catur ✧

874 153 69
                                    

The Grim Reaper-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Grim Reaper-!

Jingga menyorot dari barat bumi. Menghantarkan sensasi silau dan hangat bagai jingga di timur bumi.

Andai saja dia masih bisa merasakan nya, tetapi bisa apa dia? Dia hanya seorang roh yang berkeliaran di bumi-- bahkan kini telah menjadi buronan bagai bandar pemasok sabu.

Sensasi dingin adalah teman akrab nya. Kesendirian juga teman nya. Namun, kini seorang malaikat maut mencalonkan diri sebagai teman baru Halilintar.

"Matahari nya indah, ya? Kaya kamu." Celetuk Taufan sok puitis. Entah mengapa tong sampah menjadi tempat nongkrong kegemaran Taufan. Segitu cinta nya kah Taufan dengan tong sampah?

"Jijik, Fan." Balas Halilintar geram.

Berangsur-angsur malam menjemput. Seorang roh dan malaikat maut tidak perlu tidur, sehingga malam itu mereka manfaatkan untuk berunding.

Seperti yang telah di beri tahu. Alasan Halilintar belum bisa pergi dari dunia adalah karena adik nya-- Ice.

Dan kemudian masalah dengan adik nya bercabang menjadi dua. Halilintar ingin meminta maaf kepada Ice, sekaligus ingin memastikan Ice di terima di sebuah unit kepolisian tertinggi di sana-- dengan begitu, keadaan Ice untuk seterus nya dapat terjamin.

"Okey. Aku berencana ingin mendekati adik mu dulu. Lambat laun aku akan membuat nya paham akan masalah kalian." Kata Taufan mengeluarkan opini. Sesekali dia membuka-tutup sakelar lampu pos ronda-- membuat bapak-bapak yang berjaga di sana ngibrit tak karuan.

"Hanya begitu? Anak itu tipe anti-sosial. Berteman dengan seseorang saja dia enggan."

Muram. Taufan merasa di remehkan, apa Halilintar lupa jika kemarin dia pernah meyakinkan seorang penjaga toko hanya dengan pesona nya!?

"Dengar. Meski kamu itu dingin bagai batu, bukan berarti adik ipar ku juga dingin seperti mu!"

"Apa kamu bilang?" Sebab tidak dengar jelas, maka Halilintar bertanya. Apa katanya tadi? Lempar adik nya? Ke mana?

Taufan otomatis menghela nafas. Dasar, imut-imut tapi budek- eh?

"Lupakan." Taufan kemudian turun dari tong sampah, memilih duduk di pos ronda di samping Halilintar. "Apa kamu tidak percaya pesona ku? Aku bahkan bisa meluluhkan hati wanita hanya dengan berkedip mata!" Tambah nya.

Bohong jika Halilintar bilang dia percaya. Muka Taufan itu lebih menjurus ke muka om-om jamet yang sering menilik perempuan muda.

Ah, sudahlah. Jika ketampanan Taufan tidak diakui, setidaknya jika dia mampu menyelesaikan masalah roh merah itu, maka dia akan di puji kehebatan nya!

"Apa kamu sayang adik mu?" Tanya Taufan mengalihkan topik. Di lihat-lihat muka roh ini memang cuek bebek, tetapi ketika mendengar cerita Halilintar, Taufan sedikit menyanggah kata 'cuek' pada diri Halilintar.

Lama sekali menunggu jawaban. Ini seperti tengah menunggu di notice oleh si doi yang bahkan tidak mengenal nya.

"Aku membenci nya."

Taufan terkejut. Hei! Apa roh dingin ini benar-benar serius mengatakan nya?

"Jangan bohong, dasar tsundere!" Tukas Taufan. Mata nya menilik gemas dengan sikap Halilintar. Lain di mulut lain di perbuatan.

"Aku membenci nya. Anak itu tidak tahu apa-apa tentang diri ku. Bahkan kematian ku."

"Itu karena kamu hanya diam. Apa kamu pikir Ice adalah cenayang? Tentu tidak." Perkataan Taufan ada benar nya. Tetapi, bagaimana bisa Halilintar memaksa diri nya yang pendiam ini berkata seperti 'aku bekerja keras untuk mu.' atau 'aku sayang kamu' atau 'apapun untuk adik ku yang ku sayangi.' ?

