19. Surai Pirang

2 1 0
                                    


Shall mengakui betapa lezat permen buatan Aire, ia tak berniat meragukan sedikitpun. Namun, kedatangannya ke rumah mewah milik seorang pejabat itu bukan tanpa alasan.

Seorang perempuan mengintip dari balik jendela, melambai pada mereka. Shall menghembuskan napas, lalu menarik Aire menjauh dari sana dengan ribuan pertanyaan yang di lontarkannya sepanjang jalan.

"Siapa itu? Aku tidak pernah melihatnya di desa ini."

Tak ada jawaban, tetapi Aire mengerti bahwa Shall mengetahui sesuatu tentang sosok perempuan itu. Wajahnya cantik berseri, rambutnya berwarna pirang dengan kulit yang terlihat begitu lembut dengan warna putih hampir menyerupai salju. Bibir memerah, dengan tatapan tajam, dan rahang tegas.

"Dia tidak terlihat seperti orang dari daerah ini, wajahnya seperti bule."

"Memang benar. Ikatan benang merah di rumah itu bukan milik si penjabat, tapi milik perempuan itu."

Aire menarik tangan Shall, bawa sosok itu keluar dari daerah perumahan, menuju pantai yang semakin sepi dari hari ke hari.

Jejak kaki tercetak diantara pasir yang hampir tak tersentuh kehadiran manusia. Aire berlarian dengan seulas senyum di wajah, melepas sepatu sembarangan, merasakan dingin ombak lembut menyapa tungkainya.

Seolah rasa takut dan cemasnya terlarut bersama ombak yang menerpa, melarutkan kesedihan. Aire berjongkok, mengambil cangkang mungil dengan berbagai macam bentuk dari perairan dangkal, menggenggam erat.

"Coba tebak, apa yang kudapatkan?" tanya Aire dengan wajah tersenyum cerah.

Shall menggeleng heran, tentu saja ia tau apa yang ada dibalik genggaman Aire, jelas-jelas Shall melihat saat sosok itu berjongkok dan memunguti kerang.

"Kemarilah."

Manik mata Aire hampir terlontar keluar saking kagetnya kala Shall menarik tangannya kuat, buat tubuh Aire terseret mengikuti langkah panjang pria iblis itu.

Dibawanya Aire ke sisi pantai yang lain di mana batu karang berjejer di tepian dengan ombak yang sedikit lebih ribut. Di sebuah batu karang, Aire mendudukan diri dengan Shall di hadapannya, sosok itu mengambil kerang-kerang dari tangan Aire.

"Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Aire.

Shall tersentuh singkat, sibuk dengan kerang-kerang di tangannya. Pria itu menarik sehelai rambut Aire, buat gadis itu memekik tak terima, spontan menegang kepala, lalu memukuli Shall.

"Kenapa kamu gemar sekali memukul, aku sudah katakan itu tidak terasa sama sekali."

Gadis itu tertawa pelan, ikut memperhatikan gerakan jemari Shall yang menyusun setiap kerang dengan sehelai rambutnya, bentuk sebuah gelang.

"Apa itu tidak akan lepas? Sehelai rambut tidak akan bisa menahan kerang." kata Aire.

"Jika memakai sihir, tentu saja bisa," singkat Shall.

Dengan lembut pria iblis itu memegang tangan Aire, tetapi dihempas oleh si gadis yang menatap tajam. Lagi-lagi tangan Shall terluka karena menyentuh dirinya, dan Aire benci Shall selalu mengabaikan itu.

"Aku akan melepas gelang iblis ini dulu."

Shall tak mempermasalahkan itu, memakaikan gelang dari rangkaian kerang di tangan Aire. Rasa bangga akan diri, juga lega menyeruak dalam hati yang menghangat.

Senyum di wajah tirus Aire, netra bulat yang menyipit karena tawa lebarnya, entah mengapa Shall ingin pertahankan keindahan sesaat itu. Keindahan yang hanya bisa dilihatnya dari Aire.

"Ini sangat indah." Tak hentinya gadis itu menatap pergelangan tangannya, lalu memakai kembali gelang jimatnya. "Jangan sembarangan menyentuh, aku tidak mau kamu terbakar konyol."

Don't Let Me Love You (End)Where stories live. Discover now