Bersembunyi dalam tangki air

19 3 0
                                    

Derap jantung berpacu dengan langkah kaki yang tertatih menaiki anak tangga. Sudah jelas aku takut, tapi aku tetap saja menoleh ke belakang. Menantang mata pria itu.

Meski wajahnya tanpa ekspresi, tapi dengan dia diam saja menatapku seperti itu, sudah membuatku takut.

Aku takut jika aku memalingkan wajah, dia berhasil mebobol pintu dan mengerjarku serta Pamela.

"jangan menoleh ke belakang Niana! Fokus ke depan. Lihatlah tubuhmu gemetar sekarang. Aku kesulitan membawamu ke lantai atas."

Aku tahu Pamela juga takut, tapi dia jauh lebih bisa mengontrol rasa takut itu.

Hanya memalingkan wajah beberapa detinh saja, pria itu sudah tidak ada di depan jendela kaca. Namun beberapa saat, knop pintu kembali berbunyi.

Kali ini aku mengikuti perintah Pamela, menatap ke depan saat Menapaki anak tangga satu persatu Dan akhirnya kamu sampai di lantas atas.

Bergegas menghampiri telepon untuk memanggil bantuan. Berani-beraninya pria dengan tanda lahir di punggung tangan itu menghampiri rumahku.

Mungkin setelah ini, dia tidak akan mengenalku lagi sebagai Bella. Pria itu akan tahu siapa aku sebenarnya.

Entahlah,aku tidak tahu apakah mimpi dapat dijadikan acuan.Bisa saja ini hanya ketakutanku tanpa alasan, atau pria itu memang ada sangkut pautnya dengan kematian adikku.

"Halo? Ada yang bisa dibantu?" Seseorang menyahut dari seberang sana, saat kamu melakukan panggilan.

"Bisakah kirimkan bantuan, ke alamat rumah kami. Seseorang yang tidak kami dikenal mendatangi kediaman kamu pada tengah malam." Pamela menjelaskan apa yang terjadi serta memberikan alamat lengkap rumahku.

"Apa pria itu memasuki rumah?" Operator kembali bertanya.

"tidak! Tapi Dia berusaha untuk masuk ke dalam rumah. Kami tidak mengenalinya. Tolong segera kirim bantuan!"

"Panggilan telah terhubung pada rekan kami, petugas yang berjaga akan mendatangi lokasi. Tetap tenang dan cari tempat aman."

Jarang sekali aku menginjakkan kaki ke lantai 2. Karena ruangan ini biasanya dipakai untuk barang-barang yang tidak diperlukan. Aku dan mendiang adikku, Talitha memilih untuk menempati lantai bawah saja.

Panggilan masih terhitung. Pamela yang memberitahu detail
Lengkap serta nomor rumahku pada operator. Sedangkan aku berjalan menuju balkon rumah dengan tertatih.

Untuk sekarang aku tidak berharap dia pergi. Aku ingin pria itu tetap di bawah, sampai polisi datang kemari.

Srrrrrk.

Menarik gorden yang berdebu, lalu membuka pintu kaca yang terhubung pada teras balkon. Kulihat pria itu masih dibawah, dia mengelilingi rumahku.

Yang tidak kusadari sebelumnya,pria itu menggenggam karangan bunga di tangannya tidak berapa lama, dari kejauhan terlihat kelap-kelip lampu mobil petugas polisi disertai suara sirine.

Semakin dekat. Hingga akhirnya mobil petugas kepolisan berhenti di halaman depan rumahku.

"Tolong letakkan apapun yang ada di genggamanmu,ke tanah!" Dua orang petugas turun dari mobil dengan mengacungkan senjatanya ke arah pria itu.

"Apa ini?" Pria yang dibawah sana tampak kaget saat dua petugas polisi menghampirinya.

"kami perintahkan sekali lagi untuk meletakkan apapun yang ada di genggamanmu ke tanah!" Berjalan mendekat,petugas menggertak pria yang ada di bawah sana.

Pamela berlari ke arahku. Kami melihat pemandangan itu dari atas teras balkon.

Pria itu menaruh bunga yang ada di tangannya, lalu segera mengangkat tangan ke udara.

jasad adikku Di plafon Where stories live. Discover now