21. Purnama Merah

1 1 0
                                    


"Aku benci sifat iblis, kenapa kalian membunuh manusia dengan mudah, menganggap kami sebagai mahkluk tanpa jiwa?" kesal Aire.

"Karena hanya itu yang bisa kulakukan. Dunia ini akan haㅂ menemukanku, tidak ada jalan untuk lari."

Shall menggenggam erat tangan Aire, lalu menutup kedua mata gadis itu dengan telapak tangan. Hatinya teriris akan fakta perbedaan dunia mereka.

Berawal dari Shall yang ingin membawa Aire ke dalam perjanjian iblis dan memperbudak gadis itu, justru dirinya jatuh dalam ingatan masalalu dan perasaan yang tak pernah tersampaikan.

"Istananya runtuh?" tanya Aire.

Di hadapan, reruntuhan istana berhambur. Kosong. Tak ada siapapun kecuali ia ada Shall. Semula, terdapat orang-orang yang bekerja untuk membuat permen dan memberi kehidupan pada dunia ilusi ini.

Langit berwarna jingga, seolah menandakan gelap akan segera datang. Aire mengernyit, ia tak tau jika Eden pun memiliki waktu yang sama seperti bumi.

"Ada apa Shall? Kenapa ada senja di Eden? Kupikir dunia ini selalu siang hari."

"Karena Gom." Shall kembali menutup kedua netra Aire, dan keduanya kembali ke padang rumput.

Aire menggeleng kasar, hampiri bunga-bunga yang mulai layu. Rumput kering, dan daun mapel sepenuhnya gugur, tinggalkan pohon yang meranggas.

Eden tak seindah pertama kali saat Shall membawanya. Jingga yang terlihat di langit barat begitu menawan, dengan cahaya keemasan dan hangat musim semi yang tertinggal.

"Aku akan menghancurkan Eden dan menghapus dunia ini. Sebagai konsekuensi, aku akan membalas dendam dan menjadi iblis sepenuhnya. Maafkan aku, Miho."

Sekali lagi Aire menggeleng kasar. Tetesan bening meleleh menuruni pipi tirus gadis itu. Hatinya hancur, tak bisa biarkan Shall sepenuhnya iblis dan melupakan 200 tahun perjalanannya.

"Kita bisa berteman seperti ini," tangis Aire. "Aku tidak akan mencari keris bintang dan mengkhianatimu, jadi ayo kalahkan Gom."

"Sudahlah. Aku memang sudah bukan manusia. Jika aku sepenuhnya menjadi iblis, mungkin aku bisa mengalahkan Gom."

Sesosok iblis yang berhasil dikalahkan tidak akan bisa bereinkarnasi. Kehidupan mereka berkahir sepenuhnya karena memilih jalan untuk menjadi iblis sepenuhnya.

Shall masih memiliki kesempatan bereinkarnasi, karena pria itu hanyalah manusia yang menjadi arwah pendendam, iblis setengah jiwa manusia.

"Aku akan menyiapkan bubuk permen yang kamu minta sebelumnya, sementara kamu bisa mencari keris bintang. Hanya itu cara menyingkirkan Gom."

"Tapi Shall—"

"Jika ada berita tentang pembunuhan besar-besaran di Gimpo, kau jangan kaget." Shall menangkap kedua belah pipi Aire. Pria itu tersenyum. Sangat tampan, diantara cahaya jingga yang memudar, tergantikan kegelapan abadi. "Kau juga melakukan pembunuhan itu di kehidupan masa lalu."

"Shall, kau tidak akan membantai mereka, kan?"

"Aku akan melakukannya. Jadi, setelah nanti aku berubah menjadi iblis sepenuhnya dan kamu berhasil mengalahkan Gom, larilah."

Aire menggeleng dalam tanginya. Namun, Shall memeluknya, lalu rasa dingin itu kembali menyentuh kulit Aire.

Tangis gadis itu pecah. Dapat dirasakannya pasir pantai lembut yang menyentuh kaki. Ia terduduk lemas, tersedu di tepi pantai, diantara garis horizon yang memantulkan cahaya jingga. Sama seperti Eden.

Aire mengusap air mata dengan lengan, lalu perlahan bangun dari duduknya. Hati masih terasa sesak setelah hilangnya Shall.

Malam ini akan menjadi laut merah, di mana Shall menghabisi seluruh penduduk Gimpo, seperti yang terjadi ratusan tahun lalu. Bahkan Aire, tak bisa merubah takdir yang kembali terulang.

Don't Let Me Love You (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora