4. Ke China(?)

4.1K 420 3
                                    

Renjun sekarang tengah menyiapkan barang-barang miliknya dan jaemin kedalam satu koper besar saja, karena dia tak perlu membawa banyak baju. Bajunya sudah ada di dragon Huang.

"Jaemin-ssi? Maaf karena aku merepotkan mu. Nanti jika yima mengintrogasi mu, kau bisa menjawab secara asal-asalan. Agar saat kita memutuskan untuk berpisah, hanya aku yang akan menanggung semuanya bukan kau."

"Apa maksudmu?"

"Aku tak ingin menyusahkanmu sama sekali, yima sangat protektif dan jika kau menjawab semuanya dengan benar dan akurat maka saat kita memutuskan untuk berpisah maka kau akan kesulitan dalam pekerjaan dan semuanya. Kalau kau menjawab asal-asalan maka hanya aku yang akan menanggung dengan membuat permintaan maaf setebal buku kitab. Tapi tak masalah. Juga tinggal sendirian selamanya di dragon Huang, juga tak masalah." Ucap renjun dan jaemin hanya diam menatap renjun, ntah kenapa itu terdengar sangat mengerikan dan terdengar bagaimana pasranya pria yang saat ini berstatus sebagai istrinya itu.

"Jaemin-ssi?" Ucap renjun kembali karena sadar kalau jaemin tak menjawabnya sama sekali. Jaemin lantas menatap renjun dengan tatapan datarnya.

"Kau baik-baik saja?"

"Ne. Apa sudah siap? Aku rasa Daddy dan mommy sudah menunggu." Ucap jaemin datar dan renjun hanya mengangguk lalu membawa koper itu.

Di lantai bawah.

Yoona tersenyum dan Siwon hanya menatap datar sangat mirip dengan jaemin.

"Kalian harus bersenang-senang mengerti." Ucap Yoona tersenyum.

"Iya mom* Ucap renjun tersenyum.

"Jaga diri kalian baik-baik. Dan kau harus menjaga istrimu jaemin."

"Aku mengerti." Ucap jaemin datar. Lalu jaemren keluar diantarkan oleh Siwon dan Yoona.

Selama di perjalanan menuju bandara, renjun hanya diam dengan pemikirannya sendiri dan jaemin yang melihat ponselnya ntah tengah melakukan hal apa, karena renjun juga tak ingin terlalu memasuki kehidupan pribadi pria Na yang saat ini berstatus sebagai suaminya itu. Renjun lantas melihat ponselnya dan menerima telpon dari sang bibi.

"Ni Hao, yima."

"Kenapa kau meminta waktu seminggu padaku Huang Renjun? Kau sadar bukan siapa kau sebenarnya? Semua media disini sudah sangat kacau karena pernikahanmu secara tiba-tiba. Ini masalah serius. Mau tidak mau kau harus datang dan aku harus mengintrogasi suamimu saat ini sebelum kita melakukan upacara pernikahan seperti yang biasa dilakukan dragon Huang."

"Aku mengerti yima. Aku sedang menuju bandara. Aku akan datang ke sana."

"Bersama suamimu?"

"Ya, aku akan sampai. Usahakan untuk menjemputku dengan banyaknya bodyguard, aku tak mau diganggu wartawan. Bisa yima?"

"Baiklah, kau tenang saja." Lalu panggilan berakhir begitu saja dan renjunpun menatap jaemin yang menatapnya sejak tadi dengan wajah datarnya.

"Siapa?"

"Yima. Dia hanya menanyakan kabarku saja." Bohong renjun karena dia tak ingin sampai menyulitkan siapapun saat ini.

"Aku akan menjawab semampuku."

"Tak perlu terlalu berusaha jaemin-ssi. Tak masalah." Ucap renjun.

"Aku mengerti." Ucap jaemin datar dan kembali menatap ponselnya.






















At. Bandara China.

Renjun dan jaemin sampai dan langsung diarahkan ke pintu belakang bandara oleh semua bodyguard yang memang memiliki lambang dragon Huang pada lengan baju mereka.  Keduanya selamat sampai didalam mobil dan dapat tenang hingga perjalanan ke mansion besar dragon Huang itu.

"Selamat datang kembali tuan muda. Atau saya panggil nyonya muda sekarang?"

"Tidak perlu canggung begitu, aku tetap aku yang kalian kenal." Ucap renjun tersenyum kecil.

"Baiklah tuan muda." Ucap sang bodyguard yang menyetir mobil itu sedangkan jaemin hanya diam saja tanpa perduli apapun sama sekali.






At. Mansion Dragon Huang.

Jaemren turun dari mobil mereka dan telah disambut oleh Tiffany yang berwajah datar itu, bahkan itu untuk kali pertama jaemin bertemu dengan ibu kandung dari sahabat kecilnya itu. Tiffany mempersilahkan keduanya masuk kedalam mansion besar itu.

"Sapa yeye, nai nai, zengzufu, zengzumu dan babamu." Ucap Tiffany dan renjunpun mengangguk lalu mendekat pada keempat foto dimana dibawanya ada lidi untuk berdoa mereka. Jaemin juga mengikuti dan melakukan hal yang sama seperti yang renjun lakukan.

"Aku kembali yeye, nai nai, zengzufu, zengzumu, baba."Ucap renjun lalu menutup matanya untuk memanjatkan doa.

Setelah melakukan hal itu, renjun dan jaemn di persilahkan duduk di sofa ruang tamu itu. Tiffany masih menatap datar pada jaemin dengan aura tak bersahabat miliknya.

"Yima?"

"Apa kau akan menjelaskan sekarang?"

"Ne."

"Terlambat, aku sudah mendengar semuanya dari ibumu. Semuanya tanpa ada kekurangan juga kelebihan."

"Yima, jangan marah. Aku melakukan ini untuk membantu Daddy, aku tak mau dia menderita dan bersujud di kakiku."

"Mengorbankan kebahagiaanmu? Yima tak menyangka soal yang satu ini. Tapi, yima akan tetap menerima keputusanmu itu. Yima hanya perlu berbicara dengannya empat mata dan jika menurut yima dia pantas untukmu maka upaca pernikahan dragon Huang akan dilakukan besok malam. Kau mengerti bukan?" Ucap Tiffany.

"Ne." Angguk renjun.

Disaat bersamaan Tiffany melihat anak kandungnya dan menantunya datang lalu keduanya membungkuk. Jeno membulatkan matanya kaget karena ternyata sepupunya itu adalah istri dari sahabatnya Jaemin. Dia benar-benar tak menyangka soal ini sama sekali.

"Mommy." Ucap jeno.

"Kalian sudah datang, baiklah jeno, ini prince of dragon Huang, Huang Renjun. Sepupumu. Anak dari Paman Chanyeol, dan renjun ini anak sematawayang yima, Lee jeno dan istrinya Lee Haechan." Ucap Tiffany. Ketiganya hanya diam saja karena masih kaget kecuali jaemin yang hanya berwajah datar.

"Aku tau kalian sudah saling bertemu. Baguslah, kalian berdua duduklah menemani renjun disini, dan kau Na Jaemin, ikuti saya." Ucap Tiffany lalu diapun berjalan lebih dulu diikuti oleh jaemin.

"Aku tak menyangka kau adalah sepupuku renjun-ssi."

"Aku juga jeno-ssi. Dan mengenai pernikahan itu, aku bisa menjelaskan pada kalian." Ucap renjun apa adanya.

"Tak perlu, karena aku bersyukur dia berakhir bersamamu bukan dengan kekasihnya yang kabur itu."

"Nono." Ucap Haechan mengelus tangan suaminya itu.

"Memang itu kenyataannya bukan? Aku tak berbohong sama sekali bukan?" Ucap jeno datar.

"Aku mengerti, tenanglah."

"Tapi kau lupa jeno, menikahi pria sama saja kau sudah bersedia untuk tak memiliki anak sama sekali. Karena pria tak bisa mengandung. Dan aku yakin kalau suatu hari nanti kami akan berpisah." Ucap renjun dan jeno ataupun Haechan tak bisa mengatakan apapun lagi karena semua perkataannya benar. Sangat benar, bahkan mereka juga tak mengharapkan anak sama sekali karena sadar tak akan mungkin terjadi.



































[Tbc]

Wife?(Jaemren)Where stories live. Discover now