Prolog : Alasan Untuk Tidak Jatuh Cinta

659 54 0
                                    

Hong Jisoo, anak semata wayang dari pasangan Hong Kihyun dan Hong Saejin. Sebagai anak semata wayang, Jisoo dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Didikan dari Kihyun dan Saejin tak pernah lepas dari setiap langkah Jisoo.

Sejak umur 5 tahun, Jisoo sudah menunjukkan sifatnya yang ramah dan baik hati. Semua orang yang terlihat kesusahan akan Jisoo dekati, ditawarkan bantuan. Tentu saja hal itu membuat Kihyun dan Saejin khawatir. Mereka khawatir tentang keselamatan anak tunggal mereka.

Tapi, Jisoo selalu kembali dengan selamat. Dengan penuh semangat, Jisoo ceritakan pengalamannya tadi. Walau sempat khawatir, Kihyun hanya bisa menghela nafas lega dan mengusap rambut Jisoo. Kihyun bangga memiliki Jisoo, begitu pula Saejin.

Bertumbuh besar, Jisoo memiliki paras yang manis. Matanya seperti rusa, turunan dari Saejin. Jika tersenyum, bibirnya terlihat lucu. Matanya pun kadang ikut tersenyum saat bibirnya tersenyum. Sifat ramahnya selalu menarik orang lain untuk mengenalnya lebih jauh.

Di masa SMA-nya, Jisoo memberikan waktunya secara khusus untuk belajar memasak dan membuat minuman spesial. Pertama-tama, dia sajikan karyanya kepada Kihyun dan Saejin.

Mereka menyukai milkshake buatan Jisoo dan berniat mendaftarkan Jisoo ke kursus memasak. Jisoo pun setuju jika setiap hari Sabtu dan Minggu dia akan belajar di kursus memasak.

Disana, dia bertemu dengan cinta pertamanya, Ahn Woojung. Kulit tan yang mempesona, rahang tegas, namun sifatnya sangat lembut. Jisoo yang kala itu masih berumur 16 tahun bertemu dengan Woojung yang sudah menginjak umur 20 tahun.

Awalnya, mereka hanya sekedar kenal nama. Mereka hanya menyapa disaat mereka berpapasan. Namun ada saat dimana Jisoo membuat kesalahan ketika membuat pastry, dan Woojung yang membenarkan kesalahan Jisoo.

Woojung menanyakan nomor Jisoo dengan maksud agar ketika Jisoo membuat pastry di rumah, Woojung bisa memonitor dan mengoreksi apa kesalahan Jisoo. Jisoo pun setuju dan memberikan nomornya. Disana lah mereka mulai dekat.

Ketika Jisoo membuat pastry, mereka akan melakukan video call. Jisoo akan menunjukkan seluruh prosesnya, termasuk omelan-omelannya yang masuk ke dalam microphone. Kadang Woojung mengoreksi, kadang Woojung biarkan.

Saat pastry percobaannya sendiri berhasil, dia sangat senang. Jisoo bahkan mengirimkan foto disaat mereka masih melakukan video call. Woojung tersenyum, memberikan ucapan selamat.

Mereka terus merajut hubungan semakin dekat, sampai Jisoo menamatkan jenjang SMA. Di acara kelulusannya, Woojung datang, memberikan sebuah buket bunga besar. Jisoo tersenyum lebar, mengucapkan terima kasih, dan memeluk buket bunga itu erat.

Sekembalinya Jisoo dari sekolah, dia membuka surat yang memang terselip diantara bunga mawar. Tangannya langsung meraih ponselnya saat membaca tulisan yang menyatakan apakah Jisoo bersedia untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Woojung. Lebih dekat dari hubungan teman.

Mereka sama-sama dilanda asmara, sehingga mereka akhirnya berkencan. Banyak hal-hal indah yang dilalui bersama. Orang tua mereka pun menerima identitas anak mereka selama mereka saling mengasihi. Orang tua mereka pun merestui jikalau hubungan ini dibawa ke jenjang yang lebih tinggi.

Ketika Jisoo berumur 20 tahun, Woojung mengajaknya untuk membangun sebuah kafe. Modal kebanyakan digelontorkan oleh Woojung, Jisoo setuju. Kafe bernuansa beige itu terletak di lokasi strategis, membuat kafe itu tak pernah kehilangan pelanggan.

Setiap pagi, Jisoo lihat wajah pacarnya yang sumringah menyambut dirinya untuk memulai pekerjaan bersama. Satu menyiapkan bahan-bahan, satunya lagi menata meja. Setelah kafe dibuka, barulah mereka bisa bersantai sedikit sembari menunggu pelanggan.

Bisa dibilang, Jisoo memiliki kehidupan yang sempurna. Setiap pengalaman yang dia lalui selalu berbuah manis. Sayangnya, kebahagiaan yang selalu Jisoo rasakan harus kandas setelah 3 tahun menjalin hubungan.

Pada suatu hari saat toko telah tutup, mereka sedang menata barang-barang kembali ke tempatnya. Tiba-tiba saja Woojung berkata, "Soo, aku mau putus."

Jisoo yang kala itu baru selesai memasukkan bahan minuman ke kulkas langsung menegang. Dia terpaku di depan kulkas, tak sanggup bergerak. "Kenapa?" tanya Jisoo. Suaranya hampa, tak mengira hubungannya akan kandas tanpa alasan jelas.

"Aku nggak bisa hidup selamanya sama kamu. That's it." Mendengar penjelasan Woojung yang terkesan tak acuh, hati Jisoo terasa dicabik-cabik. Alasan seperti itu?

Mereka dekat semenjak Jisoo berumur 16 tahun, menjalin hubungan ketika Jisoo menginjak umur 18 tahun. 5 tahun dekat, 3 tahunnya menjadi sepasang kekasih kandas karena alasan tidak bisa hidup selamanya bersama Jisoo.

"What do you mean, Woojung? Apa maksud kamu yang bilang kalau kamu nggak bisa hidup selamanya sama aku?" tanya Jisoo lagi. Suaranya kini bergetar, berusaha menahan perasaan sakit yang membuncah.

"I have found a woman that's better than you." Hanya itu penjelasan yang keluar dari mulut Woojung. Alasan bahwa Woojung telah menemukan seorang wanita yang lebih baik dari Jisoo. "Di bulan Januari kemarin, aku ketemu dia. Semenjak itu juga aku selingkuh dari kamu."

Senyum getir Jisoo mengembang. Ya, Woojung tak bisa selamanya bersama Jisoo karena Jisoo membosankan. Woojung tak salah. "Aku nggak salah," tambah Woojung. Suasana gelap menyelimuti mereka berdua yang masih sibuk dengan urusan masing-masing.

"Aku pindah kota besok. Toko ini kamu ambil alih. Aku mau ninggalin semua kenangan kita disini." Itu kalimat terakhir yang Woojung ucapkan. Setelahnya, Woojung benar-benar pergi.

Pergi meninggalkan Jisoo sendiri di dalam kubangan kesedihan.

Sejak saat itu, Jisoo punya alasan untuk tidak jatuh cinta. Dia tak mau gagal. Dia tak mau kisahnya bersama Woojung terulang kembali. Dia lebih baik tak mempunyai pasangan sama sekali daripada harus mengulang hal yang sama.

Dari keseluruhan hidupnya yang sempurna, hanya percintaannya yang hancur.

[✓] Halo, Teman Lama | CheolSooWhere stories live. Discover now