17: Sang Kematian, Sang Kehidupan, dan Sang Kehancuran

296 65 4
                                    


"Bagaimana bisa?" Sang Kematian menyeringai lebar memandang langit malam. "Bagaimana bisa orang yang mati bisa hidup lagi?"

Bintang-bintang yang berserakan di atasnya bukan sekadar benda bisu. Terkadang, bisikan mereka layaknya gemeresik kaki ceroboh yang menginjak dedaunan kering. Terkadang, ucapan mereka lebih lantang dari jeritan sukacita. Mereka juga mengetahui banyak hal tentang takdir, sebab makhluk bersinar itu hadir dan menyaksikan bagaimana ilahi menggores tinta di atas buku kehidupan. Nah. Sang Kematian tidak tersenyum karena dia mencuri dengar apa yang digosipkan para gemintang di atas sana. Itu adalah kemampuan Etherian pembaca bintang seperti Araclee Bersaudari. Yang membuatnya tersenyum adalah suara yang lain.

Keberadaan gadis itu tiba-tiba menjadi sangat terang dan jelas, sejelas bintang timur yang menyelinap keluar dari malam untuk menarik pagi yang cerah. Sebagai seorang Etherian pelacak jiwa, Sang Kematian bukan hanya dapat mengendus baunya. Jejaknya juga bergema di langit. Istana. Pria itu bisa mendengar jiwa gadis itu bersenandung dari istana.

"Kerajaan Ethena, kah?" Sang Kematian memutarkan badannya, masih berusaha menerjemahkan apa yang dia hidu dan dengar. "Artemist? Croasia? Hmm ... tidak, tidak. Apakah ... itu istana Kaisar?"

Pria itu tersenyum lebar di balik topengnya. Itu tidak mustahil. Bukankah gadis itu yang menyelamatkan Ellusiant dulu dari penjara bawah tanah?

"Kisah cinta yang romantis sekali," desah Sang Kematian. "Tentu saja, tentu saja. Sudah seharusnya aku menebaknya dari dulu. Anak itu pasti akan menikahinya."

Pertanyaannya adalah, bagaimana bisa jejak gadis kecil itu menghilang secara tiba-tiba dan baru kembali lagi sekarang? Bukankah dia sudah mati? Apakah Ellusiant melakukan sesuatu untuk menutupi jiwanya agar tidak terlacak?

Sang Kematian berdecak kecewa. "Kupikir temanku sudah berhasil membunuhnya."

Sang Kehancuranlah yang bertugas membunuhnya pada hari itu. Bahkan dia sendiri melihat jasadnya. Jadi ... kenapa?

Pria itu kembali masuk ke dalam pondok. Sejujurnya, Sang Kematian merasa terhina. Dia pikir alam semesta tengah mencemoohnya. Seseorang yang menjadi penyebab kehancuran mereka saat itu masih berusia tujuh tahun. Walaupun anak perempuan itu tidak melakukan hal-hal sedahsyat meruntuhkan gunung atau membunuh anggota trinitas dalam sekali pandang, dia membantu putra mahkota kabur dari ruang bawah tanah dan mengadu pada kepala desa di tempatnya. Cukup untuk memorak-porandakan seluruh rencana mereka. Keberadaan Chrysante yang sebelumnya hanya sebatas bayang-bayang di sudut jalan mulai dirasakan kehadirannya oleh sihir Dinding Surga. Padahal lima tahun lamanya mereka berhasil mengakali sihir terkutuk itu. Sihir dinding mampu membaca pikiran, dan mereka membayar mahal untuk bisa membuat pikiran mereka tidak terbaca maupun terlacak oleh sihir. Pada akhirnya, yang membuat rekan-rekan Chrysante mati bukanlah karena sihir itu sendiri. Mereka semua mati di bawah ayunan kapak dengan kepala terpenggal. Hanya tersisa tiga orang dari kelompok pemberontak Chrysante.

Kenapa tidak namai diri kalian sebagai Trinitas Chrysante? ucap sang Master dalam surat pertamanya kepada Sang Kematian. Seperti Trinitas Suci dalam agama Zarkani.

Sang Kematian, Sang Kehidupan, dan Sang Kehancuran.

Di mata masyarakat, mereka adalah tiga pendeta suci yang menyembah Sankta Ethernal. Di balik pintu Latedral, mereka adalah 'tuhan' bagi orang-orang jahat. Mereka mengabulkan harapan-harapan kotor yang tak bisa diucapkan kepada tuhan biasa. Penghasilannya juga luar biasa. Lebih dari cukup untuk mendanai rencana mereka untuk menghancurkan perserikatan ini dari dalam.

"Master ... Master ...." Sang Kematian menggumamkan nama itu selagi dia membiarkan tubuhnya merosot dalam bak keramik, tenggelam dalam air yang menyebarkan aroma floral nan romantis. "Dari mana temanku menemukannya?"

The Dawn Within Heaven (Versi Revisi)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant