03 Kota Urania

8 10 1
                                    

Langit kembali cerah setelah badai yang tiba-tiba muncul beberapa saat yang lalu. Masih terlihat di permukaan laut puing-puing kapal yang hancur saat diterjang badai.

Laut kembali tenang. Menyembunyikan kengerian yang saat ini terjadi di bawah permukaannya.

Seorang anak kecil dengan gaun pengantin hitam berjalan ke pinggir laut. Dia membisikkan sesuatu dengan bahasa yang tidak diketahui manusia.

Nyanyikanlah, Vivian!

Tidak ada yang nampak berbeda dari permukaan. Tapi sebuah pertempuran dahsyat antar penguasa air sedang berlangsung di dalamnya.

Lalu sebuah ledakan besar terjadi hingga mencapai permukaan. Laut memuntahkan sesuatu ke daratan.

Seorang gadis berambut panjang berwarna oranye nampak tidak sadarkan diri setelah sempat tenggelam. Anak kecil agak bingung dengan penampakan yang dia lihat.

Siapa dia?

Belum sempat anak kecil itu mendapatkan jawaban, hal lain muncul dari bawah laut. Kali ini bukan sesuatu yang membingungkan si anak kecil. Dia memang baru pertama ini melihatnya, tapi anak kecil itu tahu betul mahkluk apa itu. Kemunculannya ke permukaan saja menimbulkan badai yang besar.

Raja Naga. Sang Penguasa Lautan. Makhluk yang sering disebut manusia sebagai Kraken atau Naga Laut ini memiliki tubuh seperti ular panjang yang ditutupi sisik berwarna biru dengan sirip runcing. Bagian perutnya memiliki warna putih. Di kepalanya terdapat sebuah tanduk berbentuk unik yang menandakan daerah kekuasaannya.

Setiap bagian laut memilki Raja Naga yang mengatur dan menguasainya. Ada Raja Naga yang tidak menyukai konflik dan memilih bersembunyi di dasar lautan. Ada juga Raja Naga yang menyukai manusia dan sering naik ke daratan memakai wujud manusia. Tapi Raja Naga ini berbeda. Dia hampir selalu tidur, tapi saat bangun, hanya kehancuranlah yang dia pikirkan. Bahkan namanya-pun memiliki arti kekerasan.

Dari atas, Raja Naga memandangi anak kecil yang memilki rambut pendek biru dengan bunga berwarna hijau dan putih di atasnya itu. Dia mengintimidasi. Marah karena telah merebut mangsanya. Terlebih, ini yang kedua kalinya Ratu Peri mengganggunya.

Tapi anak kecil itu sama sekali tidak merasa terintimidasi. Walau masih berumur 10 tahun dan berwujud seperti anak manusia, dia memilki kekuatan yang cukup besar untuk melawan raksasa penghancur itu.

Dan Naga itu mengetahuinya. Walau dia juga baru pertama melihat Morgana, sang Ratu Peri yang baru, dia langsung bisa memahaminya. Mereka berdua adalah wujud dari kehancuran itu sendiri. Mereka menghabiskan banyak waktu dengan tidur, dan bangun hanya untuk menghancurkan. Bedanya, skala kehancuran yang dapat ditimbulkan anak kecil itu jauh lebih besar. Penghancur daratan sepertinya tidak berarti apa-apa bagi penghancur dunia.

Jadi Raja Naga itu mundur. Tanpa menurunkan keangkuhannya, dia kembali ke dasar lautan, bersama badai yang dibawa-nya.

Morgana kembali menatap gadis kuning yang tidak sadarkan diri. Pertemuannya dengan Raja Naga menyadarkannya jika gadis itu adalah manusia. Musuh para Peri. Tidak seharusnya dia menyelamatkannya, tapi karena sudah terlanjur, maka sang Ratu sendiri yang akan memberikan kematian yang mungkin lebih menyakitkan.

Makhluk kecil biru muncul dari gadis kuning itu. Peri yang sudah memanggil sang Ratu. Melihat sang Ratu yang akan memakan gadis, Peri itu langsung berusaha untuk menghentikannya.

Peri biru itu bicara dengan sang Ratu lewat Telepati. Dia menceritakan bagaimana dia bertemu dengan gadis itu dan bagaimana dia mencoba menyelamatkannya. Dia juga memberitahu bahwa gadis itu memberinya nama, Maririn.

