13: Aturan Bermain

373 67 16
                                    

Matahari masih menyerupai sulur putih di ufuk timur ketika Ellusiant sudah berdiri di depan kamar Zoey. Itu pun dia tidak mengetuk pintunya sama sekali. Zoey merasa jantungnya hampir berhenti berdetak ketika melihat lelaki itu bersandar tenang pada tembok di depan pintu kamarnya. Benak Zoey sontak melayang pada barang yang diambilnya diam-diam dari tong sampah beberapa jam sebelumnya. Untungnya dia sudah menyembunyikannya.

"Selamat pagi, Claretta," sapanya.

"Pagi." Suara Zoey mendadak kering. Dia berdeham, matanya menolak menatap lelaki itu.

Ellusiant mengangkat tas kado yang sejak tadi dipegangnya. "Aku ingin memenuhi janjiku."

"Sepagi ini?"

"Aku punya agenda di siang hari sampai malam."

"Oh." Zoey mengangguk. Tentu saja. Gadis itu lupa bahwa pria di depannya adalah salah satu dari dua orang paling berkuasa di dunia ini.

Mereka bermain di beranda Ruang Santai yang menghadap langsung ke taman. Tak jauh dari sana terdapat danau tempatnya terbangun pertama kali. Zoey sudah mengunjungi danau itu lebih dari puluhan kali. Mencari-cari petunjuk, jejak, atau apa pun yang bisa memberinya jawaban. Hasilnya nihil. Pada hari kejadian, Dayang Maia dan Mia sedang pergi ke baguan dapur untuk meminta dibuatkan sarapan. Namun ketika kembali ke kamar, Claretta sudah tidak ada. Juga tidak ada saksi yang melihat Claretta menceburkan diri ke dalam danau. Zoey sudah memutar otaknya dengan sangat keras. Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan Claretta, apa yang terjadi pada dirinya pada malam dia dicekik kliennya, dan bagaimana jiwanya bisa masuk ke dalam tubuh ini. Tidak ada hukum fisika yang mampu menjelaskannya.

"Ada apa?" tanya Ellusiant.

Zoey tersentak pelan, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak ada."

Kendati tangan lelaki itu sibuk mengeluarkan papan permainan dari tas kado, matanya tak lekas berpaling dari Zoey. Gadis itu berdeham, berpura-pura mengamati papan yang sudah digeletakkan di meja. Walaupun Ogitama adalah permainan tradisional dari Perserikatan Kerajaan, orang-orang Perserikatan Negara juga memainkannya, termasuk Zoey. Sang gadis membantu merapikan bidak-bidak sesuai warna dan posisinya. Ogitama terdiri dari tujuh bidak; master, panglima, pendeta, dua tentara, pion, dan pelacur. Di samping papan adalah lima kartu aksi yang ditutup; ular, tikus, elang, kuda, dan rusa. Kartu tersebut yang akan menentukan ke mana bidak boleh bergerak. Sementara di belakang masing-masing bidak ada benteng dan dua tempat yang akan diisi oleh kartu aksi. Untuk memenangkannya, pemain harus berhasil mencapai benteng lawan atau menyingkirkan master.

Zoey memutar papan agar bidak yang berwarna putih berada di posisinya.

"Kenapa aku diberi warna hitam?" Ellusiant bertanya.

"Cocok dengan auramu."

Pria itu tersenyum geli, sementara Zoey mengocok kartunya sebelum kemudian membaginya di meja. Dua untuk Ellusiant, dua untuk dirinya, dan satu diletakkan di sebelah papan. Zoey membukanya untuk melihat siapa yang akan maju lebih dulu.

Kartu elang dengan bulatan berwarna putih di atasnya.

"Silakan." Ellusiant tersenyum lebih lebar. Antusias pada kedua mata hitamnya tampak semakin pekat.

Zoey berdecak diam-diam di dalam hati. Dia tidak terlalu sering bermain Ogitama, tapi dia juga tidak mau terlihat dungu di depan salah satu dari dua orang paling berkuasa di dunia ini.

Sinting. Aku tidak tau amal baik apa yang pernah kulakukan sampai bisa bermain dengan Kaisar, pikir Zoey.

Oh, tidak. Mungkin amal buruk, ralat gadis itu.

Zoey masih merasa bertemu dengan Ellusiant adalah sebuah kesialan. Jika selama ini dia bertemu dengan orang-orang yang memiliki kompas moral bengkok, pria itu bahkan tidak memilikinya sama sekali. Zoey melihat kartunya lagi. Setiap kartu memiliki nama dan pola. Petak-petak yang diberi warna merah menunjukkan bahwa hanya posisi itu yang boleh diisi. Kartu yang dipegang Zoey bernama elang dengan pola mirip huruf T. Artinya, dia boleh maju satu langkah ke depan saja, atau memilih maju sekaligus bergeser ke kanan atau ke kiri.

The Dawn Within Heaven (Versi Revisi)Where stories live. Discover now