07 Part 1 Tekad Peri

7 8 1
                                    

Matahari yang mulai naik menjadi tanda akan hari dan diri yang baru bagi Mira. Gadis yang sebelumnya datang bermodal rindu akan mulai berubah mulai hari ini.

"Ayo, Maririn." Dengan perlengkapan lengkap, Mira bersiap untuk berpatroli Urania. Walaupun sebelumnya dia terlihat tidak berdaya di hadapan anggota Black Aron, jiwanya telah kembali membara. Dia harus berkembang dan menjadi lebih kuat lagi.

Tidak terlihatnya Morgana di luar kamar, Mira-pun mencoba memanggilnya. Tapi tidak ada jawaban.

Maririn si Peri Gelembung mencoba menghentikan Mira yang ingin masuk ke dalam kamar Ratu Peri. Sayangnya Mira tidak bisa membiarkan anak kecil yang mengaku sebagai pelindung Avalon itu terus bermalas-malasan dan mengabaikan tugasnya.

Nampak di atas tempat tidur, sebuah cangkang besar yang terbuat dari akar-akar hitam penuh duri. Agak gugup, Mira perlahan berjalan mendekat. Maririn yang sebelumnya tidak lepas dari Mira kini mulai berkhianat dan menjauh sendiri. Dia tahu betapa menakutkan sang Ratu Peri saat diganggu tidurnya. Dan benar saja-

"Wa!" Akar berduri melesat ke arah Mira dan berhenti tepat di depan mukanya. Semuanya akan berakhir jika saja itu adalah orang lain.

Akar-Akar hitam mulai terbuka dan seorang anak kecil nampak terbaring di dalamnya. Perlahan sang Ratu bangun dengan malasnya. Terlihat jelas raut kekesalan di mukanya. "Ada apa pagi-pagi ribut gini?"

"A-Aku ingin mengingatkanmu jika kita harus berkeliling Urania," ucap Mira dengan tangan yang masih terangkat akibat terkejut. "Kau pelindung Avalon kan?"

Raut Morgana belum berubah. Tapi dia tidak bisa diam terus tanpa memberitahu gadis itu tentang yang dia lakukan saat kebanyakan warga di Urania masih tertidur.

Menghela nafas, Morgana mencoba menjelaskan dengan nada malasnya. "Saat kau masih tidur, aku sudah melahirkan banyak Peri Bunga lain untuk berjaga di perbatasan Urania. Jika para Ksatria jelek itu kembali, mereka akan langsung memanggilku."

"Eh? Benarkah itu?"

"Apa kau tidak memperhatikan jika di dalam rumah ini ada Peri Bunga lain selain Tetes Bulan?"

"Eh?" Mira sama sekali tidak menyadarinya. Dia memang melihat beberapa bunga yang sebelumnya tidak ada-

"Bunga-Bunga itu adalah Peri," Morgana menjawab isi pikiran Mira. "Mereka akan berubah menjadi Bunga saat tidak diperlukan atau saat siang hari."

"Eh.. Terus kita harus apa?"

"Aku tidak tahu denganmu, tapi jangan ganggu aku lagi!" tekan Morgana yang kemudian kembali ke mode kepompongnya.

Mira-pun berbalik. Perlahan semangat paginya hari ini memudar.

"Lakukanlah sesuatu yang nantinya tidak akan kau sesali," pesan sang Ratu dalam kepompong.

Mira masih tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tapi pesan dari Morgana itu membuat semangatnya kembali pulih. Dia akan berkeliling Urania untuk mencari ide.

Jendela kamar Morgana terbuka sendiri dan sesosok makhluk bertengger di sana. "Aku tidak tahu jika kau bangun lebih cepat, Umbriel."

Seekor kucing berwarna merah muda nampak duduk di pintu jendela yang terbuka. Ada mahkota bunga yang melekat di bagian lehernya.

"Gloria.." sebut sang Ratu dalam kepompong. Dia tidak mengharapkan kedatangan si cerewet itu. "Pergilah!"

