BAB 5 : Kayla

72 20 112
                                    


Sudah beberapa hari setelah pasca kejadian menjijikan itu, kini aku menuruni anak tangga dari dua lantai. Memang sangat amat padat yang di dalam Stasiun Manggarai terutama jam masuk kantor, memang arlojiku sudah menunjukkan pukul 06:30 WIB.

Semua orang berlarian, bahkan ada beberapa dari petugas sampai membuat jalur buka dan tutup untuk mengantisipasi agar tidak berdesakan. Meski beberapa orang yang berprotes-khususnya ibu-ibu yang tidak mau mengalah berteriak dengan kata "Ribet." Atau, "Menyusahkan." Ya, kurang lebih seperti itu dan yang buat aku kesal, mereka meneriaki hal yang seperti itu di dekat kupingku.

Buset, aku tau ibu-ibu yang budiman ini mau demo. Tapi enggak dikupingku juga kali!

Aku menepuk-nepuk kupingku agar kupingku tidak budeg tiba-tiba, tetapi yang pasti, aku bisa berangkat.

Setelah petugas membuka jalur, orang-orang memenuhi anak tangga menuruni ke jalur peron enam, yang di mana salah satunya menjadi jalur yang aku lalui, Stasiun Tanah Abang. Ketika hendak aku menelusuri peron itu, kulihat sosok yang tampak familier denganku.

"Mas Haikal?" sapaku, lalu pria yang kulit sawo matang itu menoleh ke arahku.

"Oh hei, Kay!" sapanya. Biar aku beri tahu kalian, aku berteman baik dengan Haikal-Dia gebetan yang sampai saat ini aku rahasiakan. Tentu saja merahasiakan perasaanku sejak dahulu kala. Jika kalian ingin tahu, aku sudah berteman lama dengan Haikal sejak di bangku sekolah dasar dan kami berpisah sejak aku berpindah rumah di daerah Cikini. Aku dengar, dia sekarang sudah menjadi orang sukses di perusahaan aplikasi terbesar di dunia. Ah, memang sih. Semua orang yang di sekelilingku menjadi orang besar-tetapi aku hanyalah seorang dosen tidak tetap.

Untuk membuka percakapan, aku melemparkan senyum kepada Haikal dan membuka dialog ringan, "Omong-omong kok masih pakai kereta? Padahal, aku dengar mas udah punya mobil," celetukku dengan tertawa pelan.

"Kamu tuh yah, kalau aku bawa mobil ke kantor, yang ada macet di jalan dan enggak ketemu kamu," goda Haikal memberikan senyuman menariknya-oh tidak, ini terlalu illegal! Ini masih pagi! Enggak. Kamu harus tetap waras, Kayla. Ingat, kamu harus sadar. Ini di stasiun-kamu enggak boleh teriak. Aku pun menutup mulut agar tetap terlihat menjaga image, namun aku pun menyenggol bahunya.

"Mas Haikal emang dari dulu masih suka modus, ya," ujarku dengan menyenggolkan bahu Haikal. Aku berterima kasih kepada Tuhan, akhirnya aku merasakan cerahnya pada hari Senin-yang mitosnya, hari Senin adalah hari yang menyebalkan sedunia. Walau tidak bisa kupungkiri, memang aku juga sebal dengan hari Senin karena kembali bekerja setelah week end.

Haikal pun tersenyum padaku, dan kami bercakap-cakap sambil berjalan menuju ke arah Stasiun Tanah Abang. "Kamu sekarang kerja di mana?" tanyanya dengan santai.

"Aku sekarang ngajar di kampus swasta di Grogol, Mas. Kalau Mas Haikal?" balasku.

"Aku sekarang jadi Project Manager di apk wassup, Kay. Dan ini baru saja balik dari lemburan," ucapnya dengan mengusap-usap rambutnya yang terlihat masih tampak awut-awutan dan tidak teratur. Andai aku ini adalah pacarnya, aku mungkin akan merapikan penampilannya-tetapi ini seperti mustahil, tidak mungkin aku membenarkan pakaiannya walau aku bukanlah siapa-siapa baginya.

Hingga langkah kami sudah di depan Peron, aku pun memasuki peron kereta menuju stasiun Tanah Abang. Meski hati tidak bisa "Mine." Setidaknya, disenyumin sudah sangat cukup.

Teringat masa lalu yang membuatku masih menyimpan perasaan sama sejak dahulu kala, kuingat betul Haikal yang dari dulu sudah tampak sangat istimewa dalam memori. Sering kali kami pulang berasa semasa kami di bangku SMP, jalan-jalan bersama menelusuri indahnya kenangan, bahkan dahulu kami sering kali bertukar cerita dan mengisi hari-hari kami dengan keceriaan bersama. Orang tua kami sangat dekat sampai Haikal dan Aku saat itu saling berteman baik-hingga aku merasa ada yang aneh dengan diriku, setiap aku memikirkan Haikal di masa lalu, perasaan cintaku semakin menggelora, semakin bermekaran, dan membuatku tersipu malu. Sampai aku tidak sadar, perjalanan kami terputus karena kami berbeda peron.

TRANSIT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang