PROLOG

63 9 11
                                    

"Saat gerhana itu datang, aku akan terbebas." Mahkluk dengan pakaian serba hitam tertawa lepas. Kedua tangan, pinggang, dan kakinya di ikat rantai berwarna merah yang saling bertaut. Kusut.

"Siapa yang akan membiarkanmu pergi? Aku datang untuk memberikan siksaan lebih banyak padamu!"

Kakek berambut putih menghunuskan pedang ke arah pria yang terikat rantai. Luka sayatan dari tubuh itu memerah seolah lava panas memenuhi tubuhnya.

"Iblis tak seharusnya tinggal di dunia ini! Pergilah ke alam baka!"

Kakek kembali menyayat tubuh pria dihadapannya yang mengerang kesakitan. Berkali-kali ia memohon ampun, duduk berlutut pada kakek yang menghujam asal, sengaja melukai iblis itu.

"Akan kubuat kau merasakan sengsarannya dunia, hingga kau menyerah dengan dendammu dan pergi ke alam baka!"

Bukanya takut, iblis itu tersenyum menyeringai. Tetesan lava panas meleleh dari dadanya yang tertusuk, ia tertawa sembari menatap kakek.

Tawa menggelar itu buat kakek mengambil langkah mundur. Iblis yang telah tinggal ratusan tahun itu memiliki energi dendam yang semakin kuat dari hari ke hari. Rasa cemas menggerogoti jiwa si kakek , tak mungkin mampu mengirim iblis itu ke alam baka. Apalagi, ia tak lagi sekuat dulu.

"Aku sudah menciumnya, aroma bulan merah yang menangis darah! Aku akan menghabisi keturunan terkutuk itu, lalu pergi ke neraka dengan tenang. Kenapa kau tidak melepaskanku, kakek bodoh?"

"Siapa yang akan mempercayai iblis? Di malam purnama sempurna, akan kubuat ritual paksa untuk mengirimmu ke alam baka!"

"Lalu kau akan mati? Membiarkan cucumu yang depresi itu tinggal sendirian di dunia ini? Atau … kau ingin menggadaikan hidupnya padaku?"

Manik gelap iblis itu perlahan memerah, ia memegang sebuah benang merah, lalu mengulurkan pada kakek. "Ambil ini dan ikat ke tanganmu, kakek tua. Kau bisa hidup lebih lama jika menggadaikan jiwa cucumu padaku."

Don't Let Me Love You (End)Where stories live. Discover now