🎖️Bab 12 🎖️

20 11 1
                                    

Rencana Arsan

****

Seorang pria melepaskan dasinya kuat, tidak peduli dasinya robek. Ia mengelus pelipisnya. "Apa yang kulakukan? Kenapa aku tidak bisa menyelamatkannya"

Jas dengan warna yang senada dengan kemeja dilepaskan, dan dilempar ke sembarang arah. Ruangan itu menjadi tempat yang membuatnya tenang tanpa dicurigai siapa pun.

Ingatan saat kejadian kemarin malam kembali muncul. "kurasa aku tidak bersalah ... jadi, aku akan berusaha menutupi keteledoranku."

"Nathan! Kenapa kamu harus melakukan hal yang seperti ini. Argh! Aku harus membuat ujian pergantian posisi Penthouse Class kembali."

****

Doralia terlihat bingung melihat keenam siswa Penthouse Class yang begitu berbeda. Mereka terbangun, namun tidak ada memiliki semangat. Terlebih lagi Hansel, Merida, dan Nevada.

"Aku sahabat yang bodoh," gumam Hansel menggenggam tangan kanannya kuat. Merida menaruh kepalanya di bahu Hansel, air matanya turun pelan.

Nevada terlihat pucat, membuat Doralia dan Leira khawatir. "Anak-anakku, mari makan, yuk. Kalian butuh stamina." Kedua wanita itu mencoba membantu mereka berdiri dan datang ke meja makan.

Di atas meja sana sudah disajikan banyak makanan, tentunya dikhususkan untuk mengembalikan kesehatan para siswa tersebut. Gisella yang selalu periang dan banyak bicara saat makan kini terdiam. Memang gadis tomboy itu tidak terlalu dekat, namun ada satu kejadian yang membuatnya berterima kasih kepada Nathan.

"Kak Nathan, jujur aku ingin mengucapkan terima kasih karena sudah berusaha membantuku menemukan jati diriku yang sebenarnya. Harusnya aku terus berterima kasih kepadanya ... bukan saat dia sudah pergi, baru aku mengatakannya."

Doralia memeluk Gisella dengan lembut. Gadis itu tersenyum kaku mendongakkan kepalanya. "Makanlah, sayang. Nathan tahu kalau kamu adalah anak yang bisa melakukan hal yang sama."

Melihat Hansel yang menyuapkan makanannya terlebih dahulu membuat Gisella mulai menyantap makanannya. Walaupun susunan ranking, Hansel berada di urutan keempat, namun diantara mereka berenam, Hansel lah yang paling tua setelah Nathan.

Merida turut menyantap makanannya. Walau keadaannya yang sangat sedih, tidak bisa dipungkiri semua makanan disana mencoba mengembalikan mood mereka.

"Teman-teman, aku tahu kita kehilangan teman seperjuangan. Tetapi, kita tidak boleh larut dalam kesedihan seperti ini. Lihatlah sup ini. Disana ada ikan bakar yang dibuat khusus dengan keadaan dagingnya yang begitu sempurna matangnya. Dan disini Nathan masih ada bersama kita ... menguatkan kita." Merida berdiri dan menaruh sumpitnya.

"Kita berenam harus bertahan demi menyelamatkan hubungan persaudaraan kita sebagai siswa Penthouse Class," lanjut Merida lalu meminum jus miliknya. Ia berjalan ke arah Doralia.

"Kita punya ibu Doralia yang akan membantu kita nantinya. Siapapun yang menjadi ranking satu, aku hanya ingin orang itu salah satu dari kita berenam." Mendengar ucapan Merida, semua pandangan menuju ke Nevada.

"Ibu ... mungkin ibu tidak tahu dimana ayah sekarang. Sebelumnya aku merebut ranking satu karena dipaksa, namun melihat kepergian kak Nathan ... kurasa aku tidak bisa menyebutnya terpaksa, melainkan 'harus'." Nevada mengatakan kata 'harus' demi memberikan pernyataan yang jelas.

"Apa maksudmu, nak?" tanya Doralia yang kebingungan kenapa anaknya terpaksa.

"Ibu, jika aku tidak merebut posisi kak Nathan. Kalian akan bercerai. Dan aku tidak mau melakukannya jika harus begitu. Namun, aku melakukannya demi kak Nathan dan mencari tahu yang sebenarnya ...."

Nevada : Save Our Rank [Terbit✓]Where stories live. Discover now