🎖️Bab 13 🎖️

17 8 3
                                    

Desar kembali berbohong

****

"Sebentar lagi kita akan mengikuti ujian ... posisi kita akan tergantikan, namun kita berenam ingin tetap bersama. Aku berharap kamu bisa menjadi ranking pertama, dan mengubah takdir kematian ranking pertama."

"Kamu ingat kematian kak Michelle juga terjadi karena pertengkaran kedua orang tuanya. Lalu, kak Nathan juga terjadi hal yang sama. Bahkan kakak laki-laki Giselle, Jay, juga terjadi kasus yang sama," lanjut Arsan yang berjalan keluar lift.

Nevada tidak begitu terkejut mendengar penjelasan Arsan yang begitu detail, karena ia sendiri juga membaca riwayat pemilik ranking satu dari tahun ke tahunnya. "Kamu ingin aku menjadi ranking satu dan mengatakan yang sejujurnya?"

"Intinya seperti itu. Dan kamu juga bisa mengembalikan masa kejayaan sekolah. Lihat saja di lantai bawah ... kelas Menengah bersiap seperti zombie penuh belajar."

"Kurasa mereka tidak hanya memikirkan soal belajar, tetapi membunuh kita juga," sahut Gisella yang memberikan sebuah permen kopi kepada dua lelaki tersebut.

"Terima kasih," sahut Arsan dan Nevada bersamaan membuat Gisella merangkulnya.

****

Gisella memberikan banyak coretan yang berisikan mengenai ancaman yang ia dapatkan dari kelas lain. Yang paling banyak berasal dari kelas Downstairs. "Kenapa kelas Downstairs menjadi seperti ini?" tanya Nevada yang turut membaca salah satu kertas.

"Kurasa mereka mengikuti arahan dari kelas Menengah." Arsan menceritakan kepergian nya melewati lantai kelas tersebut. Nevada tidak percaya banyak dari mereka yang belajar dengan giat dan beberapanya lagi fokus ke peralatan benda tajam.

"Apa tidak ada guru yang mengajar di sana atau menegur mereka?" tanya Gisella yang disetujui oleh Nevada. Arsan juga turut setuju karena dirinya memikirkan hal tersebut. Benda tajam memang dilarang oleh sekolah, namun benda seperti gunting, cutter dan pemotong kertas masih digunakan.

"Kalian tidak tahu, kalau salah satu guru di sana tewas dibunuh murid kelas Menengah karena kondisi yang tidak kondusif." Arsan membuat Gisella yang mengambil sebotol teh terkejut.

"Yang benar?" tanya Gisella memastikan lalu kembali ke ranjang milik Arsan. Gadis tomboy itu memang seperti penguasa setiap kamar anggota Penthouse Class. Melihat Gisella dengan jaket kulit membuat Nevada bingung.

"Jaket milik siapa yang kamu kenakan? Aku tidak pernah melihatnya." Gisella menyadari jaket yang ia pakai. Namun, tatapan sendu menjadi jawaban pertanyaan tersebut.

"Jaket ayahku."

"Kurasa aku bukan anak yatim ... hanya saja ibuku mungkin menyembunyikan sesuatu. Tidak mungkin jika ada pakaian pria di gudang dan bahkan jaket ini masih terlihat baru," kata Gisella melanjutkan jawabannya sebelumnya mencuri wafer dari tangan Arsan yang belum digigit.

****

"Nevada, kamu mau tidur di kamarku?" tawar Arsan mengingat malam itu sudah menunjukkan tengah malam. Semenjak kejadian kematian Nathan, sekitar seribu penjaga akan mulai berkeliaran. Hal itu membuat Nevada menolaknya.

"Kurasa belum terlalu malam dan ...." Keduanya mendengar suara teriakan dari luar. Bahkan suara pistol menggelegar.

Penjagaan terketat ada di lantai kelas Menengah. Gisella mengirimkan pesan ke Arsan kalau ada lima penjaga dibunuh oleh beberapa siswa disana. Nevada yang mendengar dari Arsan bergidik ngeri.

"Kamu mau dibunuh mereka? Mereka bisa saja naik ke lantai asrama kita." Lengan Arsan ditinju oleh Nevada yang kemudian berlari kecil menyembunyikan badannya dibalik selimut. Arsan menggelengkan kepalanya.

Nevada : Save Our Rank [Terbit✓]Where stories live. Discover now