BAB 12: Adam

31 12 52
                                    

Setelah beberapa lama aku meng-cross check website, aku memutuskan untuk memeriksa ulang tentang keamanan data, melihat perkembangan customer experience*, feature tambahan di aplikasi dan beberapa hal yang bisa menjadikan pertimbangan untuk aku tanyakan kepada Soni untuk rapat dengan Tester. Karena terlalu asyik mengecek, hingga aku tidak sadar bahwa ada seseorang yang mengetukkan mejaku.

"Bro," ucap Faiz dengan mengisyaratkan untuk merokok di rooftop. Meski aku sudah berhenti merokok, tidak kemungkinan Haikal dan Darryl juga ikut ke rooftop untuk beristirahat.

"Bro, duluan aja, nanti gue nyusul," ungkapku dengan masih mengerjakan yang ada dihadapanku. Kulirik pula Darryl dan Haikal yang mendatangi meja kerjaku.

"Ya udah, kita duluan ya," ujar Faiz yang bersama mereka pun memisahkan diri dari meja kerjaku.

Kantor kini tampak sunyi, dan aku merasa bertambah fokus mengerjakan pekerjaanku. Hingga beberapa menit kemudian, aku pun mendapatkan notifikasi chat dari Kayla.

Aku tidak bisa berhenti tersenyum melihat notifikasi dari Kayla yang rupanya menerima tawaranku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak bisa berhenti tersenyum melihat notifikasi dari Kayla yang rupanya menerima tawaranku. Toh, hubunganku dan dia tidak lain hanya saling membutuhkan, dan menyelesaikan masalah kami masing-masing. Menjadi palsu di saat satu perkara, kupikir tidaklah susah bagiku. Hanya menjawab dengan mengaku-ngaku sebagai pacarnya di waktu arisan akhir bulan ini, dan dies natalies? Kupikir itu pekerjaan yang mudah, hanya menebarkan gimmick ke pada orang-orang.

***

Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat, aku bersegera untuk pergi menuju rooftop. Kulihat penampakan yang tidak biasa—Haikal berduaan dengan Bu Soraya di depan mesin vending machine. Tanpa basa-basi, aku memotret kedua insan tersebut dengan gawai. Lalu aku pergi dengan cepat memasuki lift. Yah, barang kali bisa menjadi bahan counter attack bila nanti dijahili pada grup wassup kerja.

Wah, gila. Seorang Haikal yang flirty bisa ngomong berduaan sama Bu Soraya yang galak. Kesurupan apa ya, si Haikal? Tanyaku dalam batin.

Kecurigaanku makin menjadi-jadi setelah mengingat Haikal telah mengerjai Kayla beberapa waktu lalu di stasiun KRL. Jujur, aku merasa keberatan bila Haikal menggoda Kayla. Padahal sangat jelas, dia sangat lengket dengan banyak wanita. Entah kenalannya, orang yang baru dia temui, bahkan teman sepermainan pun aku tahu, berkat curhatan yang sering kali terpaksa kudengar—walau dia sering menyogokku dengan segelas kopi.

Sedangkan Kayla itu sudah terlihat begitu polos, dan bisa saja dia jatuh hati dengan Haikal yang senang bermain-main dengan wanita.

Sejujurnya, aku sedikit keberatan dan tidak rela bila Kayla jatuh hati dengan orang yang salah seperti Haikal. Akan tetapi, aku bisa apa? toh aku hanya sebagai outsider yang melihat Kayla dari kejauhan.

Kembali lagi pada kesadaranku. Pintu lift terbuka, kulihat dari kejauhan Faiz dan Darryl sedang duduk di bangku sofa yang juga mengobrol dengan Risa di hadapan mereka berdua. Kudekati mereka, kudengar seruan mereka yang cukup nyaring hingga terdengar di kedua telingaku.

TRANSIT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang