2. Kedekatan

427 45 0
                                    

Udara berhembus, mendinginkan cuaca yang terik. Beberapa pasang orang berlari kecil secara beriringan, memulai hari Minggu yang memang cocok jika melakukan olahraga. Banyak burung yang mendarat di tanah demi mendapat pakan yang disebar Jisoo.

Menyebar pakan di taman belakang yang sering dia jadikan sebagai tempat inspirasi mencari resep adalah suatu rencana bagus. Taman belakangnya menghadap ke area yang lebih hijau, namun sudah ada jalan setapak yang bisa orang lalui ketika jogging. Karena areanya lebih banyak pohon, burung-burung pun dengan mudah datang ke taman belakang rumahnya.

Laki-laki itu izin untuk pergi dari ruang tamu, beralasan ingin memberi makan burung. Sebenarnya Jisoo tak mau hanya bertatap mata dengan Seungcheol, sementara orang tuanya sibuk berbicara kepada orang tua Seungcheol. Beruntungnya, dia diperbolehkan dengan syarat tidak memakan waktu lama.

Jisoo tersenyum ketika melihat ada satu burung yang hinggap di tangannya. Rasanya geli saat ada burung yang memakan pakan langsung dari tangan Jisoo. "Masih, ya, suka ngasih makan burung?" Suara itu seketika membuat senyum Jisoo perlahan memudar.

Suara berat Seungcheol mengingatkannya pada Woojung. Lagi, Jisoo tak bisa lepas dari Woojung yang meninggalkannya sepihak. "Masih sampai sekarang, kok," balas Jisoo. Pegal di kakinya perlahan menghilang saat ada beberapa burung lain ikut bertengger di atas tangannya.

"Maaf kalau aku datang ke sini," ucap Seungcheol.

"Nggak papa, dulu kita main disini juga," sanggah Jisoo tanpa melihat ke arah Seungcheol. "Kamu bisa duduk disitu, Kak."

Hati Jisoo kembali teriris saat memanggil Seungcheol dengan embel-embel 'Kak'. Dia biasa mengucapkan itu kepada Woojung. Apalagi Seungcheol dan Woojung hanya berbeda 1 tahun.

Setelahnya, keheningan melanda dua manusia itu. Benar-benar hening layaknya tak berniat membuka pembicaraan. Mereka membiarkan kecanggungan menguap di udara.

"Kamu nggak kangen aku, ya, Soo?" Pertanyaan yang dilontarkan sebagai pembuka percakapan membuat dahi Jisoo mengerut, tanda tak setuju.

"Aku kangen, tapi kita di dalam status dijodohkan, Kak." Jisoo menjawab sekali lagi tanpa menengok. Jarinya masih sibuk mengelus kepala burung-burung yang sedang menikmati makanan.

Kembali lagi mereka tenggelam dalam keheningan. Jisoo benar-benar tidak suka situasi seperti ini, namun dia tak bisa berbuat apapun. Mereka tak bertemu hampir satu dekade, dan Seungcheol berharap Jisoo bisa langsung bercerita?

Setelah pakan yang dia beri masuk ke dalam perut burung, Jisoo berdiri. Plastik berisi pakan burung dia letakkan di dekat pot bunga. Kakinya dia bawa mendekat ke meja kecil di teras taman belakang. Dia duduk di samping Seungcheol dengan berbataskan meja bulat kecil.

"Aku dengar-dengar, kamu buka kafe, ya? Ayahku cerita," tanya Seungcheol. Mereka berdua sama-sama tak beradu mata, hanya memandang ke depan dan sibuk tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Jisoo menjawab singkat, "Iya. Aku buka kafe."

"Kenapa nggak buka kafenya?" Jisoo langsung menatap sisi samping wajah Seungcheol, merasa bingung dengan pertanyaan yang terkesan menyuruh. "Maksudku, ini hari Minggu. Pasti banyak pelanggan," ralat Seungcheol.

"Aku ambil istirahat sebentar, Kak. Sekitaran 6 bulanan aku nggak buka kafenya," jawab Jisoo. Dia tak berniat melanjutkan pembicaraan dengan berkata bahwa dia mengambil rehat dikarenakan tak kuat.

Tak kuat mengingat kenangan yang bertebaran. Tak kuat mengingat hari dimana Woojung meninggalkan dirinya.

Jawaban Jisoo merupakan akhir dari percakapan. Mereka kembali senyap, membiarkan canggung menguasai keadaan. Mereka hanya menatap ke depan, melihat orang berlalu lalang.

[✓] Halo, Teman Lama | CheolSooWhere stories live. Discover now