17 - you will be my toy

1.2K 19 0
                                    

Lana akhirnya sampai juga di kantornya. Untung saja masih ada waktu 10 menit sebelum pukul 08.00 dimana waktu kerjanya di mulai. Tadi di jalan lumayan macet di tambah lagi tadi ia harus menunggu angkutan umum agak lama. Sebenarnya tadi ia mendapatkan tawaran dari dokter Fandi yang merupakan dokter pengganti sang ibu tapi Lana menolaknya karena memang Lana tak nyaman berada satu mobil bersama dengan orang yang tak di kenal. Jadi lebih baik Lana memilih naik angkutan umum daripada nantinya menjadi bahan pergunjingan orang-orang di rumah sakit. Setelah absen Lana pun segera naik ke lantai dimana ia bekerja dan ia pun sedikit mempercepat langkahnya agar tak terlambat. Sesampai di lantai dimana tempatnta bekerja ia melihat ada suasana yang berbeda pagi ini. Ada segerombolan karyawan yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang serius. Entah apa yang mereka bicarakan tapi yang pasti mereka tampak sangat serius. Lana sendiri memilih untuk tak ikut campur karena ia bukan tipe orang yang suka ingin tahu urusan orang lain. Jadi ia lebih memilih untuk menuju ke meja kerjanya. Ia harus mempersiapkan diri untuk memulai pekerjaannya. Semenjak sang ibu dinyatakan mulai stabil dan juga sekarang di jadwalkan untuk pulang Minggu depan membuat Lana semakin bersemangat untuk bekerja lebih keras lagi. Karena ia harus tetap menyiapkan tabungan jika sewaktu-waktu sang ibu membutuhkan uang untuk biaya pengobatan. Kalau ada yang tanya apakah uang yang diberikan oleh laki-laki yang membelinya masih atau tidak maka jawabannya uang itu masih. Setelah Lana membayarkan biaya operasi dan beberapa obat yang tak tak di tanggung asuransi Lana tak memakai uang itu untuk hal lain seperti kebutuhan sehari-hari. Lana sudah berjanji pada dirinya bahwa uang itu akan ia pergunakan untuk biaya pengobatan sang ibu yang tak tak terbayar oleh asuransi. Karena jujur saja terkadang Lana merasa bersalah ketika memakai uang itu karena memang uang itu berasal dari uang haram. Tapi lagi-lagi keadaan yang memaksa Lana untuk memakai uang itu. Sehingga ia pun sebisa mungkin untuk tak menggunakan uang itu diluar untuk biaya pengobatan sang ibu. Sejak mimpi buruk yang ia alami beberapa waktu yang lalu Lana pun memutuskan untuk menutup rapat-rapat kenangan buruk itu lagi. Dan sebisa mungkin tak bertemu dengan laki-laki itu. Tapi Lana yakin jika ia tak akan bertemu dengan laki-laki itu karena Lana tahu laki-laki itu bukan orang sembarangan dan juga orang itu tak mengenal dirinya. Jadi sebisa mungkin Lana akan bersikap biasa dan meninggalkan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa paling memalukan dalam hidupnya.

Ketika sampai di meja kerjanya Lana mulai menyalakan komputernya sambil ia memakan roti yang tadi ia beli di minimarket rumah sakit karena memang tadi ia belum sempat sarapan. Jadi sambil menunggu komputernya menyala Lana memilih menghabiskan roti yang ia beli tadi. Sambil makan ia masih melihat segerombolan orang yang tampak kaget dan juga tampak serius memperhatikan seseorang yang sepertinya sedang bercerita. Entah apa yang orang itu ceritakan tapi yang pasti cerita orang itu sangat menarik.

"Lana kamu belum sarapan tadi?" tanya Anita yang berdiri di samping meja kerja Lana.

"Tadi aku gak sempat sarapan mbak. Soalnya beberapa hari ini aku menginap di rumah sakit buat jagain ibu jadi tadi dari rumah sakit aku langsung ke kantor," jawab Lana yang sudah menghabiskan roti yang ia beli.

"Ya ampun. Terus gimana keadaan ibu kamu sekarang?" tanya Anita perihatin.

"Keadaan ibu sudah jauh lebih baik kok. Kemarin dokter datang dan mengatakan jika keadan ibu stabil satu Minggu kedepan dan hasil pemeriksaan akhir baik-baik saja maka ibu boleh pulang Minggu depan. Dan itu bisa menjadi berita yang sangat menggembirakan," jawab Lana yang tak bisa menutupi rasa senangnya.

"Syukurlah kalau begitu. Mbak ikut senang dengarnya," kata Anita yang juga ikut senang.

Mereka pun diam sejenak karena Lana harus memasukan password untuk masuk komputernya. Sampai akhirnya ia pun bertanya kepada Anita tentang gerombolan orang-orang yang tak jauh dari mereka.

"Mbak Anita orang-orang yang ada disana itu pada ngapain sih. Dari tadi aku berada berangkat​ kerja mereka kayaknya sedang membicarakan hal-hal yang serius. Memangnya ada berita yang serius?" tanya Lana sambil melihat kearah gerombolan orang-orang itu.

Anita pun melihat kearah pandangan Lana.

