28: Mencari Jalan Keluar

181 43 7
                                    

"Cepat masuk! Cepat masuk!" Sang Kehidupan mendorong punggung pria di depannya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Cepat masuk! Cepat masuk!" Sang Kehidupan mendorong punggung pria di depannya.

Tujuh mata-mata Perserikatan Negara itu dipaksa masuk ke dalam gerobak berisi sayur-mayur dan daging-daging rusa yang dimasukkan ke dalam kotak es. Sekarang es-es itu telah mencair, menciptakan genangan air di dalam gerobak yang berbau jamur dan lembap.

"Ke mana Anda akan membawa kami?" tanya salah satu dari mereka, seorang wanita.

"Diam. Jangan banyak bertanya," bentak Sang Kehidupan.

Otaknya kini beralih ke mode bertahan hidup. Sang Kehancuran berhasil ditangkap oleh Asher, sedangkan Sang Kematian kabur entah ke mana, meninggalkan Sang Kehidupan sendirian melawan Asher. Satu-satunya alasan mengapa dia juga berhasil kabur bersama tujuh mata-mata ini karena pengorbanan Sang Kehancuran, dan wanita itu tidak akan membiarkan pengorbanannya sia-sia. Dia harus membawa tujuh mata-mata ini ke tempat yang aman dan merawat luka-luka mereka. Kemudian, rencana harus dijalankan.

Mereka sudah hampir sampai pada klimaks.

Sang Kehidupan menghentikan gerobaknya saat dilihatnya prajurit-prajurit istana menyebar di seluruh pasar. Wanita itu memutar otak, mencari cara agar bisa naik kapal menuju Kerajaan Artemist. Dia tidak bisa naik kapal umum. Penjagaan di pelabuhan itu diperketat berkali-kali lipat setelah kejadian kemarin. Banyak wartawan yang juga berkumpul di sana. Bukan hanya selir dan pimpinan Chivalry Croasia kabur melalui pelabuhan itu, panglima tertinggi di Dinding Surga tiba-tiba datang dan berkelahi dengan kelompok penyerang istana yang membawa kabur tahanan. Bulan ini menciptakan sejarah baru bagi penduduk Dinding Surga. Berbagai macam kejadian besar terjadi. Dimulai dari berakhirnya Perjanjian Damai antara dua perserikatan, penyerangan istana, selir yang berusaha membunuh Kaisar, dan kini dunia tengah di ambang perang besar kedua.

"Aku bisa meminta bantuan pada Bythesea," gumam Sang Kehidupan.

Dia harus menulis surat, yang kemungkinan baru akan sampai dua minggu lagi. Sang kehidupan tidak memegang uang sama sekali. Seandainya punya, dia akan menggunakannya untuk membeli sihir di toko terdekat yang bisa mengirim suratnya dengan cepat. Sayangnya sihir semacam itu mahal sekali, bahkan lebih mahal dari membeli pelacur kelas atas di ibukota. Hanya klan Bythesea yang rela menghamburkan uang untuk membelinya agar komunikasi antar petinggi keluarga dengan anak buah mereka lebih cepat.

Dua minggu sangat lama, pikir wanita itu. Minggu depan adalah perayaan hari kelahiran Sankta Ethernal. Sebuah hari penting yang, bukan hanya merayakan kelahiran Sankta paling dihormati di Dinding Surga, tetapi juga hari di mana sejarah baru akan terukir. Sebuah hari penghakiman.

Tapi semuanya keburu kacau! Sang Kehidupan menggeram marah. Chrysante kini berpencar, dan dia bertanggung jawab membawa tujuh mata-mata yang bakal menjadi alat utama mereka dalam mencapai keberhasilan. Wanita itu mendorong gerobaknya ke bawah pohon di mana seorang pedagang kain juga tengah berteduh. Otaknya masih bekerja keras untuk mencari cara. Ada pelabuhan lain yang memiliki kapal menuju Artemist, tetapi Sang Kehidupan berani bertaruh bahwa pelabuhan itu juga dijaga sama ketatnya.

"Keparat," maki wanita itu. Dia memeluk lututnya seraya memejamkan mata. Dadanya naik turun dengan cepat karena lelah.

"Mau minum?" Pedagang kain di sebelahnya menyodorkan sebotol air. "Anda terlihat sengsara sekali."

Sang Kehidupan hanya bergeming. Dia terlalu lelah untuk menanggapi sikap sok ramah dari orang lain. Pedagang itu menopang tubuhnya ke belakang dengan dua tangan, menatap langit mendung di atasnya dengan sendu.

"O Keabadian, Bunda Ethernal yang Agung, pekikku tersandera di lembah sengsaraku. Pohon-pohon berbuah kesedihan, dan sungai mengalirkan air mata menuju lautan kepedihan. Bagaimana aku bisa bebas dari tempat ini?"

Sang Kehidupan menoleh pada si pedagang kain, lantas menegakkan tubuhnya dengan tegang. Itu adalah kata sandi yang digunakan Trinitas Chrysante sebelum memasuki Latedral. Mereka memiliki sepuluh ratapan dengan jawabannya untuk menentukan apakah situasi di sekitar mereka aman atau tidak. Tidak akan ada orang selain mereka bertiga yang mengetahui bunyi tepatnya, terutama karena hanya gereja mereka yang menyembah Sankta Ethernal dan tidak ada yang benar-benar menyembah Ethernal.

"Bagaimana kau mendapatkan bait itu?" tanya Sang Kehidupan, waspada.

"Seharusnya Anda memberikan jawabannya." Alih-alih menjawab pertanyaannya, pria itu malah berkata demikian. Dia tersenyum hingga kedua matanya melengkung. "Bebas, bebaslah engkau dari sini, wahai orang yang terjebak dalam lembah kesengsaraan, dan saksikanlah malaikat surga menyambutmu dengan berkata 'Salam! Bunda Ethernal yang Agung telah mendengar ratapanmu dan menghadiahimu sungai arak yang manis. Janganlah kau bersedih lagi!' "

Sang Kehidupan semakin waspada. Orang di depannya bukan orang sembarangan. Dia baru menyadari bahwa rambut panjang pria itu berwarna keperakan. Tas kulitnya yang tergeletak di atas rumput terbuka, menampilkan berbagai macam dedaunan dan kelopak-kelopak bunga.

"Atau kau bisa menjawabnya dengan yang lain," katanya lagi. "Bersabarlah! Bunda Ethernal yang Agung hendak mengujimu agar Dia bisa menghadiahimu lautan kebahagiaan."

"Bunda Ethernal tidak mendengar ratapanmu dan melaknatmu tenggelam di lautan itu," rutuk Sang Kehidupan. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, bersiap menyerang jika dibutuhkan. "Siapa kau? Jawab pertanyaanku."

"Hoi, hoi. Janeekh ...." [Aduh, aduh, takut sekali], pria itu berbicara dalam bahasa Rulik, bahasa Artemist kuno yang hanya diucapkan satu persen penduduk Artemist. Seringai miringnya terlihat seperti luka yang digores pisau, terlalu tajam dan ganjil untuk gurat wajahnya yang lembut. "Kau tidak sabaran sekali, ya?"

Dia bukan orang Artemist, pikir Sang Kehidupan cepat. Orang itu ingin dirinya percaya sebagai orang sana, untuk menyamarkan identitasnya.

"Jawab aku. Siapa kau? Apa yang kau inginkan dariku?"

"Namaku Aziel, dan tidak ada yang kuinginkan darimu."

"Seberapa banyak yang kau tau?"

"Sebanyak surat-surat yang dikirimkan Sang Kehancuran kepada Master."

Pria itu menunduk untuk mengambil tas kulitnya, mengeluarkan salah satu daun dari sana sebelum dikunyahnya dengan santai. Dia tidak menyadari dampak jawabannya kepada Sang Kehidupan. Wanita itu hampir jatuh dari posisi berdirinya kalau saja tidak berpegangan pada gerobak. Dia melirik sekelilingnya dan bergerak maju. Orang bernama Aziel itu tidak berkedip sekalipun melihat gesturnya yang mengancam.

"Bagaimana kau bisa membacanya? Apa Sang Kehancuran yang memberitahumu?"

"Tidak. Aku mencuri surat-suratnya saat kami bertemu." Aziel tersenyum unjuk gigi. "Tapi kau tidak perlu tegang begitu. Aku tidak akan memberitahu siapa pun tentang rencana kalian. Karena aku juga melayani Master. Aku diutus oleh Master untuk mengikuti Sang Kehancuran untuk mengawasinya, dan sekarang dia yang memerintahkanku untuk mencarimu. Dia ingin bertemu denganmu, Nona."

"Master ... ingin bertemu denganku?" Sang Kehidupan tampak bingung untuk sesaat.

Master jarang berkomunikasi dengannya. Mereka hanya pernah bersurat dua kali, itu pun hanya untuk memperkenalkan diri Sang Kehidupan. Bohong kalau dia berkata dia tidak mengagumi Master. Sampai sekarang, dia tidak bisa menemukan identitasnya. Tidak ada satu pun orang-orang di pasar gelap yang memiliki informasi tentang dirinya, bahkan Etherian pelacak jiwa saja tidak dapat mengendus aroma jiwanya. Orang itu sangat brilian, dipadu dengan sumber yang tak terbatas, Master orang yang tak terhentikan.

Dan sekarang dia ingin bertemu denganku? Tatap muka?

"Apa ... apa yang diinginkannya dariku?" tanya Sang Kehidupan lagi.

Aziel melirik gerobak di depan wanita itu, lantas senyumnya semakin lebar.[]

The Dawn Within Heaven (Versi Revisi)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon