08 Peran Seseorang

7 8 1
                                    

"Hentikan itu sekarang!" bentak sang anak kecil.

"Eh? Apa maksudmu, Morgana?"

Keesokan pagi setelah pertemuan Mira dan Aka di Hutan Penyihir. Sang gadis yang melihat Ratu Peri akhirnya bangun mengajaknya untuk makan bersama. Morgana tidak pernah mencicipi masakan buatan manusia sebelumnya, tapi dia mendengar jika masakan yang dibuat manusia itu enak. Dan yang menarik perhatiannya adalah segelas susu putih, yang kemudian dideklarasikannya sebagai minuman terenak yang pernah ada.

Saat Morgana mencoba mencicipi kue buatan Mira, dia tiba-tiba bicara begitu.

"Emosimu itu. Sangat mengganggu."

"Be-Benarkah? He, maaf." Mira tahu apa yang dimaksud Morgana. Perdebatannya dengan Aka yang membuatnya masih merasa kesal.

"Coba ceritakan."

"Eh? Kenapa kau tiba-tiba mau mendengarkanku?"

Morgana tidak menjawab dan terus asyik memakan kue.

"Saat aku berkeliling kota kemaren, aku diminta seorang nenek untuk mengantarkan sekeranjang buah apel ke Hutan Penyihir. Di sana aku bertemu dengan seorang pemuda-"

"Hutan Penyihir?" potong Morgana.

"Ya. Berada di dekat perbatasan. Dari luar hutan itu memang nampak gelap dan mengerikan, tapi ketika aku masuk ke dalam, suasananya berubah lebih terang dan menenangkan." Morgana nampak serius memperhatikan. "Lalu pemuda yang kutemui itu-"

"Ayo ke sana," ucap Morgana langsung berdiri.

"Eh? Tapi aku belum memberitahu alasan kenapa aku jadi kesal."

"Itu sudah tidak penting," ucap Morgana tanpa rasa bersalah.

"Lain kali aku akan buat kue yang lebih banyak," ucap Mira setelah melihat kue buatannya sudah habis semuanya dan menyadari jika Morgana sedari awal tidak tertarik mendengar ceritanya dan hanya mengincar kuenya.

Sang Ratu Peri berjalan mendekati Mira dan menyentuh tubuhnya. Cahaya bewarna ke merah mudaan muncul di tubuh mereka berdua, lalu dalam sekejap, mereka berdua telah berada di tempat yang berbeda. Teleportasi.

"Ini kan?" Mira nampak menyadari dimana mereka berdua sekarang berada.

"Darimana kalian datang!?" Seorang pemuda nampak terkejut melihat kemunculan tiba-tiba dua orang itu. Ekspresinya kemudian sedikit berubah setelah melihat Mira. Dia juga menyimpan kekesalan seperti sang gadis.

Merasakan emosi keduanya, Morgana dapat dengan mudah mengetahui siapa pemuda itu. Dia kemudian berjalan mendekati Aka.

"A-Apa maumu?" Aka nampak gugup berhadapan dengan anak kecil itu. Dia melihat bagaimana pertarungan berat sebelah antara Morgana dan Moudred. Anak kecil itu bukanlah manusia sembarangan.

"Jangan mengganggu pekerjaan kami lagi," ketus Morgana. "Kaulah yang tidak pantas berada disini."

"Mo-Morgana!" Mira nampak terkejut karena sang Ratu Peri terlihat sedang membalasnya. Tapi itu juga membuatnya sedikit merasa bersalah. "I-Itu agak berlebihan."

Morgana nampak tidak peduli dan berjalan seperti biasa melewati Aka yang terdiam.

"Kau tahu apa?" Tapi nampaknya pemuda itu tidak bisa terima ucapan Morgana. "Jika kerajaan benar-benar melakukan tugasnya, Urania tidak akan dikendalikan oleh Black Aron."

Morgana berbalik dan Aka langsung terpental dan menghantam pohon dengan cukup keras. Pedang yang dipegangnya patah.

"Eh?" Mira tidak tahu apa yang terjadi. Tapi melihat Morgana sudah memegang Rhongo, dia bisa menduga jika Ratu Peri-lah yang melakukan itu. Terjadi terlalu cepat untuknya.

Morgana ber-Teleportasi ke depan Aka dan mengacungkan tombaknya kepada sang pemuda. Aka yang masih kesakitan juga tidak melihat serangan Morgana dan hanya menyadari jika saat ini Morgana sedang mengancamnya. Dia mulai ketakutan.

"Ini pertama kalinya kita bertemu dan kau sudah menunjukkan banyak emosi yang membuatku bisa melihat masa lalumu. Awalnya kupikir ini hanya pertengkaran biasa, tapi aku merasakan suatu dendam. Bukan terhadap gadis itu, tapi kepada para Ksatria Hitam. Dan sekarang aku merasakan ketakutan dari dirimu. Mereka melakukan sesuatu terhadapmu kan?"

Aka nampak sangat terkejut anak kecil itu bisa membacanya dengan mudah. Dia tidak bisa menjawab, tapi ingatannya kembali ke masa tidak menyenangkan itu. Karena kegagalan para ksatria memberantas Black Aron, para warga mencoba memberontak dengan kekuatan mereka sendiri. Hasil yang sangat mengecewakan dengan sang ayah yang juga menjadi korban. Sang ibu-pun mulai sakit dan meninggal beberapa tahun kemudian.

"Tidak hanya Black Aron yang kau benci, tapi insiden itu juga membuatmu kehilangan kepercayaan kepada para ksatria yang dikirim kerajaan. Kau merasa tidak memerlukan mereka yang hanya akan mengecewakanmu. Jadi kau ingin menjadi Pahlawan."

"Eh? Pahlawan?" Mira nampak bingung dengan keduanya.

Aka masih terus terdiam. Semua yang dikatakan Morgana benar. Dia ingat bagaimana hanya dia seorang diri yang menolak untuk memanggil ksatria lain dan meyakinkan warga untuk mempertahankan Urania dengan kekuatan mereka sendiri. Sayangnya ketidak berdayaan mereka membuat mereka tidak bisa mengikuti semangat pemuda itu.

"Biasanya aku akan langsung menghukum mereka yang melawanku. Tapi kau kumaafkan. Untuk kali ini. Kau mengingatkanku akan Tanaquill. Si keras kepala yang mencoba melawan semuanya sendirian tanpa menyadari batas kekuatannya sendiri. Semuanya sudah ditentukan saat kita terlahir, dan kau tidak akan pernah bisa menjadi seorang Pahlawan."

Morgana melenyapkan Rhongo dan berbalik, bersiap meninggalkan sang pemuda yang telah benar-benar kehilangan semangatnya.

"Peran itu sudah dimiliki oleh kami. Jadi jalankan peranmu seharusnya dan lakukanlah sesuatu yang berguna. Aku yakin kau paham apa maksudku."

Morgana mulai berjalan memasuki sisi hutan yang lebih dalam. Mira yang masih bingung dengan apa yang terjadi mengikutinya.

"Apa dia tidak apa?" tanya Mira. "Kau nampaknya mengatakan sesuatu yang berlebihan."

"Tidak ada yang berlebihan dalam ucapanku," jawab Morgana. "Semuanya sudah sesuai dengan emosi orang itu."

"Setidaknya kau bisa mengatakannya dengan cara yang lebih halus."

Morgana sempat terdiam. "Jangan ajari aku atau kuisap sampai kering kau."

"Ma-Maafkan aku!"

"Kita sudah sampai."

"W-Wow.." Di depan mereka, sebuah pohon raksasa dengan pintu depan layaknya sebuah rumah berdiri. "Tempat apa ini?"

"Rumah sang Penyihir," jawab Morgana. "Mantan guruku."

-------

08. Peran Seseorang
15-03-2023
15-04-2023 (Revisi)

884 kata

Fata Morgana - A Fantasy Story (END) Where stories live. Discover now