Lama-lama Taufan mulai naik angin. Dia merasa tiba-tiba menjadi sangat bijak! Ini pasti karena dulu dia pernah berguru dengan pak Mamat-- 1.000 abad dahulu.

Di lihatnya Halilintar yang merenung-- sedikit banyak mungkin omongan nya menjadi pertimbangan di benak roh itu.

Taufan menepuk pelan punggung Halilintar-- sebuah kebiasaan yang dilakukan untuk menenangkan roh anak kecil yang pernah dia tangani dulu.

Halilintar tentu saja kaget. Ketika hangat menjalari area punggung nya-- dia pikir tidak akan merasakan sensasi mentari itu lagi.

Mengapa telapak tangan Taufan hangat?

"Don't mind. Aku akan mengajari mu apa itu kasih sayang. Tidak perlu malu, setidaknya kamu bisa mengungkapkan nya kepada Ice nanti."

_________________________________________

Malaikat maut itu kembali berubah ke mode terlihat. Pakaian nya nampak kasual, hanya kaos putih yang dipadukan jaket biru dan celana jeans senada.

Pagi itu Taufan menyamar ala ala detektif. Dia menyamar sebagai salah satu penyewa kos baru yang berada cukup jauh dari hiruk pikuk kota.

Halilintar bilang kalau Ice juga menyewa kos disana. Plakat kos itu nampak pudar ketika Taufan telah sampai di sana.

Sembari menyeret koper tanpa isi itu, Taufan masuk lalu bertemu dengan pemilik kos. Butuh sepuluh menit untuk berbincang hal basi, lalu Taufan di berikan kamar tepat di samping kamar Ice.

Kos itu hanyalah ruangan biasa. Kecil namun masih layak huni. Total kos yang ada di sini hanya lima. Dan tiga termasuk diri nya telah di huni.

"Sekarang apa?" Tanya Halilintar yang sedari tadi mengekor bak anak kucing.

"Seperti yang ku bilang kemarin, tentu saja pdkt~ apa kamu pikir aku akan langsung menjelaskan ke inti permasalahan seperti orang jenius pada umum nya?"

Oh, Lihat Taufan! Otak nya berkembang signifikan daripada awal bertemu!

Halilintar tidak menjawab. Hanya mencebik kesal lantaran merasa tersindir karena Halilintar sempat berpikir untuk langsung memberitahu adik nya tentang hal yang menimpa dirinya.

"Hali, hali. Kita itu harus punya first impression yang war biasa!" Jelas Taufan seraya tangan nya memperagakan kalimat 'war biasa'.

Roh merah itu hanya diam. Namun, lirikan mata nya cukup untuk Taufan tahu, bahwa Halilintar tengah bingung.

"Itu berguna untuk membangun ikatan. First impression yang war biasa tidak akan mudah di lupakan!"

Oh, itu mengingatkan Halilintar saat momen kejar-kejaran pada pertemuan pertama. Berakhir damai sih, tetapi tetap saja jengkel! Karena monyet yang menonton mereka tertawa bagai tengah menyaksikan film.

"Hali,"

Halilintar beradu pandang dengan si malaikat maut ketika nama nya di panggil.

Iris Taufan kala itu berbinar terang-- nampak kontras dengan cat dinding yang lusuh.

Halilintar hanya mengangkat sebelah keningnya, "Apa?"

"Bagaimana menurut mu tentang first impression ku?" Tanya Taufan. Dia seperti berharap.

Jujur adalah perbuatan baik. Lagipula, Halilintar tidak ingin menambah dosa yang sudah banyak luar biasa.

Jadi dalam sekali tarikan nafas, semua isi hatinya di keluarkan. "Menjengkelkan, sok kenal, sok akrab, bermuka dua, om jamet, teman nya monyet, menyebalkan, bodoh dan lain-lain. Sekian terima kasih. Jangan banyak tanya."

_________________________________________

The Grim Reaper | TauHali ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang