9. Cerita Manis

279 33 0
                                    

Siang ini, matahari bersinar terang untuk memulai kegiatan. Hari Sabtu pula, hari dimana surga menyinari. Kebanyakan pekerjaan berhenti di hari Jumat, membuat Sabtu dan Minggu sebagai hari untuk mengambil rehat.

Bagi Jisoo, membuat hidangan pencuci mulut baru adalah istirahat baginya. Jisoo bisa tumpahkan seluruh perasaannya sembari menuangkan adonan ke dalam loyang. Jisoo bisa membuat krim kue dan lanjut bercerita, seakan adonan itu bisa mendengar ceritanya.

Jisoo berpikir, apa sesuatu yang cocok untuk dimakan di siang hari ini. Sesuatu yang bisa mengimbangi hari Sabtu ini. Mungkin, sesuatu yang manis dan sejuk akan cocok berpadu dengan hari Sabtu yang cerah.

Sejujurnya, Jisoo tak punya niat untuk membuat sesuatu yang manis. Hari ini seharusnya merupakan jadwalnya untuk mengatur beberapa perabotan di kafenya. Ada beberapa perabotan yang baru dia beli dan ingin dia tambahkan di kafenya.

Jadwalnya diratakan karena dirinya sendiri yang mengajak Seungcheol untuk datang ke rumahnya. Entah kemasukan setan apa yang berhasil membuat Jisoo mengajak Seungcheol dengan alasan membuat hidangan pencuci mulut.

Namun, pertanyaan itu seharusnya tertuju pada Seungcheol yang langsung mengiyakan ajakan Jisoo. Jisoo tak tahu, apakah Seungcheol benar-benar tak ada kesibukan atau hanya kasihan pada Jisoo. Benar-benar tak bisa Jisoo tebak.

Belum sempat dirinya membuka kulkas, suara notifikasi dari ponselnya membuat Jisoo segera berlari menuju pintu depan. Seperti yang ditebak, Seungcheol datang. Berbalut hoodie putih polos, sweatpants, dan sepatu kets putih, serta menenteng satu kantong plastik berhasil membuat umur asli Seungcheol tersamarkan.

"Masuk dulu, Kak," ajak Jisoo, membiarkan Seungcheol masuk. Setelah pintu rumahnya kembali ditutup, dia berjalan menuju dapur yang diikuti oleh Seungcheol. Jisoo bawa Seungcheol ke dapur khusus untuknya.

"Wah... Minimalis banget..." Seungcheol berdecak kagum. Laki-laki berumur 26 tahun itu berputar demi bisa melihat keseluruhan interior dapur Jisoo. "Ini kamu semua yang milih desainnya, Soo?"

Dengan senyum kecil, Jisoo mengangguk. Pujian itu berhasil membuat Jisoo melayang. Dia rasa, pipinya memerah seperti kepiting rebus. Sayang, reaksi itu tak berlangsung lama. Setelah melayang jauh tinggi di atas awan, dirinya dijatuhkan kembali ke tanah.

Interior dapur ini juga dipilih oleh Woojung. Interior yang mereka putuskan berdasar kedua belah pihak.

Hatinya kembali teriris, dicincang dengan brutal seolah-olah hatinya adalah daging sapi. Jisoo tak akan berbohong jika dia masih menyimpan rasa bagi pria itu. Pria sama yang meninggalkannya tenggelam dalam lautan kesedihannya.

"Oh, iya, Bunda tadi minta buat nganterin katsu kari." Ucapan Seungcheol menyadarkan Jisoo. Dengan segera Jisoo berdeham, berusaha menetralkan nafasnya yang mendadak terasa sesak.

"Makasih, Kak," balas Jisoo dengan suara kecil. Jisoo ambil kantong plastik yang memang sedari tadi Seungcheol bawa. Wangi kari menyeruak ketika tempat bekal berwarna hijau muda itu dibuka. "Bunda bikin ini, Kak?" tanya Jisoo penasaran.

Seungcheol mengendikkan bahunya, "Ayah yang masak." Mendengar jawaban Seungcheol, Jisoo lantas tertawa. Minho dan Saejin adalah tukang masak di keluarga Choi maupun Hong, sementara Gaeun dan Kihyun adalah orang yang tinggal terima jadi.

Mereka benar-benar satu paket komplit.

