu dari atas sana. Percayalah." Tambah Halilintar usai memotong kalimat Ice.

Ini berat. Tetapi Ice tidak mampu melawan takdir, jadi, Ice menarik nafas panjang lalu melambaikan tangan.

Tungkai kaki nya membawa diri Ice pergi dari taman-- meninggalkan Halilintar dan Taufan, tapi tidak dengan kenangan indah nya.

Tidak apa-apa. Sungguh. Hati nya telah lega sekarang.

Ice berhenti sejenak. Ketika dia ingin menoleh ke belakang, suara kakak nya terdengar, "Jangan menoleh ke belakang, karena kami tidak akan ada di sana. Tetaplah jalan lurus, maka kamu akan menemukan pengganti nya."

Ah, kakak nya benar. Ice tersenyum di bawah topi biru nya. Lagi, kaki nya kembali melangkah. Meninggalkan taman itu.

"Yo, Ice! Kenapa di taman sendirian? Anak kecil tidak boleh berkeliaran malam-malam ~" Suara nya rendah dan terdengar mengolok-olok. Ketika Ice mendongak, dia mendapati seorang laki-laki dengan setelan kaos tanpa lengan, rambut acak-acakan, dan beriris jingga.

The Grim Reaper | TauHali ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang