34

2K 196 3
                                    

Keesokan harinya, terlihat jaemin belum juga bangun dan diapun merasakan cahaya matahari berlomba-lomba untuk memasuki matanya membuatnya membuka matanya secara perlahan dan kaget karena tak melihat renjun sama sekali, dia bahkan langsung pergi mengecek ke toilet tapi tetap tak ada, dia merasa sangat panik, takut kalau renjun akan melakukan sesuatu dan diapun langsung keluar dari kamar untuk mencari renjun.

"Na Jaemin?" Ucap jeno melihat iparnya sangat cemas sekali.

"Apa kau melihat renjun?"

"Renjun tengah berdoa di depan foto ayah, ibu, Kakek dan neneknya."Ucap jeno. Jaemin bisa bernafas lega dan diapun mengangguk sebagai tanda mengerti lalu kembali kekamar untuk bersih-bersih, dan jeno hanya menggelengkan kepalanya karena melihat jaemin yang benar-benar berbeda menurutnya, tapi dia juga senang setidaknya dia bisa yakin pada jaemin untuk tak menyakiti sepupu yang baru saja dia ketahui itu. 

Jeno lantas melihat Haechan kembali dari dapur dan mendekatinya.

"Apa sarapannya sudah siap sayang?"

"Hmm, aku sudah menyiapkan dengan kepala chef, hanya saja kita harus menunggu renjun, dan juga Paman dan bibi Na belum keluar dan mommy Tiffany sepertinya juga terpukul, lihat mommy hanya duduk saja sejak tadi, aku ajak bicara juga tidak menyahut sama sekali."

"Mereka pasti terpukul sayang, karena mereka sudah lama saling mengenal " Ucap jeno sembari mengelus kepala Haechan.

"Hmm." Angguk haechan.

Setengah jam kemudian, jaemin turun dari lantai dua dan melihat ayah dan ibunya, Tiffany, nohyuck masih duduk di sofa ruang tengah. Lalu diapun mendekat.

"Jaem? Kau harus membawa suamimu untuk sarapan. Kami sudah menunggu tapi dia tetap berada disana." Ucao jeno, jaemin lantas mendekat pada renjun dan berjongkok lalu menggenggam tangan renjun yang tak memegang lidi untuk berdoa.

Renjun mengangkat kepalanya dan diapun melihat ke sampingnya dimana jaemin tersenyum hangat padanya.

"Kita sarapan dulu, hmm? Semuanya sudah menunggu." Ucap jaemin dan renjun melihat semuanya yang tengah menunggu di sofa tengah. Renjun hanya menganggukkan kepalanya dan jaeminpun mengambil lidi untuk berdoa itu dari tangan renjun lalu menacapkannya pada tempatnya dan diapun membantu renjun berdiri bahkan sampai melingkarkan tangannya pada pinggang ramping renjun.

"Semuanya ayo kita sarapan. Yima?" Ucap jaemin tapi Tiffany hanya diam saja.

"Pergilah lebih dulu jaemin, biar mommy dan Daddy yang berbicara dengan Tiffany eonni. Jeno, Haechan kalian juga duluan."

"Ne." Angguk nohyuck lalu pergi bersama dengan jaemren lebih dulu ke meja makan.

Yoona lantas mendekat dan memegang bahu Tiffany membuatnya menatap pada Yoona.

"Aku tahu kita sedang berduka eonni. Tapi, kita harus tetap bertahan bukan? Kau juga harus kuat karena renjun membutuhkanmu."

"Hmm." Angguk Tiffany.

"Ayo kita sarapan tif." Ucap Siwon dan Tiffany hanya menganggukkan kepalanya lalu Yoona membantu Tiffany dan mereka bertiga pergi ke arah meja makan.

Di meja makan.

"Selamat makan semuanya." Ucap Siwon dan semuanya hanya mengangguk, jaemin langsung mengambilkan beberapa lauk dan memberikan pada piring renjun. Renjun hanya menatapnya saja.

"Makan yang banyak, aku tidak mau kau sakit " Ucap jaemin dan renjun hanya mengangguk lalu makan sedikit demi sedikit.

"Jeno?"

"Ne samchun."

"Aku melihat ayahmu datang juga ke pemakaman Wendy. Apa kau tahu?" Tiffany lantas menghentikan acara makannya. Membuat semuanya menatap Tiffany.

"Ada apa eonni?"

"Anio." Geleng Tiffany.

"Aku tahu samchun, Daddy memang ingin mengantarkan Wendy imo sekaligus karena dia harus bertemu klien dan membahas kerja sama beberapa hari ini disini." Ucap jeno.

"Apa kau bertemu dengannya Tiffany?' Ucap Siwon datar sembari menatap Tiffany.

"Anio." Bohong Tiffany karena dia merasa tak penting membahas soal itu untuk saat ini.

"Sudahlah, kita sarapan saja dengan tenang." Ucap Yoona karena merasa suasana sudah sangat tak enak. Dan semuanya hanya menganggukkan kepalanya saja.















At. Korea, apartemen rose.

Winter tengah sarapan dengan sang ibu, lalu diapun menatap penasaran pada ibunya itu.

"Ada apa?"

"Apa kematian Son Wendy ada hubungannya dengan mommy?"

"Atas dasar apa kau bisa mengatakan hal itu?"

"Aku hanya merasa kalau ini benar-benar karena mommy."

"Kau benar, kita harus menyingkirkan orang yang bisa menghalangi jalan kita. Terutama jalan mu untuk bersama dengan na jaemin, apa kau lupa?"

"Apa yang kau lakukan mom?"

"Hanya hal kecil, yang penting kau bisa kembali lagi pada jaemin, ini semua karena kebahagiaanmu. Dan kau harus percaya saja padaku. Mengerti?"

"Ne. Asalkan aku bisa bersama dengan na jaemin, karena tempat itu adalah milikku bukan Huang Renjun."

"Tentu saja. Aku akan pastikan itu untuk puteriku " Ucap rose.

































[Tbc]

Wife?(Jaemren)Where stories live. Discover now