🎖️Bab 19 🎖️

17 9 9
                                    

Sosok baru?

****

Mrs. Huje dinyatakan bersalah dan dipenjara seumur hidup sesuai kasus yang terjadi. Desar tidak peduli rintihan dan minta maaf dari wanita tua tersebut. Ia tidak mengampuni orang yang sudah membunuh anaknya sendiri.

Keadaan sekolah perlahan mulai kondusif, para siswa kelas Menengah mulai diperbolehkan untuk naik dan mengunjungi lantai Penthouse Class. Tidak sedikit dari mereka yang mengakui kemewahan lorong kelas tersebut. Di lantai 35 terlihat Hansel yang menyuruh tukang bangunan untuk memperbaiki setiap sudut ruangan kelas Menengah. Lelaki itu mendapatkan izin dari Kepala Sekolah untuk membuat lorong menjadi nyaman.

Malam nanti adalah malam dimana pengumuman siswa-siswi Penthouse Class yang terbaru di tahun 2022 menjelang 2023. Nevada yang berada di aula tersenyum dan mengelus lantai panggung. Tidak ada lagi bekas darah karena sudah digantikan dengan ubin yang baru. Bahkan langit-langit kaca diganti dengan corak yang lebih indah.

Melody mendekati Nevada yang memandang ke atas melihat langit malam. Ia memahami keadaan temannya itu. Hampir 100 hari semenjak kepergian sang kakak, Nevada menjadi pribadi dengan sifat yang sama seperti Nathan.

Suara berisik terdengar semakin keras menuju aula membuat Nevada dan Melody menengok ke arah Arsan yang disusul oleh Yuba. "Apa yang kalian bawa?" tanya Nevada kemudian menaruh mikrofon yang sedari tadi ia pegang.

Ada empat kotak makanan. Arsan mengatakan mereka membelinya sesuai kesukaan masing-masing. Yuba menaruh plastik berisikan minuman yang direkomendasikan dari kantin kelas Menengah.

Melody senang melihat Yuba yang mulai bisa berbaur dengan Penthouse Class. Mrs. Coma memutuskan untuk menghapus beberapa poin peraturan termasuk dilarangnya setiap kelas mengunjungi kelas lainnya.

****

Dengan tiga kotak yang tingginya memenuhi wajahnya, Merida berhati-hati membawa semua itu. Langkahnya terhenti karena satu persatu kotak tersingkirkan dan wajahnya bisa melihat jalan.

"Hai, butuh bantuan?" tawarnya namun ia sudah membawa dua kotak itu. Merida ingin sekali menolak bantuan lelaki tersebut, melihat ruangannya cukup jauh jadi kesempatan besar untuknya bisa lega.

"Terima kasih." Lelaki itu berbalik dan mengangguk. Merida belum pernah melihat orang itu dan terlihat dari pakaian dan cara dia memandang sekeliling seperti anak baru. Dengan cepat Merida menyamakan langkahnya.

"Apa kamu anak baru? Aku tidak pernah melihatmu selama ini?" tanya Merida membuat lelaki tadi mengangguk kembali. Wajahnya yang tampan, seperti ulzzang korea membuat Merida jatuh hati saat bertatapan.

Suaranya yang soft membuat Merida terus memikirkannya. "Ya, aku Kevin Jaydenvi. Panggil saja Kevin." Perkenalan yang cukup mendadak membuat Merida terlihat gagap. Gadis itu menerima jabatan tangan dari Kevin.

"I-iya, aku Merida Gurito Tianses. Bisa panggil Merida saja." Mendengar nama Merida membuat Kevin mengernyitkan dahi. Karena ruangan yang mereka tuju semakin dekat membuat Merida berjalan terlebih dahulu.

Gadis itu mengeluarkan kunci dari kantong roknya. Kevin masih terdiam walaupun mulutnya ingin bertanya banyak mengenai Merida. Keduanya menyusuri ruangan pribadi Merida yang terkesan mewah. Banyak furniture mahal yang tidak bisa terhitung harganya.

Kevin terpukau dengan susunan ruangan tersebut. Bisa terbilang ruangan itu adalah ruangan kerja Merida. terpampang banyak sekali sertifikat dari lomba, olimpiade, hingga pertukaran pelajar ke Arab Saudi. Gadis itu bahkan membuat Kevin mendekat ke salah satu foto besar. Disana Merida terlihat sangat cantik sekali dengan berbalut pakaian ala Belanda dengan garis loreng biru navy. Tatapannya yang tajam, namun indah membuat Kevin tidak bisa berhenti memandangnya. Bingkai yang terbuat dari emas sungguhan itu tidak luput membuat kecemburuan.

Nevada : Save Our Rank [Terbit✓]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant