18 - Remember me?

1.1K 22 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 12 siang dan Lana masih disibukkan dengan beberapa pekerjaan yang akhir-akhir ini sedang banyak. Tapi sejauh ini Lana masih bisa menanganinya dengan sangat baik. Ketika Lana sedang memeriksa dokumen tiba-tiba Anita datang ke meja kerjanya.

"Lana makan siang bareng yuk," ajak Anita.

"Boleh mbak. Kebetulan aku juga lagi gak bawa bekal. Mau makan siang dimana mbak?" tanya Lana balik.

"Di dekat kantor katanya ada restoran baru gimana kalau kita nyobain makan di restoran itu?" tanya Anita yang memberikan saran.

"Ok mbak. Tapi aku ke toilet bentar ya mbak," jawab Lana yang sudah mulai mematikan komputernya.

"Ya udah sana ke toilet dulu. Aku tunggu di lobby bawah ya," kata Anita kepada Lana.

"Siap mbak....."

Setelah mengatakan itu Lana pun segera menuju ke toilet tak lupa ia membawa dompetnya. Jadi setelah selesai dari toilet dia bisa langsung pergi ke lobby. Lana juga gak akan lama-lama di toilet karena gak mau sampai membuat mbak Anita menunggu lama.

Ketika sampai toilet ada beberapa karyawan lain yang sedang berada di toilet untuk merapikan make-upnya. Sedangkan Lana memilih untuk masuk kedalam toilet karena memang ia sudah tak tahan untuk buang air kecil. Selama berada di toilet ia bisa mendengar pada karyawan itu sedang membicarakan tentang CEO di perusahaan ini.

"Kalian udah pernah lihat secara langsung belum wajahnya pak Dante? Tadi aku gak sengaja lihat wajahnya pak Dante waktu nganter dokumen di ruang meeting. Sumpah pak Dante ganteng banget. Aku aja langsung meleleh ketika gak sengaja bertatapan mata sama pak Dante," kata salah satu karyawan itu dengan antusias.

"Ihhh kamu beruntung banget sih. Aku aja yang udah kerja hampir tiga tahun belum pernah melihat wajahnya pak Dante. Aku tahunya cuma namanya aja selebihnya aku belum pernah lihat wajahnya karena memang pak Dante jarang mau berinteraksi dengan karyawan yang levelnya di bawah. Tapi itu sih wajar bagi pak Dante. Masak sekelas CEO mau kenal karyawan biasa kayak kita-kita," jawab karyawan lainnya.

Lana yang berada di dalam toilet hanya mendengarkan saja gosip yang dikatakan oleh para karyawan itu. Tapi sejujurnya Lana sendiri belum pernah bertemu dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Namanya pun ia tak karena memang pekerjaan Lana tak terlibat langsung dengan pemilik perusahaan ini. Jadi Lana tak pernah ambil pusing soal itu. Yang ada di pikiran Lana adalah bekerja yang baik sehingga atasannya suka dengan pekerjaan yang ia kerjakan. Dengan begitu ia bisa bertahan di perusahaan ini dan mungkin nantinya ia memiliki jenjang karier yang bagus. Walaupun itu mungkin masih perlu waktu lagi tapi Lana tak akan menyerah untuk bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Karena memang di kepala Lana ia ingin bisa memberikan yang terbaik untuk sang ibu.

"Oya aku dengar-dengar CEO kita sedang Carin sekretaris ya?" tanya karyawan itu lagi.

"Benar kok. Aku juga dengar langsung dari HRD kalau CEO kita itu sedang mencari sekretaris baru soalnya sekretaris yang sebelumnya mencoba menggoda bos kita semua sedangkan bos kita kan paling gak suka hal-hal semacam itu. Dan aku dengar-dengar gosip kalau bos kita itu tidak pernah terlibat percintaan dengan seorang wanita bahkan ada gosip yang beredar jika bos kita seorang gay. Tapi mana mungkin laki-laki setampan dan seksi seperti bos kita seorang gay. Aku yakin dia suka sama wanita. Mungkin kita bisa coba jadi sekretaris bos kita. Siapa tahu saja kita bisa jadi wanitanya bos kita. Karena ketika kita jadi kekasihnya bos kita maka kehidupan kita akan sangat nyaman," jawab karyawan yang lain terlihat sangat antusias.

Lana masih berada di dalam toilet dan mendengarkan semua perkataan para karyawan itu. Dan tak berapa lama para karyawan itu sudah pergi dari sana karena tak ada suara gaduh lagi. Lana pun memutuskan untuk keluar dari toilet itu dan sejenak ia memberikan tangannya lalu memilih untuk menemui mbak Anita dan makan siang bersama.

wanita simpanan mr. danteWhere stories live. Discover now