Jisoo ambil mangkuk untuk memindahkan isi dari tempat bekal itu. "Aku mau buat dessert, Kak. Mau bantu, nggak?" tanya Jisoo, tetap fokus pada kegiatannya. Dipindahkannya katsu ke mangkuk pertama, sedangkan kari dimasukkan ke mangkuk kedua.

"Mau, sih," balas Seungcheol. Dia menumpukan wajahnya, memperhatikan kegiatan Jisoo. "Tapi aku nggak bisa masak," tambah Seungcheol, sedikit tersenyum miris.

"Nggak papa. Kan, ada aku," sahut Jisoo. Kotak bekal itu direndam dengan air di wastafel. Hal itu dilakukan agar tempat bekalnya lebih mudah dibersihkan. Toh, Seungcheol tidak akan membawanya sekarang juga.

"Boleh, deh." Seungcheol setuju, Jisoo mengangguk. Jisoo buka kulkasnya, melihat isi kulkas. Jisoo pertimbangkan untuk membuat pie susu stroberi.

"Pie susu gimana?" tanya Jisoo meminta persetujuan Seungcheol, sementara Seungcheol hanya bisa mengangguk. Kerjaan sehari-harinya adalah kertas perusahaan, bukan masak-memasak. Seungcheol tentu tidak tahu resep apa yang paling mudah.

Jisoo mengangguk. Tangannya meraih dua apron yang terlipat di atas kulkas, memberikan salah satunya ke Seungcheol. Segera Seungcheol pakai setelah menerima apron itu selagi Jisoo ambil bahan-bahan yang dia perlukan.

"Kakak bikin isian, aku bikin adonannya, gimana?" tawar Jisoo berdasarkan fakta yang ada, lalu sekali lagi Seungcheol angguki.

"Aku ikut aja, Soo, soalnya aku nggak paham masak-masakan," cetus Seungcheol, menggaruk kepalanya.

Jisoo terkekeh, "Ya udah, blender stroberi sampai halus lalu campurin dua kuning telur sama tepung maizena. Oh, SKM juga jangan lupa."

Seungcheol mengangguk, menyanggupi dan memulai tugasnya. Jisoo sesekali melihat ke arah Seungcheol sembari tangannya mengaduk adonan, memastikan apakah ada kesulitan bagi Seungcheol yang jarang menyentuh dapur.

"Soo..." Rengekan Seungcheol membuat Jisoo langsung menoleh. "Ini gimana misahin kuning telurnya..." rengek Seungcheol yang berhasil mengundang tawa dari Jisoo. Jisoo lupa memberitahukan Seungcheol cara cepat memisahkan kuning telur dari putih telur.

Jisoo ambil mangkuk dan satu botol plastik yang isinya sudah dia tuang ke dalam gelas. Botol plastik itu dia gunakan  untuk menyedot kuning telur, membuat Seungcheol terpana. "Keren," kata Seungcheol, memuji.

Jisoo tertawa singkat, sebelum menyerahkan botol itu agar Seungcheol bisa mencobanya sendiri. Mendengar suara Seungcheol yang bangga akan pencapaiannya, Jisoo tersenyum kecil.

Deja vu. Jisoo pernah mengalami ini sebelumnya, dengan posisi Seungcheol sebagai dirinya. Posisinya sekarang digantikan oleh Woojung. Jisoo ingat, hari itu merupakan hari pertama di bulan Desember tahun lalu.

Siapa yang sangka bahwa Woojung di bulan selanjutnya menjadi bosan dan mencari pasangan lain? Tentu bukan Jisoo orangnya.

Jisoo hanyalah korban dan faktor penyebab bagi Woojung. Jisoo adalah Jisoo, seseorang yang tak bisa lepas dari sesuatu yang telah lama bersamanya.

Namun sejauh ini, perasaannya tak valid. Satu sisi dia tak bisa melupakan Woojung dan ingin Seungcheol pergi, kembali menenggelamkan dirinya di lautan kepedihan. Namun di sisi lain, dia ingin bisa melupakan Woojung.

Ada perasaan yang aneh saat Seungcheol melakukan hal-hal yang biasa Woojung lakukan. Sangat aneh rasanya. Jisoo ingin menahan Seungcheol agar tetap berada di sisinya.

Namun, dia akan sama brengseknya dengan Woojung jika dia merebut Seungcheol dari cinta pertamanya, bukan?

[✓] Halo, Teman Lama | CheolSooWhere stories live. Discover now