Peri itu berusaha menjelaskan bahwa tidak semua manusia itu seburuk yang diceritakan, tapi Morgana sama sekali tidak terpengaruh dengan penjelasan Maririn. Saat Morgana memerintahkan atau ingin melakukan sesuatu, maka tidak ada satupun yang bisa menghentikan atau sekedar mengubah keinginannya. Ratu Peri yang dilahirkan untuk menguasai, bukan menciptakan harmoni seperti yang diharapkan dari saudarinya, Titania.

Tapi untuk pertama kalinya, niatnya untuk menghabisi gadis manusia itu terhenti. Bukan karena pinta sang Peri yang diindahkannya itu, tapi karena melihat pisau putih yang dibawa oleh sang gadis. Sesuatu yang tidak pernah dia sangka akan dilihatnya.

"Oi, ada apa ini!?" Beberapa orang muncul. "Tiba-tiba ada badai besar yang datang dua kali. Membuat kami khawatir dengan kapal yang harusnya datang kemari."

Gadis berambut oranye akhirnya bangun setelah terbatuk-batuk sambil memuntahkan air. Dia nampak bingung dengan keadaan sekitarnya, mengingat terakhir kali dia sadar, gadis itu sedang berada di dalam kapal, berseteru dengan para Kapten Kapal perihal Maririn hingga badai yang muncul tiba-tiba dan menghancurkan kapal.

"Apakah ini Avalon?" Tanya gadis itu. "Di mana Maririn?"

Seorang orang tua yang nampaknya pemimpin orang-orang itu maju. "Aku belum tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini. Jadi maukah kalian datang ke Balai Desa untuk menjelaskannya?"

Mereka dibawa ke sebuah kota yang bernama Urania. Dulunya kota ini hanya sebuah persinggahan yang dibangun oleh manusia pertama yang datang ke Avalon, William, untuk menjual buah-buahan yang tumbuh subur di pulau. 10 tahun berlalu dan Urania telah berubah menjadi hampir seperti sebuah kota.

Miranda, si gadis oranye itu nampak senang melihat kota yang diurus dengan baik itu. Tapi sebaliknya, Morgana nampak kesal karena mengetahui semua itu dibangun di atas penderitaan para Peri. Maririn yang merasakan kemarahan Morgana bersembunyi di balik Miranda.

Di Balai, Miranda menjelaskan apa yang terjadi di laut. Mayor Urania dan para warga nampak tidak percaya saat Miranda mengatakan jika Kraken muncul dan menghancurkan kapal. Tapi mereka juga tidak bisa menganggapnya berbohong setelah melihat sendiri kapal yang ditumpangi Miranda telah hancur berkeping-keping.

"Hm.. Tadi anda bilang jika nama anda adalah Miranda? Apa itu berarti anda adalah Ksatria baru yang dikirim untuk bertugas disini?"

"Benar!" sahut Miranda dengan semangat. "Dan panggil saja aku Mira!"

"Lalu gadis ini.. Uh.. Kami tidak mendapat laporan jika Kerajaan akan mengirim dua orang. Siapa namamu?"

Morgana nampak tidak senang dengan pertanyaan itu. Dia juga tidak ingin menjawabnya. Tapi fakta jika pertanyaan itu sangatlah dasar karena tidak ada yang tahu jika dia adalah Ratu Peri membuatnya sangat kesal.

"... Fae. Fae-"

Seseorang masuk dengan tergesa-gesa sebelum Morgana menyebutkan nama lengkapnya. "Mayor! Kelompok Black Aron kembali!"

Semua nampak terkejut dan mulai panik.

"Black Aron?" ulang Mira yang tidak paham. "Apa maksudnya?"

"Mereka adalah sekelompok penjahat dengan zirah hitam yang menguasai pertambangan dan sering meneror Urania. Kami sudah sering meminta bantuan dari Kerajaan. Tapi tidak ada satupun yang berhasil mengusir mereka."

"Eh?"

"Nona Mira. Maaf karena anda baru saja mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Tapi ini adalah saatnya bagi anda untuk menunjukkan kemampuan anda yang sebenarnya."

"Tu-Tunggu. Apa maksudnya?"

"Bulankah sudah jelas? Anda disini untuk melindungi kami dari para penjahat itu."

"HAH?" Mira tidak pernah menduga bahwa pertualangan yang selalu dia idamkan realitanya adalah sebuah pertempuran berdarah.

-------

03 Kota Urania
01-03-2023
08-03-2023 (Revisi)
15-04-2023 (Revisi)

1050 kata

Fata Morgana - A Fantasy Story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang