5. Hubungan

313 41 1
                                    

Hening. Tak ada suara apapun. Suara keramaian ala perkotaan pun gagal menembus masuk ke dalam ruangan. Beberapa pasang mata itu hanya saling melempar tatapan, tanpa ada niatan buka percakapan.

Seungkwan dan Minghao melihat ke arah Seungcheol, Seungcheol balas menatap mereka dengan bingung, sementara Jisoo menatap ketiganya bergantian dengan kepala yang berasap.

Sepertinya ini saat yang tepat untuk berkata jujur kepada Seungkwan dan Minghao, menjelaskan situasi apa yang dialaminya hingga detik ini. Seungkwan dan Minghao sudah Jisoo anggap seperti teman dekatnya.

Mungkin, tak ada salahnya jika dia berterus terang akan masalah yang dia hadapi.

Masalahnya, Jisoo kebingungan merangkai kalimat. Banyak hal yang perlu dijelaskan. Dirinya pun tak berani untuk membuka tentang hubungannya bersama Seungcheol pada Minghao dan Seungkwan walau mereka berdua sudah dia anggap layaknya adik kandung.

Di lain sisi, Seungkwan dan Minghao ikut bingung akan eksistensi Seungcheol. Siapa pria di depan mereka ini? Pegawai baru? Namun, Jisoo dan Woojung tak pernah mempekerjakan pegawai.

Mereka mengenal Jisoo dan Woojung yang dengan bangganya bekerja memakai kedua tangan mereka sendiri. Tak mungkin mereka mempekerjakan pegawai di kafe yang sangat mereka banggakan.

Sayangnya, tatapan mereka seakan-akan secara tersirat menyatakan bahwa Seungcheol adalah mangsa yang tepat untuk disantap. Maka dari itu Seungcheol juga ikut kebingungan.

Apa salahnya sehingga dia ditatap layaknya dia adalah seorang penjahat keji? Dia berniat baik, kenapa dirinya seakan dituduh melakukan kejahatan besar?

"Ini Choi Seungcheol," ucap Jisoo memperkenalkan, membuat semua pasang mata beralih ke dirinya. Jisoo menelan ludahnya yang terasa begitu sulit sebelum lanjut bertanya, "Kenapa kalian ngeliatin Kak Cheol gitu?" Tentu sasaran dari pertanyaannya adalah Seungkwan dan Minghao.

Seungkwan masih tak bergeming, sementara Minghao buka suara, "Lo siapanya Jisoo?" Bukannya menjawab pertanyaan, Minghao malah balik melempar pertanyaan kepada Seungcheol.

"Saya teman masa kecil Jisoo dulu," jawab Seungcheol santai. Tak membeberkan status mereka saat ini tanpa persetujuan Jisoo. Salah satu sikap positif dari Seungcheol. "Saya cuma mau bantu Jisoo manage kafenya doang, kok," tambah Seungcheol.

Minghao diam, Seungcheol diam, keheningan mengambil alih. Tentu Jisoo tak bisa selamanya tak buka suara, jadi Jisoo ambil nafas untuk menenangkan diri, kemudian berkata, "Kwan... Hao... Aku mau jujur tentang sesuatu."

Seketika itu juga pandangan Minghao dan Seungkwan beralih pada Jisoo. Tatapan mereka pun melunak, berbeda dari tatapan mereka pada Seungcheol. "Kenapa, Soo?" tanya Minghao lembut, sementara yang ditanya sibuk menetralkan nafas.

Seungkwan mengusap punggung Jisoo lembut saat sadar Jisoo masih membutuhkan waktu. Jika Jisoo sedikit kesusahan saat bercerita, itu berarti Jisoo mengalami sesuatu yang sangat menyakitkan. Mereka paham, kenapa Jisoo tak langsung bisa bercerita.

Setelah nafasnya berangsur-angsur membaik, Jisoo menambahkan, "Ingat, kan, kalau udah 6 bulan aku nggak buka kafe? Selama 6 bulan itu aku berusaha move on." Minghao masih setia pasang telinga, walau kebingungan tergambar jelas di wajah laki-laki berambut cokelat terang itu.

"Move on itu susah, apalagi kalau pasanganku yang selingkuh," lirih Jisoo. Lagi dan lagi, rasa sakit menyeruak di dada. Dia terlalu sering menangisi hal sama hampir setahun lamanya sehingga air matanya pun rasanya sudah terkuras. "Dari Januari, Woojung ternyata selingkuh."

Mata Minghao maupun Seungkwan membelalak tak menyangka, sementara Seungcheol hanya diam, membiarkan Jisoo menjelaskan situasinya pada kedua temannya. Dia pun tak ingin merusak suasana.

[✓] Halo, Teman Lama | CheolSooWhere stories live. Discover now