16 • Zal Nooit

100 20 2
                                    

Soerabaja

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Soerabaja.

Setiap minggunya, Galuh berbicara pada lembaran kertas dalam buku catatannya. Disana ia menuang segala kata serta cerita yang tak mungkin ia utarakan pada seseorang. Namun sebagaimana janji antara mereka sebelumnya.

Tiada surat, tapi cukup untuk tidak saling melupakan satu sama lain.

Awalnya mungkin Galuh tidak mempercayainya. Sampai pertemuannya dengan Victor adalah dimana Galuh mungkin percaya akan teori, rindu adalah cara kita tetap mengingat seseorang.

Dengan cerutunya yang menyala serta kopi yang tinggal setengahnya. Di kali kedua pertemuan mereka, tidak ada tatapan penuh permusuhan seperti sebelumnya. Victor jauh lebih tenang sembari memberi kabar peringatan kelahiran adik manisnya. Victor berkata bahwa bertahun-tahun jauh lebih lama dari Galuh yang hanya menahan diri selama satu tahun untuk kembali. Victor harus diam serta terus menunggu. Bertanya-tanya bagaimana kehidupan keluarganya di Hindia Belanda.

Hingga setibanya ia di Hindia Belanda, bertemu dengan adiknya yang telah tumbuh lebih dewasa. Victor merasa benar-benar melewatkan banyak hal. Sangat banyak.

Lalu Galuh menghela nafas beratnya bersamaan dengan pintu kamar asramanya diketuk oleh seseorang.

"Hei inlander! Ada yang mencarimu di luar."

Mendengus kesal, Galuh berjalan keluar. Dari depan kamarnya terdapat sebuah pembatas lantai atas dan di bawah sana, seorang dengan fedora mahalnya tengah duduk bersedekap menunggu dirinya.

"Apa kasus yang sedang anda tangani semudah menginjak bayangan?" Sembari berjalan mendekat, Galuh duduk di depan Victor. Laki-laki itu berkata bahwa ia akan mengunjungi Galuh setelah proses pengadilan selesai. Sementara belum genap tiga hari, Victor menyelesaikannya dengan cepat.

"Untuk apa membela manusia yang tidak jauh berbeda dari seekor babi?"

"Serakah," tebak Galuh.

Victor meletakkan penanya ke atas meja. "Ada apa?" tanya Galuh.

"Pemerintah akan mengembalikan tanah desa yang dirampas."

Galuh seketika berdecih. Ini adalah luka terbesarnya. Tepat setelah desa mereka kehilangan tanah serta terjadi peperangan dan ayahnya yang meregang nyawa. Galih-- saudara kembarnya harus terus menelan pahit kehilangan sosok ayah dan kemudian sakit-sakitan hingga pergi meninggalkan dunia. Dalam kurun satu tahun, Galuh kehilangan banyak hal. Tapi apakah semua bisa kembali semudah mereka mengembalikan harta terampas?

"Berkat itu saya kehilangan segalanya."

"Saya tahu itu."

"Tahu apa anda?"

"Ah kau masih tidak mempercayai kami?"

"Benar."

"Ya, jangan percaya sepenuhnya. Tapi, setidaknya berterima kasihlah, inlander!"

LerajeeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt