TWOH : Chapter 18 - Uncovered

837 87 11
                                    

Playlist : Libianca - People

Selamat pagi menjelang  siang!

Don't forget to vote and comment!

Selamat membaca 💚

☘☘☘

"Apakah aku salah tidak langsung menerima mereka?" tanya Hanelle, ia merebahkan kepalanya di paha Hermes. Hari ini terlalu berat untuknya, dan membuatnya tidak bisa berhenti berpikir.

"Tentu tidak, Sayang. Apa yang kau lakukan sudah benar, orang mana yang tidak terkejut tiba-tiba ada seseorang yang mengaku sebagai ayahnya?! Kau perlu menjernihkan pikiranmu, semua ini terlalu tiba-tiba untukmu. Aku dan Zeus tidak memaksamu untuk segera menerima Hades dan Persefon." Hermes mengelus pipi Hanelle dengan lembut, pipi istrinya terlihat lebih tirus, membuatnya terlihat seperti sedang sakit.

"Terima kasih telah memberiku waktu, Hermes. Aku tidak ingin buru-buru menerima mereka, namun aku tahu jika mereka menyayangiku seperti Ibuku," isak Hanelle, mengingat Asteria menimbulkan kerinduan. Wanita yang selama ini ia sebagai ibu kandungnya ternyata hanya lah ibu pengganti.

"Aku tidak ingin membuatmu terpaksa menerima mereka, semua butuh waktu, Hanelle," sahut Hermes sembari menyeka air mata Hanelle. Melihat istrinya menangis adalah hal yang paling tidak suka, namun Hermes kali ini akan membiarkannya agar Hanelle merasa lebih lega.

Hanelle tersenyum lebar, ia menenggelamkan kepalanya ke perut Hermes. Ia mengendusnya lalu menciumnya singkat.

"Aku mencintaimu, Hermes. Jangan pernah tinggalkan aku!"

Hermes meringis, Hanelle tidak melakukan hal mesum kepadanya, namun hanya ciuman singkat di perutnya membuatnya menegang. Apalagi ditambah ungkapan cinta wanita itu padanya, membuat gairahnya tiba-tiba mencuat.

"Aa-aku juga mencintaimu, Hanelle." Hermes memejamkan matanya, hembusan nafas di perutnya membuatnya meringis. Ia tidak ingin membuat Hanelle melayaninya sedangkan hati wanita itu tengah dirundung kebingungan.

Hanelle mengernyit, hembusan nafas Hermes terdengar berat, terlebih tubuh suaminya yang mendadak menegang.

"Ada apa, Sayang? Apakah perutmu sakit?" tanya Hanelle, ia beranjak dari tidurnya. Duduk menyilangkan kaki menghadap Hermes.

"Ya, kejantananku sakit."

"Hah? Kenapa?! Apakah Drew tidak sengaja memukulmu di sana ketika berlatih pedang?!" tanya Hanelle, ia hendak melepaskan celana Hermes untuk melihat keadaan kejantanan suaminya. Apakah bengkak? atau terluka?!

Hermes mencegah tangan Hanelle, lalu mencium tangan istrinya.
"Bengkak," desis Hermes lemas.

"Apakah sangat sakit?"

Hermes berdecak kesal, Hanelle sangatlah polos jika tidak bergairah.

"Sangat sakit, apalagi jika kau hanya menyentuhnya."

Hanelle paham sekarang, ia memukul bahu Hermes. "Aku sudah panik, ternyata kau turn on!" tukas Hanelle geram.

Hermes tertawa lalu membawa Hanelle ke dalam pelukannya.

"Aku seorang pria, Sayang. Sentuhanmu selalu saja membangkitkan gairahku, namun tenang saja, aku tidak tidak akan menyentuhmu hari ini," kekeh Hermes sembari mencium singkat bibir Hanelle.

"Apakah aku terlihat kurus dan jelek?" tanya Hanelle, wanita itu mencebikkan bibirnya."Betul, bukan? Beberapa hari ini aku tidak merawat diriku dengan benar, pasti aku terlihat jelek," sambung Hanelle sedih.

Hermes menghela nafas kasar, hormon kehamilan Hanelle sedikit menyiksanya. Namun Hermes tetap sabar, bagaimana pun kehamilan Hanelle karena ulahnya.

"Kau selalu cantik, Hanelle. Kau akan selalu menjadi wanita tercantik di mataku," sahut Hermes, ia membawa Hanelle ke dalam ciumannya. Mengecupnya singkat, lalu beralih ke lumatan-lumatan yang menggairahkan.

The Wife of HermesWhere stories live. Discover now