01 • Vandaag Behoort aan Lerajee

158 24 0
                                    

(Segala bentuk dialog berbahasa Belanda dialihkan menjadi bahasa Indonesia untuk mempermudah saat membaca, terima kasih)

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

(Segala bentuk dialog berbahasa Belanda dialihkan menjadi bahasa Indonesia untuk mempermudah saat membaca, terima kasih)

>>>>>

"Mijn naam is Lerajee."

Gebrakan dan suara tawa, mengejek serta berusaha membuat si gadis semakin rendah di mata mereka. Berisik. Telinganya terasa panas dan Lerajee membenci fakta bahwa ia berbeda di sana. Tidak ada yang kulitnya sematang dirinya. Mereka pucat seperti manusia yang tak memiliki darah. Seperti penggambaran sosok vampir dalam kisah urban yang pernah dibacanya.

"Siapa ayahmu?" tanya seorang wanita yang duduk di kursi kebesarannya. Madam Melanie.

"Kile Roell."

Satu rotan panjang beradu dengan papan kayu. Menghentikan ringkikan-ringkikan anjing yang mengganggu pendengaran Lerajee. Tapi berganti dengan suara tawa dari Madam Melanie yang menggema seisi ruangan. Semua menatap dalam diam, tak terkecuali Lerajee. Suara anjing hilang, kini berubah menjadi suara kikikan rubah.

"Gadis pungut Roell rupanya!" Mereka semua tertawa dengan lantang dan puas, seolah Lerajee cukup lucu untuk dilewatkan. Hanya beberapa dari mereka yang diam dan tidak merasa yang dikatakan oleh temannya mengenai istilah 'gadis pungut' itu adalah lelucon.

Lerajee mencengkram dress renda miliknya. Gadis pungut Roell?

"Setidaknya yang memungut saya adalah Roell," balas Lerajee dengan tatapan datar memandang ke hadapan anak-anak yang duduk. Seringaian mereka seolah anjing yang berhadapan dengan kucing kecil. "Madam tahu arti nama saya?" tanya Lerajee.

Madam Melanie hanya diam.

"Iblis."

"Wow menakutkan," seru seorang anak laki-laki di bangku paling belakang.

"Ya, seperti anjing yang menyalak saat melihat bayangan setan di depan matanya." Lerajee bersuara dengan tenang. Bukan pada siapapun, tapi pada akhirnya satu anak terpancing dan menyerang Lerajee. Tidak setuju bahwa dirinya disebut sebagai anjing. Hingga keributan di hari pertama Lerajee di sekolah tidak terhindarkan.

Anak laki-laki itu mendorong tubuh Lerajee. Badannya menabrak rak kayu cukup keras. Dress rendanya yang berwarna kuning robek memanjang di bagian lengan. Entah apa yang akan Lerajee katakan pada pengasuhnya nanti. Ini bukan kesalahannya.

"Gadis pungut Roell," ejek anak itu dengan nafas terengah. "Siapa yang kau sebut anjing? Menjijikkan. Cuih!"

Gadis kecil itu membuang muka menghindar dari air liur yang hampir dimuntahkan mengenai wajahnya.

"Lerajee!" Madam Melanie menyeret kasar gadis itu, mengabaikan lengan yang berdarah dan luka panjang yang mewarnai dress kuning cantiknya. Lerajee ingin menangis tapi tidak dihadapan anjing atau rubah ini. "Aku tidak menerima murid liar yang bisa merusak kelasku."

Lerajeeحيث تعيش القصص. اكتشف الآن