"Kau tahu mustahil aku bisa mengabaikan dirimu yang tiba-tiba bangun dan masuk ke wilayah manusia. Terlebih tidur di antara mereka." Morgana tidak berniat menanggapinya.

"Dan kulihat kau cukup akrab dengan gadis manusia itu. Apakah kau sudah beralih tempat? Melihat kau nampak lebih baik kepada manusia daripada kaummu sendiri."

Gloria mengucapkan sesuatu yang harusnya tidak boleh terpikirkan. Sang Ratu tidak bisa menahan emosinya. Seisi kamar bergetar dan barang-barang di dalamnya mulai terangkat sendiri.

Batu Kegelapan yang ditanamkan sang ibu membuatnya menguasai Kegelapan sebagai bayaran kekuatan Peri, dan dari Titania, Ratu Peri yang baru juga memiliki kekuatan yang tidak kalah dahsyatnya, Psikis.

Tergantung dari emosinya, Morgana bahkan bisa menciptakan Lubang Hitam yang melumat semuanya saat berada di puncak emosi. Untungnya dia menyadari jika Gloria hanya mencoba memprovokasinya. Dan itu berhasil.

Keadaan di dalam kamar mulai kembali normal. Barang-barang yang tadinya melayang telah kembali ke tempatnya yang semula. Sang Ratu Peri berhasil menenangkan dirinya.

"Gadis itu adalah anak dari Merlin," Morgana menjelaskan. Tidak ada tanda kemarahan di suaranya. "Dia mewarisi Carnwen."

"Dan kulihat jika dia tidak bisa menguasainya. Kenapa tidak coba kau Hipnotis? Tentunya akan berhasil melihat gadis itu sepenuhnya adalah manusia."

"Hipnotis tidak berkerja. Kemungkinan Merlin sudah menyadari Ratu Peri yang baru akan melakukan itu dan memberikannya perlindungan. Berharap saja dia akan menguasai Carnwen secepatnya."

"Kenapa repot-repot? Bukankah lebih mudah dengan hanya menunggu di taman hingga Malam Pembalasan itu tiba?"

"Karena inilah yang diinginkan mama. Membangun harmoni di antara manusia dan Peri. Itu adalah tugas Titania. Aku hanya mencoba melakukan tugas itu."

"Tidak salah. Jika Titania yang melakukannya. Tapi tugasmu adalah memastikan Malam Pembalasan itu terjadi. Apa kau tidak berpikir apa yang mungkin terjadi padamu disini? Sadarilah posisimu! Kau bukan hanya sekedar Ratu Peri. Saat ini, masa depan seluruh para Peri ada padamu."

"Tenanglah, Gloria. Aku tahu apa tugasku. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Dan aku tahu tidak ada manusia yang bisa menghentikanku."

Gloria merasakan kesungguhan dalam Morgana. Dia tidak lagi melihat seorang Ratu egois yang hanya main suruh. Tekad untuk melanjutkan rencana Titania membuat anak kecil itu menjadi Ratu Peri yang sesungguhnya. Tidak ada lagi yang harus Gloria katakan. Dia akhirnya mengakui posisi sang Ratu Peri yang baru.

"Selain itu.. Kalian tidak tahu betapa mengerikannya kekuatan Kegelapan ini. Aku bisa memakan seluruh manusia juga binatang yang ada di pulau. Dan itu tidak akan cukup memenuhi rasa lapar ini."

"Kami sudah tahu itu dari sikapmu sebelum ini. Demi merebut kembali pulau ini, kami sudah siap untuk itu." Gloria berbalik dan berniat untuk kembali. Dia sudah menerima niat sang Ratu dan akan memperhatikannya saja dari jauh.

"Aku.." Lalu Gloria merasakan emosi yang belum pernah dia rasakan dari Morgana. Kesedihan. Sesuatu yang tidak pernah ditunjukkan sang Ratu.

"Aku tidak ingin kalian berubah menjadi sepertiku."

-------

07 Part 1 Tekad Peri
09-03-2023
15-04-2023 (Revisi)

937 kata

Fata Morgana - A Fantasy Story (END) Where stories live. Discover now