06 Tekad Di Bawah Bulan

6 8 1
                                    

Mira masih belum bisa tidur setelah percakapan beberapa saat yang lalu. Keinginannya pergi ke Avalon untuk melihat para Peri dan mencari keberadaan ibunya yang hilang malah membawanya ke situasi yang tidak terbayangkan.

Bertemu dengan Peri sebelum sampai ke pulau.
Diserang oleh monster laut dan hampir mati tenggelam.
Ada organisasi jahat yang mengancam kedamaian Avalon.
Bertemu dengan anak kecil yang mengaku sebagai Ratu Peri.
Anak kecil sama yang mengatakan bahwa ibunya adalah Raja Peri.
Dan dia harus mengusir organisasi jahat untuk mengetahui keberadaan ibunya itu.

Setengah hari yang panjang dan penuh pertualangan. Membuatnya terpikir apakah semua itu hanyalah khayalannya saja. Tapi dia bisa melihat Maririn, Peri Gelembung yang dia temukan di kapal, nampak tidur dengan nyenyak di sampingnya. Semua itu nyata.

Mira teringat akan ucapan Morgana. Tunjukkan padaku tekadmu itu. Anak ajaib yang sanggup mengalahkan ksatria raksasa itu memintanya untuk menyelamatkan Avalon. Mira bukannya ingin menolak, dia ingin membantu. Membela kebenaran sepertinya ibunya. Hanya saja, Mira sadar betapa lemah dirinya.

Mira mengingat kembali pertarungan antara Morgana dan Moudred. Bagaimana sosok yang berukuran jauh lebih kecil itu dapat menangkis dengan mudah dan bahkan melempar orang yang Mira sendiri yakin tidak bisa mengangkatnya. Mustahil Morgana adalah manusia. Dia adalah Ratu Peri seperti yang gadis itu katakan. Atau mungkin bocah- Peri dapat mengubah wujud mereka sesuka hati.

"Morgana itu cewek atau cowok sih- Wa!"

Lagi membayangkan Morgana, sosok kecil itu tiba-tiba saja mendobrak kamar Mira yang membuatnya sontak berteriak kaget dan membangunkan Maririn. Melihat bahwa sang Ratu sedang sangat kesal, Maririn langsung bersembunyi dengan gemetar.

"A-Ada apa Morgana?" Ada ketakutan dalam Mira akan kemungkinan Morgana yang mendengar gumamannya dan marah.

Morgana tahu apa yang dipikirkan Mira, tapi bukan itu yang membuatnya marah.

"Aku tidak bisa tidur," ucap Morgana dengan nada kesal.

"Eh?" Mira nampak bingung hingga Morgana harus mengulang ucapannya. Tenang jika anak kecil itu tidak marah terhadapnya, Mira mengusulkan untuk tidur bareng.

"Aku tidak ingin tidur denganmu!" Morgana menaikkan suaranya untuk pertama kali, membuat Mira terasa ditolak secara mentah-mentah.

"Tempat ini bau!" terang Morgana.

"Eh? Tapi aku tidak mencium apa-apa."

"Cih! Kalian manusia memang aneh." Morgana beranjak dari tempat itu dan menuju pintu keluar. Mira mengejarnya.

"Kau mau kemana, Morgana?"

"Memetik bunga. Siapkan saja wadah untuknya."

Mira masih tidak paham dengan maksud Morgana. "Apa- Eh?" Tapi saat dia mencoba mengikutinya keluar rumah, anak kecil itu sudah tidak terlihat dimanapun.

Menggunakan Teleportasi, Morgana telah berada di rumahnya. Danau yang dikelilingi taman bunga. Aroma yang dikeluarkan dari bunga-bunga itu membuatnya merasa lebih tenang. Perlahan Morgana turun dan berbaring di hamparan bunga. Dia ingin tidur.

Tapi bunga di kepalanya tidak mau mengeluarkan serbuk tidurnya. Memaksa Morgana mengingat hal terakhir yang dia katakan kepada Mira. Memetik bunga. Siapkan saja wadah untuknya.

