🎖️Bab 3🎖️

57 21 0
                                    

"Aku benci membahas masa laluku."

****

12 Mei 2019

Deru nafas terdengar jelas di lorong yang sepi. Nathan menyeka keringatnya sebelum melanjutkan perjalanannya menuju lift ke Penthouse Class. Dirinya masih memegang ranking kedua.

Entah, apa yang dipikirkan lelaki itu hingga mau mengambil penelitian di kelas Menengah. Kondisi lantai kelas tersebut sangatlah kotor seperti tidak berpenghuni.

"Bagaimana bisa mereka belajar dengan keadaan seperti ini?" tanya Nathan sambil mengintip ruang kelas yang terbuka. Melihat pisau berlumuran darah membuatnya bergidik ngeri.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Suara perempuan menghentikan pergerakan Nathan yang mencoba membuka nakas kecil di luar kelas.

Tatapan Nathan tidak bersahabat ketika mengetahui siapa yang datang. "apalagi jika meneliti, Michelle."

Michelle, perempuan tadi mendekat ke arah Nathan. "Lakukanlah sepuasmu disini sebelum kamu dibunuh."

"Jika yang terjadi adalah kebalikannya ... apa yang kamu pikirkan?" Michelle terdiam sebentar sebelum dirinya menyenggol bahu Nathan cukup keras.

Pemilik ranking pertama itu benar-benar frustasi. Kenapa dirinya tidak bisa membalas ucapan Nathan. Lagi-lagi harus lemah di depannya. "Kalau seperti ini terus diriku bisa tergantikan olehnya."

****

Plak!

Dania menampar putri sulungnya di aula sekolah. Betapa memalukan dirinya mengetahui ia ditampar oleh ibunya di aula khusus kelas Menengah. Michelle menatap wajah ibunya yang ternyata juga menangis.

"Ibu malu punya anak sepertimu. Apa yang kamu lakukan belakangan ini?"

"A-aku tentu belajar, ibu. Dan –"

"Kalau kamu belajar. Kenapa nilaimu turun drastis!" potong Dania menampar Michelle kedua kalinya, namun menggunakan kertas hasil ujian. Michelle menyadari satu hal, sejauh mana pun ia menyembunyikan hasil ujiannya, orang tuanya pasti akan mengetahui cepat atau lambatnya.

"Ibu pikir kerjaanku hanya belajar, belajar, dan belajar?"

Dania diam menatap anaknya. Tatapannya benar-benar meremehkan. Wanita paruh baya itu menahan rasa malunya sejak para ibu siswa Penthouse Class berkumpul membicarakan anak mereka.

"Tidak, ibu! Ibu menyalahkanku karena satu ujian ini? Padahal penelitianku lebih tinggi nilainya dari hasil ujianku." Michelle membuang kertas ujiannya tepat didepan ibunya. Tidak peduli orang lain melihat kedurhakaannya, ia ingin mendapatkan keadilan.

"Kamu tidak lihat Melody, adikmu. Walaupun dirinya berada di ranking tiga. Tetapi, dia hampir menjatuhkanmu."

Michelle menangis dan pergi dari sana. Ia tidak tahan lagi jika terus dibandingkan dengan adiknya sendiri.

****

"Kak ...."

Suara Merida membuat Michelle geram. "Menjauhlah, adik yang munafik!"

"Aku tahu ... kamu sebenarnya ingin mengambil posisiku kan? Ambillah kalau bisa." Amarah Michelle tidak terbendung, ia mendorong adiknya keluar kamar dan membawanya ke pinggir pagar. Dibawa sana terdapat 5 lantai menuju taman kelas. Tengah gedung berbentuk lingkaran tumbuh sebuah pohon yang membuat suasana sejuk.

Kolam dangkal yang dikelilingi kursi taman untuk para siswa belajar membuat taman itu terlihat begitu indah. Banyak siswa membuat Melody takut jika dirinya terjatuh.

Nevada : Save Our Rank [Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang