07 Part 2 Tekad Manusia

6 8 1
                                    

Menjadi hari baru-nya di pulau Avalon, Mira ingin memulainya dengan berkeliling kota Urania. Awalnya Mira memang berencana untuk berkeliling untuk menjalankan tugasnya sebagai Ksatria, tapi karena Morgana sudah menempatkan penjagaan di batas kota- yang akan memberitahu sang Ratu Peri saat musuh datang, maka Mira tidak perlu lagi mengawasinya. Apa yang dia lakukan saat ini semata-mata karena tidak tahu lagi harus melakukan apa.

Setiap warga Urania yang dilewati Mira nampak bersikap ramah walau gadis itu menampakkan sesuatu yang memalukan tempo hari. Morgana-lah yang warga Urania sukai, tanpa tahu bahwa anak kecil itu bukanlah Ksatria yang dikirim kerajaan bersama Mira. Warga Urania melihat Mira sebagai prajurit yang masih dalam masa pelatihan.

"Ara, nak Mira. Apa kau sedang jalan-jalan?" Seorang nenek dengan keranjang apel berjalan mendekati Mira.

"Eh? Lebih tepatnya patroli sih nek, he."

"Haha, kamu lucu ya. Morgana sudah melakukannya saat matahari belum naik. Dia bilang jika dia akan meminta para Peri untuk menjaga perbatasan kota."

"I-Iya sih." Mira memang sudah mendengar Morgana mengatakan itu. Tapi dia tidak menyangka anak kecil itu bisa dengan mudahnya mengatakan tujuannya. "Tapi-"

"Jika berkenan, bisakah kau membawakan apel-apel ini kepada Aka di Taman Penyihir?"

"Ta-Taman Penyihir?"

"Iya. Kau akan menemukannya dekat perbatasan di arah kau datang pertama kali kesini."

Nenek itu langsung menyerahkan keranjang apel tanpa menunggu konfirmasi dari Mira.

"Ba-Baiklah," Mira-pun menyadari bahwa warga Urania benar-benar berpikir jika Morgana-lah Ksatria sesungguhnya, dan dia hanyalah pelayan sang Ratu Peri. Tanpa bukti jika dia juga bisa melawan Black Aron, mustahil dia bisa menyanggah prasangka itu.

Mira kemudian menemukan hutan yang dimaksud. Dari luar hutan itu nampak gelap dan menyeramkan. Mira juga merasa agak khawatir karena hutan itu berada di luar perbatasan Urania, sehingga seandainya dia diserang oleh Black Aron, Morgana tidak akan datang untuk menolongnya.

Tapi dia mencoba meyakinkan dirinya untuk berani. Dia sudah bertekad untuk menjadi lebih kuat sehingga sanggup melawan Black Aron dan menemukan ibunya yang hilang. Mira-pun melangkahkan kaki masuk ke dalam hutan.

Jauh berbeda dari penampakan luar, di dalam hutan dipenuhi oleh cahaya matahari yang menyinari pepohonan. Mira merasa kagum, dan jauh lebih tenang. Hingga-

"Siapa kau!?" Seorang pemuda berambut merah mendekat. Tangannya memegang sebuah pedang.

"Na-Namaku Miranda. A-Aku kesini untuk mengantarkan apel kepada seseorang bernama Aka."

Pemuda itu menghela nafas, paham jika gadis itu disuruh oleh sang nenek. Dia-pun mengambil keranjang apel itu. "Terimakasih. Kau bisa kembali sekarang."

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Mira.

"Berlatih," jawab pemuda itu singkat sambil kembali berlatih mengayunkan pedangnya.

"Apa kau juga seorang Ksatria?"

"Juga?" Aka sempat berhenti dan menengok ke Mira untuk memastikan. "Oh, kau gadis dengan pisau itu."

"Baru sadar ya, haha." Mira mencoba menyembunyikan kekesalannya.

"Aku bukanlah Ksatria," lanjut Aka. "Hanya seorang Pandai Besi."

"Oh.." Mira menyaksikan pemuda itu nampak serius mengayunkan pedangnya. Dia-pun terpikir sebuah ide. "Aka, maukah kau berlatih bersamaku?"

"Apa maksudmu?"

"Y-Ya kau lihat sendiri kan semalam? Setelah memikirkannya semalaman, aku merasa harus menjadi lebih kuat lagi."

"Kenapa kau ingin menjadi lebih kuat?"

"Tentu saja untuk melindungi Urania, he." Mira mengucapkannya dengan penuh percaya diri, yang tanpa dia sadari membuat Aka menjadi jengkel.

"Baiklah." Aka bersiap dengan pedangnya. "Tunjukkan padaku kemampuanmu."

Mira melesat ke arah Aka yang berada di posisi tetapnya. Dengan pisaunya dia menyerang pemuda itu. Tapi semua serangannya bisa ditangkis oleh Aka.

Penampilan Mira lebih baik daripada saat dia melawan Moudred. Sekedar latihan membuat keraguannya menghilang. Dan Aka menyadari itu- ketidaksiapan sang ksatria muda untuk melindungi orang lain dengan nyawanya, yang membuatnya semakin kesal.

Dengan cepat dia mematahkan langkah Mira dan membuatnya tersungkur ke tanah.

"Haha, aku kalah." Tawa kecil Mira itu membuat emosi Aka tidak lagi terbendung.

"Apa menurutmu ini semua hanya permainan?"

"Eh? Apa maksudmu?"

"Apa kau tahu yang kami rasakan semenjak Black Aron muncul? Mereka mengambil dan merusak semuanya. Pria dewasa yang mencoba melawan dibunuh, dan para ksatria yang dikirim kerajaan tidak ada yang berguna!"

"Apa maksudmu!?" Mira berdiri dengan lekas, tidak terima dengan hujatan sang pemuda. "Aku juga punya masalahku sendiri tahu! Dan asalkan kau tahu, tidak ada yang memberitahu soal Black Aron hingga aku berhadapan dengan raksasa itu."

"Maka pergilah dari Avalon! Kami bisa menghadapi Black Aron sendiri!"

"Oh ya? Lantas kenapa kalian tetap meminta bantuan kepada kerajaan? Apa menurutmu kau bisa melawan Black Aron sendirian? Mustahil! Kalian membutuhkan kami!"

"Kau!" Aka sangat kesal hingga dia bisa saja memukul Mira jika saja lawannya bukanlah seorang gadis.

Mira yang tidak kalah kesal berbalik dan mulai melangkah keluar.

"Aku tahu bahwa aku masih tidak bisa membantu. Karena itu aku ingin menjadi lebih baik lagi untuk melakukan tugasku dengan benar."

-------

07 Part 2 Tekad Manusia
14-03-2023
15-04-2023 (Revisi)

775 kata

Fata Morgana - A Fantasy Story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang