00 • Nederland of Indië

371 46 2
                                    

Halo teman-teman!

Ini jadi cerita kesekian Alwaysje yang bertema hisfic/sejarah.

Tidak berusaha memenuhi ekspektasi siapapun.

Tanpa berniat mengubah apapun.
Karena semua murni fiksi karangan author.

Apabila ada kesamaan nama tokoh, latar, dan karakter. Semua tanpa disengaja.

(tidak terdapat sangkut paut dengan sejarah asli)

Terima kasih, selamat membaca!

Mereka menyebutnya Hindia Belanda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka menyebutnya Hindia Belanda.

Bahasa Rakyatnya adalah Melayu dan daerah.

Ribuan pulau membentang dengan kekayaan yang tiada batasannya.

Manusia-manusia yang semula hidup damai dalam pelukan pertiwi.

Nusantara.

Namun. Titah, memenjarakan kebebasan serta kebahagiaan yang semula ada kini musnah. Damai yang mereka rasa perlahan memudar berbaur luka. Tawa bahagia justru kini menggema jeritan siksa.

Bila telah begini, maka mereka yang lemah tanpa pernah sempat bersiap, harus mati secara sia-sia. Sebagian dari mereka yang bertekad pada akhirnya tetap gugur karena lemahnya senjata.

Kembali pada sang pencipnya. Sesunguhnya tuhan pemilik alam yang mereka pijak.

Biadab!

Orang-orang Eropa yang menjajah serta merenggut hampir seluruh isi nusantara hingga hampir tak bersisa.

Java. Tempat itu-- siapapun akan setuju jika disanalah kompeni bisa hidup dengan kemewahan dan harta melimpah. Disanalah mereka mengakusisi tanah Mataram dan tanah Pasundan menjadi wilayah mereka.

Maka, Java adalah tempat dimana perang terus bergejolak. Satu persatu pahlawan bangsa lahir. Menyelamatkan tanah yang tidak seharusnya orang-orang biadab itu miliki.

Java, Sumatera, Borneo, Maluku, Papua dan seluruh wilayah yang ada di Nusantara, adalah milik mereka. Pribumi.

>>>>>

"Papa! papa! vertel me de naam van de baby!-- Papa! papa! Beri tahu saya nama bayi itu!"

Jika Kile Roell dapat gambarkan. Putranya begitu senang akan kehadiran seorang bayi perempuan di rumah mereka. Sayangnya Kile Roell tidak begitu senang akan reaksi putranya. Justru Kile Roell tidak ingin putranya sejenak merasakan rasa bahagia memiliki seorang adik. Tidak. Lebih tepatnya Kile tidak tahu harus bersikap seperti apa menyambut kelahiran bayi itu.

"Geef de baby een naam, nyai!-- Beri bayi itu nama, nyai!"

Kile menatap wanita yang tengah memangku bayi itu. Nyai-nya menatap bayi itu tanpa senyum, seperti halnya Kile.

LerajeeWhere stories live. Discover now