16 - see you soon baby

1.2K 15 0
                                    

Dante sudah sampai di Indonesia setelah menempuh perjalanan yang panjang dari Amerika. Dan sekarang ia sedang dalam perjalanan menuju rumahnya untuk beristirahat sejenak sebelum besok ia kembali ke kantor. Jujur saja Dante masih ingin memperpanjang liburannya tapi dengan begitu banyaknya pekerjaan yang ada membuat Dante tak bisa lama-lama mengambil cuti kerja. Sebenarnya bukan masalah pekerjaan yang membuat Dante ingin segera masuk kerja. Tapi ia tak sabar untuk melihat wajah gadis yang telah membuatnya penasaran beberapa waktu terakhir. Entah kenapa Dante merasa sangat penasaran dengan sosok gadis yang menghabiskan malam bersamanya. Padahal secara fisik gadis itu sama sekali bukan kriterianya tapi Dante merasa ada hal lain yang membuat Dante begitu tertarik untuk mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Maka dari itu ia ingin cepat-cepat bisa melihat secara langsung gadis itu.

Selama perjalanan menuju rumah Dante memilih untuk menutup matanya karena ia masih merasa lelah karena memang selama perjalanan ia tak bisa tidur dengan nyenyak. Selain itu ia juga teringat apa yang dikatakan oleh sang Daddy ketika mengantarnya ke bandara. Sang Daddy memang seorang yang sangat bijak. Beliau tak pernah memaksakan kehendaknya kepada kedua anaknya. Baik untuk dirinya dan juga Dyandra sang adik. Bahkan Dyandra yang memang sangat dimanja oleh kedua orang tuanya itu tiba-tiba berani mengatakan bahwa ia ingin menikah dan ikut pindah dengan suaminya George ke Amerika. Padahal selama ini Dyandra sangat bergantung dengan segala fasilitas dari mommy dan daddynya. Tapi ketika ia memutuskan untuk pindah dengan George karena ia mencintai suaminya itu adiknya itu pun perlahan berubah dan bisa hidup mandiri. Menurut sang Daddy perubahan yang dialami oleh sang adik karena rasa cintanya yang begitu besar kepada George sehingga bisa membuat sang adik jauh lebih mandiri. Sang Daddy mengatakan juga cinta bisa mengubah seseorang dalam hal yang baik dan juga hal yang buruk. Intinya sang Daddy mengatakan jika Dante nantinya menemukan seseorang yang benar-benar dicintai maka secara tak sadar orang itu yang mengubah kita. Kata-kata dari sang daddy itu membuat Dante merenungi kata-katanya. Apakah mungkin dirinya akan menemukan sosok wanita yang dimaksud oleh sang Daddy?

Banyak pemikiran yang berputar di kepala Dante selama perjalanan dari Amerika hingga mendarat ke Indonesia. Bahkan sampai di rumah pun pemikiran itu maksudnya terus berada di kepala Dante dan itu sangat menganggu dirinya. Sesampainya di rumah Dante memilih untuk langsung masuk ke kamarnya karena ia benar-benar merasa sangat mengantuk sedangkan semua barang-barang bawaannya sudah di urus oleh para pelayan di rumah ini. Karena saat ini tidur adalah hal yang paling dibutuhkan oleh Dante.

Sementara itu Lana sedang siap-siap untuk berangkat kerja dari rumah sakit. Ia sedang memoles wajahnya dengan makeup yang tipis. Walaupun Lana tak terlalu suka pakai makeup tapi sekarang ia sudah bekerja di sebuah perusahaan yang besar maka dari itu Lana harus bisa memberikan penampilan yang rapi. Alat-alat makeup yang ia punya pun bukan dari merek yang ternama tapi setidaknya alat-alat makeup ini bisa menunjang pekerjaannya sebagai karyawan kantoran dari perusahaan besar.

"Putri ibu cantik sekali," puji Dahlia ketika melihat putrinya sedang memoles wajahnya.

"Ibu berlebihan deh. Aku cuma sekedar berpenampilan rapi ketika kerja. Gak mungkin penampilan aku buruk nanti malah bikin aku malu ketika di kantor," jawab Lana yang mulai membereskan barang-barangnya.

"Tapi ibu benar kok kamu itu sangat cantik. Kalau dilihat-lihat kamu semakin mirip kayak ayah kamu. Mungkin jika ayah masih hidup ayah pasti bangga memiliki putri seperti kamu karena ibu aja sangat bangga memiliki putri seperti kamu. Malah ibu merasa jika selama ini ibu sudah merepotkan kamu. Seharusnya kamu bisa seperti gadis-gadis pada umumnya yang bisa menikmati masa mudanya. Kamu bisa melanjutkan kuliah kamu bukan malah harus bekerja dan mengurus ibu. Maaf sayang jika ibu sudah sering merepotkan kamu dan mungkin menjadi beban kamu," kata Dahlia merasa tak enak kepada sang putri.

Lana yang tadinya sedang membereskan barang-barangnya pun menghentikan kegiatannya dan memilih untuk mendekat kearah sang ibu.

"Ibu kok ngomongnya gitu sih. Lana gak pernah merasa jika selama ini ibu merepotkan aku. Aku juga gak merasa sedih ataupun terbebani jika aku gak bisa menikmati masa-masa muda aku bahkan aku tidak merasa iri tidak melanjutkan kuliah aku karena memang itu jalan hidup yang harus aku lalui. Tapi aku janji sama ibu nantinya aku bisa melanjutkan kuliah aku jika sudah mengumpulkan uang yang banyak. Lagipula aku bisa melanjutkan kuliah kapan aja. Sekarang yang paling penting bagi aku adalah kesembuhan ibu jadi ibu gak usah memikirkan hal-hal yang aneh-aneh lagi. Karena dneheb melihat ibu sehat lagi aja sudah membuat aku sangat bahagia." Lana pun mencoba menghibur sang ibu untuk tak berpikiran hal-hal yang buruk.

Dahlia pun membalas genggaman tangan sang putri dan dalam hati ia berharap jika sang putri bisa menemukan kebahagiaannya. Karena ia percaya jika sang putri adalah anak yang baik dan pastinya di masa depan mendapatkan kebahagiaan yang besar. Setelah itu Lana pun segera menyelesaikan beres-beresnya karena memang ia ingin bisa segera berangkat ke kantor agar gak terlambat. Apalagi ini hari Senin pastinya sangat macet dan padat. Dan Lana gak mau kalau itu sampai terjadi. Ia benar-benar mau menunjukan pada atasannya bahwa ia memiliki etos kerja yang tinggi serta ia bisa melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi. Dan pastinya bisa mengikuti peraturan yang ada tanpa ada yang salah sama sekali.

Dengan langkah yang ringan Lana melangkahkan kakinya menuju pelataran rumah sakit dan segera mencari angkutan yang akan membawanya ke kantornya. Ketika Lana sedang menunggu angkutan yang akan membawanya ke kantor tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Lana tentu bingung ketika ada mobil yang berhenti di depannya karena ia tak mengenal orang yang membawa mobil itu sampai kaca mobilnya dibuka dan ketika Lana tahu siapa yang berada di mobil itu.

"Dokter Fandi," kata Lana tak percaya.

"Ayo masuk biar saya antar kamu ke tempat kerja kamu," jawab dokter Fandi dengan tenangnya.

Lana benar-benar tak menyangka jika dokter yang merawat ibunya tiba-tiba menawarakan bantuan untuk mengantarnya ke tempat kerjanya. Tentu saja hal itu membuat Lana tak bisa berkata apa-apa. Bukannya ia mau menolak kenaikan dari dokter Fandi itu tapi ia hanya tak ingin merepotkan dokter Fandi saja. Selain itu ia juga merasa gak nyaman ketika berada di dalam mobil hanya berdua dengan orang yang belum begitu kenal. Jadi Lana memilih untuk menolak tawaran itu.

"Terima kasih untuk tawarannya dokter. Tapi lebih baik saya naik angkutan umum saja. Saya tidak mau merepotkan dokter Fandi tapi saya terima maksud baiknya," tolak Lana dengan ramah.

Fandi sendiri sebenarnya berharap jika Lana mau ia anggap ke kantornya. Karena ia ingin bisa mengenal Lana lebih jauh karena jujur saja Fandi mulai tertarik dengan keberadaan Lana. Tapi ia tak mau memaksa Lana agar Lana tak merasa nyaman kepada dirinya.

"Baiklah. Kalau begitu hati-hati di jalan," kata Fandi yang kemudian pergi dari hadapan Lana.

Lana pun mengucapkan terima kasih dan setelah itu tak lama kemudian angkutan umum yang akan membawanya ke kantor datang dan Lana pun langsung berangkat ke kantor.

Sementara itu Dante sudah siap dengan baju kerjanya walaupun ia masih merasakan jetleg tapi Dante tetap akan berangkat ke kantor. Selain karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan tapi ia juga ingin segera melihat gadis itu. Dante pun menatap kearah cermin.

"See you baby," kata Dante melihat kearah cermin.

wanita simpanan mr. danteWhere stories live. Discover now