"Ooo itu. Tadi yang aku dengar kalau bos besar perusahaan lagi buka lowongan untuk jadi sekretaris barunya. Kabarnya sekretarisnya yang lama ketahuan mencoba menggodanya jadi bos besar langsung memecatnya secara tidak hormat. Kamu tahu kan ketika ada karyawan yang di pecat dengan tidak hormat dari perusahaan ini biasanya akan susah untuk mencari pekerjaan di perusahaan lain karena memang perusahaan ini memiliki reputasi yang sangat bagus. Selain itu perusahaan ini bisa menjadi patokan untuk jenjang karier yang lebih maju lagi. Tapi konsekuensinya jika buat salah maka akan susah mendapatkan pekerjaan baru. Dan dari informasi yang aku dengar kalau bos akan mengambil sekretaris baru dari divisi manapun di perusahaan ini. Pokoknya siapapun yang menjadi sekretaris bos besar hidupnya di jamin akan enak karena gajinya yang sangat besar. Jadi orang-orang itu sedang mencari informasi tentang kriteria apa yang dicari bos besar kita," jawab Anita panjang lebar.

"Aku malah gak tahu soal itu. Selama aku kerja disini aku bahkan belum pernah melihat bos besar di perusahaan ini. Kalau mbak dapat tawaran jadi sekretaris bos besar gimana mau diambil?" tanya Lana balik.

"Kayaknya bakal aku tolak deh soalnya kerja sama bos besar resikonya besar dan juga pekerjaannya pasti sangat berat juga walaupun gajinya besar. Cukup kerja kayak gini gajinya udah lumayan besar. Kalau kamu gimana mau kalau dapat tawaran itu?" tanya Anita lagi.

"Mana mungkin mbak aku dipilih sama bos besar. Aku aja baru sebentar kerja disini. Di tambah lagi aku gak punya pendidikan serta pengalaman apapun soal dunia sekretaris. Selain itu untuk jadi sekretaris CEO di perusahaan ini pasti dibutuhkan yang cantik dan juga pastinya menarik. Sedangkan aku mbak bisa lihat sendiri jauh dari kriteria yang diinginkan untuk menjadikan sekretaris CEO perusahaan ini. Aku sih sudah bersyukur bisa bekerja disini. Dengan gaji aku saat ini bisa membantu kebutuhan aku dan juga ibu. Jadi aku tak mau berharap banyak karena aku tahu kapasitas aku," tolak Lana.

"Jangan bilang gitu. Siapa tahu CEO perusahaan ini memilih kamu karena kita gak pernah tahu kriteria seperti apa yang dibutuhkan oleh CEO di perusahaan ini. Jadi kamu masih punya peluang besar. Dan kamu jangan suka merendahkan diri kamu seperti itu. Kamu itu sebenarnya cantik kalau lebih percaya diri. Kecantikan kamu itu berbeda dari karyawati di kantor ini yang biasanya bermake-up tebal. Sedangkan kamu pakai makeup tipis aja udah sangat cantik. Bahkan pak Bram aja sepertinya naksir kamu," goda Anita.

"Ihhhh mbak Anita apaan sih. Gak mungkin pak Bram naksir aku," jawab Lana yang menolak perkataan dari Anita.

Anita pun hanya tersenyum melihat ekspresi malu yang ditunjukkan oleh Lana karena memang terlihat lucu. Setelah itu mereka pun berbincang sebentar sebelum akhirnya mulai bekerja.

Sementara itu sebuah mobil mewah baru saja berhenti di depan lobby sebuah perusahaan besar. Dan tak lama turun seorang laki-laki tampan dengan tatapan yang tajam. Laki-laki itu berdiri sejenak sambil melihat perusahaan milik keluarganya. Hampir sebulan ia tak datang ke kantor ada beberapa perubahan yang terjadi tapi perubahan itu ia sukai.

Tak menunggu lama lagi laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya. Sepanjang jalan banyak orang yang menyapanya dengan hormat karena memang dia adalah pemilik perusahaan ini. Sedangkan laki-laki itu memilih untuk terus melangkahkan kakinya tanpa harus membalas sapaan karyawannya.

Sesampainya di ruang kerjanya ia sudah di berikan beberapa file dokumen yang harus di kerjakan. Walaupun jujur saja ia masih merasa lelah karena melakukan perjalanan yang panjang. Tapi ia menyampingkan rasa lelahnya itu karena ia benar-benar tak suka menunda pekerjaan dan tentu saja untuk menjalankan rencananya. Mengingat hal itu membuat laki-laki itu membuka komputernya dan melihat cctv yang ada di komputernya. Ketika ia melihat-lihat apa yang ia cari tiba-tiba senyum terbit dari bibir laki-laki itu ketika menemukan apa yang dicari. Ia berhasil menemukan wanita yang beberapa waktu terakhir membuatnya penasaran. Di tambah lagi wanita itu menolak ajakannya untuk bertemu dan itu membuatnya tak suka hingga ia membuat sebuah rencana besar untuk membuat wanita itu tunduk di bawah kakinya dan melakukan apapun yang ia perintahkan.

"Hi baby. You will be my toy....."

Dengan senyum yang sulit diartikan Dante benar-benar tak sabar menjadi Lana mainannya. Mainan yang bisa ia permainankan sesuka hatinya dan juga patuh dengan semua perintahnya.

wanita simpanan mr. danteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang