nawa ✧

796 142 150
                                    

The Grim Reaper-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Grim Reaper-!

BRAKK

Halilintar jatuh tersungkur ketika di lemparkan dari sangkar yang mengurung. Seluruh tubuhnya melepuh oleh lava panas yang menjilat tubuh nya.

Ketika Halilintar mendongak, pandangan nya bertemu dengan ratusan malaikat maut.

Mengerikan.

Bagai seekor semut di tengah ratusan singa lapar. Dengan sangat terpaksa, roh merah itu mencoba bangun di tengah keadaan nya yang parah.

Tubuh nya hampir meleleh sepenuhnya. Aroma gosong yang kian pekat. Dan jangan lupakan malaikat maut yang membawa nya tadi-- Kaizo, tengah mencengkram leher nya dari belakang.

"Halilintar. Meninggal di umur lima belas tahun. Menetap di bumi selama tiga tahun." Kata Kaizo kepada semua malaikat maut yang berhadir di sana.

Tujuan berkumpul nya mereka tak lain tak bukan adalah untuk menyidang roh pendosa itu.

Sesuai peraturan akhirat, apabila dosa nya banyak, maka roh itu akan masuk neraka.

Apabila pahala nya banyak, maka roh itu masuk surga.

Dan apabila dosa dan pahala sama-sama banyak. Maka untuk seratus hari, roh itu akan menetap di neraka sebelum akhirnya kembali ke surga.

Namun, di mata para malaikat maut, Halilintar adalah roh yang paling pendosa diantara roh pendosa lain nya.

"Kejahatan pertama, telah menyakiti ratusan orang, bahkan sampai melukai."

Suara dari salah satu malaikat maut yang tengah memegang kertas tipis itu terdengar.

Setelahnya, sebuah hologram berwarna biru kabur menampilkan diri nya yang tengah memukuli orang-orang. Sangat brutal.

"Salah satu dari korban mu bahkan sempat sekarat. Apa alasan mu, wahai pendosa?"

Bibir Halilintar mendadak terkunci rapat. Seolah ada resleting yang mengunci nya erat. Bagaimana dia bisa menjawab jika mulut nya terkunci?

"Kejahatan kedua, karena telah mencoba membunuh saudara sendiri."

Hologram kemudian berganti, kini menampilkan potongan adegan dimana Halilintar mencekik adik nya-- Ice.

"Kejahatan ke tiga, karena telah menetap di bumi selama tiga tahun. Hukuman neraka saja bahkan tidak mampu menebus dosa dosa mu!"

Gambaran dirinya yang mencoba membunuh adik nya berubah lagi, menjadi diri nya yang tengah di hukum potong kepala. Ketika kepala nya lepas dari tubuh nya, secara otomatis kepala itu kembali tersambung.

ZRASS

Hidup. Mati. Hidup. Mati. Hidup lalu di penggal lagi.

"Kami sudah memutuskan. Hukuman yang cocok untuk pendosa seperti mu yaitu,

Si malaikat maut dengan selembar kertas di tangan nya menjeda kalimat. Suara gemuruh terdengar di sana, bukan di bumi, tapi di akhirat.

Mutilasi tubuh nya lalu beri makan kepada para gagak! Lepaskan seluruh tulang tulang sendi nya lalu rebus dan berikan pada singa-singa yang lapar!"

Siapapun! Biarkan Halilintar berbicara! Ini semua ada alasan nya!

Grep

Kedua lengan Halilintar di tahan di kanan dan kiri oleh dua orang malaikat. Di depan nya, sebuah gergaji mesin berukuran sangat besar mulai berputar dan mengeluarkan suara khas nya.

Ribuan burung gagak bertebangan memenuhi langit hingga gelap gulita. Singa-singa yang dilepaskan dari neraka menatap nyalang mangsa yang akan di sajikan dalam waktu dekat.

SRINGG

SRINGG

"Hentikan hukuman ini!"

Gergaji mesin itu tetap saja menyala, semakin mendekat seolah tak sabar memotong tiap inchi tubuh Halilintar.

"Ku bilang berhenti!"

Suara cempreng khas anak-anak itu terdengar, membuat Halilintar mendongak ke atas lalu mendapati tubuh tegap Taufan tengah membentengi dirinya dari gergaji mesin itu.

"Jangan menghalangi atau kamu juga akan menerima hukuman yang sama! Meskipun kamu adalah malaikat maut, peraturan tetap peraturan!"

Taufan terlihat menggeleng mantap. Dia merentangkan tangan di depan Halilintar dengan segala kegagahan nya.

"Semua tuduhan atas kesalahan Halilintar, tidak sepenuhnya salah!"

Solar dan Fang. Dua malaikat maut itu juga berhadir untuk menyaksikan hukuman Halilintar, tetapi apabila melihat sahabat mereka itu berbuat bodoh, mereka langsung naik pitam.

"Jangan mengada-ngada, Fan! Dia pendosa dan harus di hukum!" Kata Solar. Dia menyilangkan tangan di depan dada dengan tatapan jengkel.

"Tidak! Halilintar memang melakukan kesalahan, tetapi hal itu punya dasar masing-masing. Tidakkah kalian bisa bersimpati untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi?" Balas Taufan tetap pada pendiriannya.

Solar dan Fang mengeluh panjang. Bagaimana bisa seorang roh berwajah datar itu bisa membuat sahabat mereka sampai membela nya seperti itu?

"Ku mohon . . . dengarkan isi hati nya."

Malaikat maut yang bertugas menjatuhkan hukuman pada Halilintar mengangkat tangan nya dan gergaji mesin berhenti.

Nampak nya negosiasi Taufan berhasil.

"Baiklah. Mulai lah pembelaan mu, wahai pendosa."

Taufan tersenyum senang, bahkan air mata nya berlinangan sebab terharu. Lantas Taufan berbalik-- berjongkok, lalu mengusap kulit Halilintar yang melepuh. "Semua nya akan baik-baik saja."

"Kakak ku bukan seorang pendosa!"

Lagi. Suara yang amat sangat asing bagi Halilintar terdengar.

Sosok kecil yang ingin dia lindungi dari kecil, kini balik melindungi nya. Ice. Adik nya itu kemudian pasang badan di samping Taufan.

"T-tunggu. Ice . . . kamu bisa bicara? Dan kenapa kamu ada di sini!? A-apa-"

"Kakak cerewet. Lihatlah, tubuh mu sudah mirip gelandangan." Seloroh Ice berniat menghibur. Meski lebih mirip menghina, sih.

"Aku sudah tahu semua nya. Dan aku tidak mati, kak. Aku hanya berwujud roh, sedangkan tubuh ku aman di bumi. Asal kakak tahu bahwa roh bisa melakukan apa saja, termasuk bicara. Dan Kak Taufan yang membawa roh ku ke sini untuk menolong kakak."

Sungguh. Dari kecil hingga kematian menjemput nya, tidak pernah sekalipun Halilintar mendengar Ice bicara. Tapi sekarang . . . dengan lugas nya Ice bicara.

Hati Halilintar menghangat ketika dia di panggil kakak. Setelah semua yang terjadi, bagaimana bisa Ice masih menganggapnya kakak?

"Aku . . . hiks minta maaf, hiks." Bahu Halilintar bergetar. Untuk kedua kalinya, Halilintar menangis.

Pertama, saat dia di lahirkan ke dunia. Dan sekarang saat dia berada di ujung perpisahan. Setelah semua ini, dia tidak akan melihat wajah adik nya lagi . . .

"Shttt. Sudah, ya? Jangan menangis." Kata Taufan yang buru-buru menyeka air mata Halilintar. Oh, andaikan Taufan berbalik ke belakang, maka dia akan melihat wajah Solar dan Fang yang di buat melongo heran.

Ice hanya tersenyum tipis. Netra aquamarine nya menatap wajah kakak nya yang sama sekali tidak berubah. Masih jutek dan imut.

Baiklah. Setidaknya hanya ini yang bisa Ice lakukan sebagai seorang adik.

Ice kemudian berdiri tegak, dia berbalik menatap ratusan malaikat maut. "Saya, Ice. Dan saya akan menjadi pembela untuk kakak saya, Halilintar."

_________________________________________

The Grim Reaper | TauHali ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang