tri ✧

958 157 62
                                    

The Grim Reaper-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Grim Reaper-!

Taufan mengemukakan kesepakatan yang akan di jalani mereka. Usai mengubah kembali tubuh nya ke mode tak terlihat, Taufan membawa Halilintar ke taman.

"Aku akan menolong untuk menyelesaikan masalah mu. Jika masalah mu selesai, maka sebagai ganti nya ikutlah dengan ku ke akhirat." Kata Taufan sembari melayang-layang. Hei! Dia tidak mau buang-buang tenaga untuk jalan kaki!

Halilintar terlihat menimbang-nimbang. Kemudian keningnya berkerut, "Bagaimana jika kamu tidak berhasil menyelesaikan masalah ku?"

Suara jentikan jari terdengar dari si malaikat maut. "Maka aku tidak akan memaksa mu pergi ke akhirat."

Itu cukup meyakinkan meski wajah Taufan bukanlah tipe-tipe meyakinkan. Jadi, Halilintar mengangguk pelan, menimbulkan pekikan kegirangan dari malaikat maut.

"Sekarang kita sudah terikat. Jadi, bagaimana jika di mulai dari sesi bercerita?" Tawar Taufan. Netra biru shapire nya menatap lekat roh merah di sampingnya. Datar tanpa ada senyum, Taufan jadi bertanya-tanya, Apakah jika Halilintar tersenyum, wajah nya akan bertambah manis?

"Hn,"

"Aku meninggal pada tahun 2002 sebab kecelakaan. Di saat-saat terakhir ku, entah apa itu, aku membuat sumpah. Dan ketika aku membuka mata, aku melihat tubuh ku yang tergeletak di tanah. Membusuk. Tanpa seorang pun tahu kalau aku sudah meninggal."

"Aku tidak punya siapapun selain Ice. Kami di telantarkan ketika masih sangat kecil di panti asuhan . . ."

"Seperti yang kamu lihat, Ice adalah seorang tuna rungu. Pada umur lima belas tahun, sesuai peraturan, kami keluar dari panti asuhan. Aku bekerja sangat keras agar bisa bertahan di dunia ini."

Halilintar berhenti bicara. Netra ruby nya menutup dikala dia memejamkan mata. Halilintar menghela nafas lalu kembali bercerita.

"Hingga suatu hari, Ice di diagnosa terkena kanker. Keadaan ekonomi kami kian memburuk . . . jadi pada malam hari, aku berniat membunuh adik ku."

Taufan terkesiap dalam diam. Dia tidak berkomentar tetapi tangan nya bergerak mengusap punggung roh merah itu.

"Aku mencekik leher nya hingga dia kehabisan nafas. Dia tidak meninggal dan saat itu juga aku tersadar, jadi aku melarikan diri dari rumah."

"Dan kamu tahu ending nya," Halilintar tersenyum tipis. Bibir nya mengeluarkan kekehan tanpa humor.

"Aku meninggal pada malam itu. Dengan kesalahpahaman diantara kami."

_________________________________________

Akhirat, adalah tempat dimana Taufan berada sekarang. Dia telah meminta izin pergi ke akhirat sebentar untuk beberapa urusan.

Malaikat maut itu ingin meminta pendapat teman sejenis nya tentang kesepakatan yang dia jalani dengan roh merah itu.

Sekian lama mencari, dua bestie nya itu ternyata sedang bercengkrama dengan beberapa roh anak-anak.

"Solar! Pang!"

Yang di panggil pun menoleh lalu mendapati Taufan yang melambaikan tangan nya.

"Berapa kali harus ku bilang? Namaku Fang! Bukan Pang!" Pemilik rambut raven itu mencebik kesal, namun dia tetap menghampiri Taufan.

"Bagaimana misi mu, Fan?" Solar memulai konversasi. Agak nya dia penasaran tentang roh merah yang kini jadi trending topik di akhirat.

"Panjang cerita ny-"

"Pendekkan!"

"Uhm, begini. Hali-- maksud ku roh itu tidak bisa pergi sekarang. Ada masalah yang harus di selesaikan dan aku-"

Fang dengan cepat memotong. "Kamu berniat membantu nya, right?"

Tepat sasaran! Taufan mengangguk pelan dengan muka macam tak tahu menahu.

Taufan berpikir, mungkin kedua sahabatnya akan mendukung perbuatan nya. Mengingat selama ini mereka berdua lah supporter baginya.

"Kamu gila!"

Tetapi hal itu berkebalikan. Justru kedua sahabatnya itu nampak murka.

"Apanya? Kan aku hanya ingin menolong nya."

Solar menghela nafas lalu memijit pelipisnya. "Dengar, Fan. Roh itu telah berada di bumi sekitar tiga tahun! Bisa kamu bayangkan betapa banyak dosa nya sekarang?"

"Dan kamu malah menahan nya di bumi . . . jika malaikat lain tahu, maka mereka akan menjemput roh itu secara paksa. Atau kemungkinan buruk nya adalah, dia akan dihukum berat."

Netra si malaikat biru itu bergetar. Apakah tindakan nya salah? Ah, tidak! Tindakan nya sudah benar. Lagipula, dia tidak bisa hanya abai akan masalah Halilintar.

Setidaknya Halilintar berada diakhirat dengan hati yang lega . . .

Lalu Taufan tersenyum bangga. Ada blink-blink yang sangat menyilaukan di sekitar nya, membuat Solar dan Fang sontak memakai kacamata hitam.

Aura kepercayaan diri yang besar. Taufan menepuk dada nya, "Kalau begitu, aku hanya perlu menyelesaikan masalahnya dengan cepat!"

"Kamu tidak pernah mengambil resiko seperti ini. Jangan bilang, kalau kamu menaruh hati pada roh itu!?"

Apa? Menaruh hati? Hahaha, mana mungkin. Taufan si malaikat maut adalah orang yang baik hati, jadi sudah semestinya dia menolong Halilintar.

Taufan menggeleng pelan, namun kemudian termenung sebentar. "Menaruh hati? Kalaupun itu benar, rasanya akan sulit bagi kami untuk bersama."

_________________________________________

The Grim Reaper | TauHali ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang