🎖️Bab 6 🎖️

29 16 6
                                    

Pidato yang tertulis ....

****

Nevada mengetik pidato itu kembali dan melihat pidato milik Michelle, siswi yang membuatnya penasaran akan identitasnya. Ia memutuskan untuk menyamakan pidato tersebut dan hanya mengubah tanggal serta nama-nama yang memang ia sebutkan di acara nanti.

Berita tentang ulang tahun sudah beredar dimana-mana, bahkan televisi pun menyiarkannya. Nevada menjadi sedikit tertekan dengan semua itu, ia memilih dirinya yang membawakan pidato dibandingkan kakaknya.

"Aku hanya tidak ingin kak Nathan mengalami musibah yang sama seperti kak Michelle. Kematian pemilik ranking satu selalu tidak lengkap."

'Tertulis pada?' batin Nevada melihat sobekan kertas di buku tersebut. Tangan itu mencoba membolak-balikan halaman buku. Dan berpikir terjatuh atau terselip di lembaran yang lain. Namun, hasilnya nihil.

"Apa terjatuh di Perpustakaan?"

"Tapi tidak mungkin ... aku takut jika sobekan itu berisikan tanggal kematian kak Michelle." Nevada memilih untuk fokus mengetik dan menyelesaikannya sebelum tengah malam.

****

Melody menatap pergerakan Nevada dengan intens sampai lelaki itu menyadari. Nevada melambaikan tangannya di depan wajah Melody. "hai, Melody ... apa kamu melamun sampai menatapku seperti itu?"

"Apa yang kamu lakukan di perpustakaan?" tanya balik Melody memutar bola matanya pelan. Nevada menjadi curiga dan bingung.

"Kapan? kemarin siang?"

"Tadi malam ... apakah kamu yang menutup pintu perpustakaan?" Gelengan kepala dari Nevada membuat Melody terdiam dan memasang raut percaya. Gadis itu tahu jika bayangan yang ia lihat tadi malam adalah Nevada.

'Kamu tidak bisa membohongiku, Nevada'

"Kenapa kalian terlihat canggung?" tanya Gisella sambil mengunyah permen karet. Entah, kapan kedatangan perempuan tersebut di tengah-tengah keduanya. Dengan gayanya yang sedikit tomboy membuat langkahnya terdengar jelas. Hanya ada bertiga di kelas tersebut.

Arsan menaruh tasnya santai di sebelah meja Nevada. Ia melemparkan permen satu persatu ke meja ketiga temannya. "makanlah ... aku tahu kalian suka."

Nevada menatap sinis Arsan. "apa kamu lupa aku alergi apel dan kamu memberikanku permen rasa apel?" Pertanyaan Nevada mengundang tatapan sendu Arsan. Lelaki yang ditegur hanya tersenyum dan mengambil permen tersebut kembali.

"Aku akan ambil balik. Dan ... aku tidak ingin kamu masuk rumah sakit seperti kemarin. Manja banget."

"Ngaca! Kamu juga gitu ...." Nevada memukul lengan Arsan cukup kencang membuat yang dipukul pura-pura kesakitan.

"Aduh! Ah, kayaknya lukaku kena pukul," ucap Arsan mengelus lengannya, tidak lupa ia memasang wajah kesakitan. Nevada mencoba menaruh tangannya dan memeriksa.

"Maafkan aku, Arsan ... biar aku ... aduh." Arsan sedikit tertawa melihat reaksi Nevada yang panik bahkan sampai mencari obat merah di kotak pensilnya. Melihat itu Arsan menghentikan pergerakan tangan Nevada.

"Tenanglah, aku hanya bercanda."

"Kurasa kepedulianmu sangat tinggi sampai kamu rela mengobatiku," lanjut Arsan kemudian memberikan permen karet kepada Nevada. Ia tersenyum melihat Nevada yang berkaca-kaca seperti mau nangis.

"Apa yang kamu lakukan kepada adikku, Arsan!" Teriakan Nathan membuat Arsan dan Nevada terkejut ditambah tatapan Hansel membuat Arsan menciut.

"Ya! Dengarkan aku dulu ... kak!" Nevada mencoba menghentikan kakaknya yang sudah mengejar Arsan yang kabur. Hansel tertawa puas melihat adiknya kena cubit oleh Nathan.

Nevada : Save Our Rank [Terbit✓]Where stories live. Discover now