Morgana adalah Ratu Peri egois yang saat marah akan lupa untuk memikirkan konsekuensi ucapannya. Dia bisa bertindak sesuka hatinya dan tidak akan ada yang bisa menghentikannya.

Tapi saat ini, Morgana benar-benar dipaksa untuk bersikap lebih baik. Dia tidak boleh sampai membuat Mira pergi dari Avalon. Gadis itu adalah satu-satunya kesempatan untuk tidak mengaktifkan Kiamat.

Dengan berat hati sang Ratu bangun, dipetiknya sepucuk Bunga Peri berwarna putih. Morgana kemudian mengalirkan Energi Peri dari bunga di rambutnya ke bunga di tangannya. Lalu dia mengangkat bunga itu, membuatnya seolah berada di bawah bulan yang sedang bersinar.

Turunlah, Kaguyahime.

Di mata Morgana, cahaya bulan itu menyatu di satu titik. Dan bagaikan embun yang menyatu di atas daun, bulan itu meneteskan cahaya seperti air ke bunga putih.

Bunga di tangan Morgana mengeluarkan cahaya. Sang Ratu melepasnya dan bunga bercahaya itu melayang dengan sendirinya. Dari dalam cahaya, bentuk dari bunga itu mulai berubah menjadi seperti manusia mini.

Cahaya itu mulai redup dan bunga putih telah berubah menjadi Peri baru. Dengan pakaian yang menyerupai tangkai dan kelopak bunga sebelumnya, mahkota bunga yang menjadi sayap dan warna rambut Peri.

Peri Bunga itu menatap sang Ratu dengan senang. Bangga menjadi Peri Bunga pertama yang dilahirkan Morgana. Dan dia berharap jika Ratu akan berbaik hati memberinya nama.

Morgana sebenarnya tidak mau repot memikirkan nama untuk para Peri yang tidak memiliki tugas penting. Tapi dia harus memikirkan sebuah nama, atau rasa gatal yang disebabkan bunga di kepalanya tidak akan hilang.

"Tetes Bulan."

Peri Bunga nampak sangat senang mendengarnya hingga dia terbang berkeliling seolah meneriaki namanya kepada Bunga Peri lainnya yang masih tertidur.

"Ayo kembali." Tetes Bulan kemudian hinggap ke rambut Morgana dan mereka semua seketika lenyap dari tempat itu.

"Apa kau sudah mendapatkan wadahnya?"

"Eh?" Mira menengok ke arah suara di belakangnya dan mendapati Morgana sudah berdiri tepat di belakangnya. "Wa! Darimana- Jangan ngagetin gitu dong!"

Morgana tidak menanggapinya.

"Aku masih tidak paham apa maksudmu dengan wadah, he."

Kamar Mira nampak jauh lebih berantakan dari sebelum Morgana berangkat. Suatu benda menarik perhatian sang Ratu.

"Eh- Itu!"

"Pakai yang ini saja." Morgana mengambil sebuah cawan kecil yang terbuat dari perak.

"Bu-Bukannya Peri tidak suka Logam?" tanya Mira mencoba mempertahankan hadiah juara 2 dari suatu kompetisi di akademinya dulu.

"Selama bukan untuk digunakan menyerang tidak masalah." Tapi nampaknya kepemilikan telah berubah.

"Lakukanlah, Tetes Bulan."

Peri di rambut Morgana yang Mira kira adalah bunga putih lain terbang dan mulai mengitari seisi rumah. Serbuk putih keluar dari sayap bunganya yang menciptakan aroma lembut dan juga sejuk.

Perasan Mira yang tidak karuan mulai berubah. Sekarang dia meyakini jika Morgana memanglah Ratu Peri. Dan semua yang diucapkannya adalah kebenaran.

Dengan kata lain, tujuan Mira menjadi jelas. Dia harus kembali berlatih dan menjadi kuat. Menaklukkan Black Aron agar bisa bertemu dengan ibunya kembali.

-------

06. Tekad Di Bawah Bulan
08-03-2023
15-04-2023 (Revisi)

921 kata

Fata Morgana - A Fantasy Story (END) Where stories live. Discover now