TOLONG NIANAAAAA

54 4 1
                                    

Segampang itu Tuhan mengambil semua anggota keluargaku,dri mulai kedua orang tuaku,dan sekarang adikku Talitha,aku ditinggal sendirian di dunia ini.

Tubuhku sangat lelah,merasa kedinginan di lorong rumah sakit.menunggu hasil otopsi jasad adikku,dengan di dampingi beberapa petugas polisi,aku menunggu diruang tunggu.

Tidak tahu bagaimana rupaku sekarang, mengenakan pakaian secara acak, serta rambut yang berantakan.tidak berhenti mengigit kuku,linglung dan masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Aku masih berharap bahwa aku sedang bermimpi,sesekali aku menancapkan kuku jariku ke kulit, berharap tidak merasakan sakit,berharap aku segera terbangun dari mimpi buruk.

Namun nyatanya,aku tidak dalam keadaan tidur.aku sadar,dan merasakan rasa sakit akibat kuku yang menancap di kulit.

Sungguh, pikiranku tidak menentu sekarang. Menatap lurus ke depan, mencoba mencerna semua yang terjadi. Sedangkan air mata, terus saja mengalir,tidak ada jeda.

Tuk tuk tuk tuk tuk

Suara langkah kaki berlari mendekatiku.

"Ya Tuhan, Niana..." Pamela temanku berlari mendekat. Tanpa basa-basi, dia langsung merangkul tubuhku, mendekap kepalaku di dadanya.

"Apa yang terjadi?"dengan nafas tersenggal-senggal, Pamela kembali bertanya.

Aku menggelengkan kepala,mengisyaratkan bahwa aku tidak tahu apa-apa.

Dekapan Pamela semakin erat,dia mencoba menenangkan aku yang tidak berhenti menangis.

"Sekarang aku sendirian,Pamela...semua pergi meninggalkanku. Pamela,tuhan jahat sekali padaku." Bibirku bergetar mengucapkan kalimat itu.

Bagaimana tidak, belum hilang rasa sedih atas kehilangan kedua orang tua satu tahun lalu, sekarang aku kehilangan Talitha adikku satu-satunya .tidak tahu bagaimana cara menjelaskan perasaanku sekarang.sungguh,ingin rasanya aku menyusul mereka.

"Niana...sssst, sssst , yang sabar ya niana. Aku akan menemani dan mendampingi kamu, yang kuat ya."Pamela mengusap lembut bahuku.

Tidakk ada kalimat yang bisa menenangkanku untuk saat ini, keadaanku benar-benar kacau.sangat sakit,harus mendapati adikku tewas. Terlebih sebelumnya kami sempat berdebat dan berkelahi.

Aku menyesali perbuatanku,menyesal karena telah menyakiti adikku.bukan hal manis untuk dikenang pada pertemuan terakhir.

"Aku bukan Kaka yang baik...aku menyakiti sebelum dia pergi meninggalkanku, meninggalkan dunia ini," ucapku dengan nada pelan.

"Niana,kamu kakak yang baik.apa yang terjadi sekarang,itu bukan salahmu.kita tunggu hasil otopsi Talitha,mencari tahu penyebab dua tewas dan tiba-tiba saja berada di atas plafon." Tangan Pamela berada di kepalaku,mengusap lembut rambutku.

Memakan waktu 3 sampai 5 jam ,dalam proses otopsi. Dan hasil pemeriksaan akan di jabarkan besok hari dan sekarang aku diminta untuk datang ke kantor polisi,untuk dimintai beberapa keterangan.beruntung Pamela tidak meninggalkanku,dia ikut bersamaku untuk datang ke kantor polisi.

....

Pukul 10 pagi

Hasil otopsi adikku di umumkan.

Saat ini kartu indetitas serta ponselku sudah berada di tangan petugas kepolisian.

"Bisa jelaskan secara rinci bagaimana awalnya. Anda menemukan keberadaan jasad adik anda?" Petugas kepolisian membuka percakapan.

Aku menjelaskan semua secara rinci.dari mulai adikku yang tiba-tiba menghilang saat aku pulang bekerja,lalu plafon yang roboh di kamar mandi.

"Apa anda sebelumnya terlibat percekcokan?" Tanganku berkeringat, mendengar pertanyaan yang di layangkan petugas kepolisian.

jasad adikku Di plafon Where stories live. Discover now