BAB 9: Kayla

56 12 93
                                    

Adam, kamu enggak sopan. Bisa-bisanya kamu menghubungiku secara tiba-tiba, bahkan saat aku belum berantisipasi—lebih tepatnya, seperti sekarang. ketika ditengah-tengah aku memeriksa data untuk journal untuk submisi dalam rangka menambah kreditku untuk menjadi dosen tetap malah kau datang dengan mudahnya mengobrak-abrik perasaan dan pikiranku. Menyebalkan.

Jika kamu menduga dosen hanyalah pekerjaan mengajar mahasiswa, salah besar. ada beberapa tugas harus dijalani pula, seperti melakukan penelitian—seperti sekarang misalnya. Menambah beberapa kredit atau poin untuk kenaikan jenjang pangkat menjadi dosen tetap yang sebenarnya, itu pun masih bagian kecil dari beberapa kewajibanku sebagai dosen di kampus.

Memang, menjadi dosen tetap adalah salah satu dari banyak impian yang kuinginkan—meski tidak bisa berharap lebih, realitanya banyak sekali guncangan dan gesekan terjadi. Namanya juga hidup, ya harus dinikmati prosesnya, 'kan? Ironisnya seperti itu.

Tanpa kusadari, waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB, memang idealnya aku sudah tertidur beberapa jam lalu. Tetapi aku menemukan hal yang menarik perhatianku. Aku melihat beberapa informasi dari aplikasi wassupku yang rupanya banyak dari dosen sudah membicarakan Dies Natalis* di kampus, entah itu hanya rumor ataupun berita asli, seketika pikiranku terdistraksi oleh Dies Natalis tepat kejadian tahun lalu.

Tepat tahun lalu, banyak dosen ataupun mahasiswa memamerkan diri dengan capaian mereka ataupun segala aspek yang mereka miliki—memang ajang pamer itu tidak ada dalam peraturan acara tersebut, tetapi ini menjadi tradisi tahun ke tahun.

Aku teringat, tahun lalu adalah Dies Natalis perdana yang kuikuti. Selain aku mendapatkan relasi antar sesama dosen dan berbincang dengan guru besar antar kampus, tidak sedikit juga di antara mereka yang memamerkan kekayaan, capaian hidup, dan lainnya yang membuatku gelisah dan tidak nyaman.

Dengan pertanyaan mereka tentang, kuasa, jabatan, ketenaran, kekayaan, bahkan relasi hubungan seseorang dipamerkan. Sejujurnya, membuatku muak bukan kepalang.

Kupikir lagi, buat apa memamerkan sesuatu untuk motivasi? Bukannya justru menjadi banyak celah untuk iri, dengki, bahkan kebencian tumbuh dari "pamer". Itu sendiri? Yah, walau aku saat itu masih naif tentang hal itu, tetapi sejak aku diberitahu oleh mentorku sendiri—Pak Johan, dia yang kuanggap dosen yang paling bijaksana dan paling kuhormati dari sekian dosen yang ada ditempat kerjaku.

"Mau di mana pun kamu berpijak, jangan pernah kamu menyombongkan diri, Nak. Kita enggak punya apa pun di dunia ini, meski kelak kamu akan menjadi dosen tetap ataupun guru besar, gunakan jabatan itu untuk menyebar kebaikan. Jangan seperti mereka yang menyombongkan diri tetapi kerjanya nihil," kata Pak Johan.

Sejak itu, aku menganggap Pak Johan sebagai role model-ku sebagai dosen sekaligus guru dalam hidupku—nilai nilai kehidupan dan kebijaksanaan seolah tidak pernah habis dari kepalanya.

Suara arah jarum jam membuatku kembali sadar akan lamunanku, mungkin esok akan kubahas dengan Deborah. Kututup layar gawai dan masih menerka-nerka tema apa yang akan ditentukan pada Dies Natalis tahun ini.

Semoga saja bukan seperti tahun lalu. Semoga lebih baik. Dan semoga ... aku akan baik-baik saja.

***

Aku datang beberapa jam lebih awal dari pada biasanya, dan pagi ini terasa lebih dingin daripada beberapa hati lalu, kulihat siaran ulang pada kanal website Yutub untuk melihat Aya yang rupanya kemarin telah tayang videonya yang rupanya cukup panjang. memang satu-satunya penghiburku saat ini adalah videonya yang penuh jenaka untuk melepas segala stress yang kupunya.

"Hai sayang-sayangku! Hari yang cerah untuk kita semua! Aku mencium aroma-aroma good vibes untuk beberapa hari ke depan nih!" terang Aya dalam videonya yang sedang melakukan vlog sendiri, memang sangat jelas aku iri dengan Aya. Mengapa tidak? Di dalam videonya dia sangat terlihat bahagia—bahkan dia pun sekarang bersantai di pinggir pantai Kuta, Bali dengan menggunakan Maxi Dress berwarna kuning dengan menikmati cocktail.

TRANSIT!Where stories live. Discover now